Chapter 2 : Tunduk oleh Sistem

19 5 0
                                    

---Di kerajaan Allenwood, terdapat sistem kasta. Ada empat kasta di kerajaan, dari yang tertinggi sampai yang terendah. 

Kasta Ruin, kasta tertinggi yang diisi oleh para kaum bangsawan. Mereka semua, kaum bangsawan, memiliki darah berwarna perak

Berikutnya untuk kasta peringkat dua adalah kasta Rizen, diisi oleh para konglomerat, politikus, pejabat, dan orang-orang berpengaruh lainnya. 

Mereka semua yang berada di kasta Rizen memiliki darah berwarna biru. Untuk kasta peringkat tiga adalah kasta Rise, diisi oleh para pengrajin, dokter, guru, pedagang, dan pekerjaan normal lainnya. Mereka yang berada di kasta ini memiliki darah berwarna merah

Kasta yang terakhir adalah kasta Rough, yaitu kasta yang diisi oleh para rakyat jelata, buruh kasar, budak, narapidana dan pelacur juga berada didalam kasta ini. Mereka memiliki warna darah yang sama dengan kasta Rise,yaitu berwarna merah---

Sebuah tragedi terjadi. Pertengahan musim panas tahun 1802, untuk pertama kalinya terjadi. Satu anak dari keluarga Everhood memiliki kecacatan. Asca von Everhood yang seharusnya memiliki darah berwarna biru, justru terlahir dengan darah berwarna merah. Aib yang sangat besar untuk sebuah keluarga yang terpandang.

Seharusnya aku terlahir dengan darah berwarna biru. Itu artinya keluargaku sekarang berada di kasta Rizen, kasta peringkat dua. Tidak pernah terjadi sebelumnya, seseorang dari kasta Rizen terlahir dengan darah berwarna merah. Aku yang pertama. Dari kejadian di Arena kala itu, keluargaku membawaku ke rumah. Keluar dari ibu kota, Evenheim. Ketika sampai dirumah, tentu aku tidak diperlakukan seperti biasanya.

Malam ini. Aku berdiri di balkon rumah. Menatap ke atas langit, disana terlihat banyak bintang yang memamerkan keindahan cahayanya. Mereka para bintang yang bersinar indah, milyaran tahun yang lalu hanyalah sekumpulan plasma, gas panas, dan hidrogen yang menjadi satu. Satu hal, aku menyukai ilmu astronomi sejak kecil.

"Iya pak menteri..baik pak," suara ayahku yang sedang berbicara serius dengan salah seorang menteri dari kerajaan. Aku menguping dari atas. Tentu percakapan mereka terdengar, karena diriku berada di balkon lantai dua, dan mereka ada dibawahku. 

Tentu ini adalah masalah yang sangat serius, sampai-sampai Pak Menteri datang ke rumah kami. Tentu kementerian bergerak atas nama kerajaan.

Pihak kerajaan yang diwakili oleh Pak Menteri, melakukan negoisasi dengan Ayahku. Keluargaku harus memilih satu, yaitu membuang diriku atau semua aset keluargaku diambil alih oleh kerajaan termasuk perusahaan, rumah, surat berharga, dan yang lainnya. Jika keluargaku memutuskan untuk membuang diriku, maka pihak kerajaan akan membersihkan nama baik keluargaku dari aib. Lagi-lagi persoalan kasta.

Selama ribuan tahun, rakyat kerajaan percaya bahwasannya kejadian seperti ini adalah kutukan. Tragedi ini terjadi padaku,dapat diartikan ini adalah kutukan untuk keluargaku.

Sudah diputuskan malam itu juga. Keluargaku membuangku. Yang memutuskan ini adalah kepala keluarga Everhood, yaitu Ayahku. Ibuku dan kedua kakakku tidak membantah, mereka juga berpikiran sama dengan Ayahku.

Aku dibuang.

Malam itu, aku tidur untuk yang terakhir kalinya di rumah. Rumah yang sudah kutinggali selama 17 tahun.

Pagi telah tiba, cuacanya cukup cerah untuk memulai aktvitas. Koper berwarna cokelat muda kugenggam di tangan kananku. Koper itu berisikan pakaianku dan sedikit tabunganku. Aku mengangkat koper itu dan memasukan koper itu ke dalam bagasi kereta kuda. Aku membalikkan badanku. Aku melihat kearah keluargaku. Ayahku, Ibuku, Claude von Everhood kakak laki-lakiku ,dan Rita von Everhood kakak perempuanku. Kedua orang tuaku mengusap air matanya. Claude kakak laki-lakiku tersenyum dan mengucapkan kalimat selamat tinggal. Sedangkan kakak perempuanku, Rita, hanya tersenyum dan melambaikan tangan kanannya.

"Terima kasih Ayahanda, Ibunda, Kak Claude, Kak Rita..untuk 17 tahun ini,terimakasih untuk semuanya" hanya itu yang bisa aku ucapkan kepada mereka.Aku tersenyum dan melambaikan tangan. Aku menaiki kereta kuda dan pergi meninggalkan mereka.

Hanya ada aku dan pak kusir di keretakuda. Aku melihat kearahjendela dan tanpa sadar air mataku keluar dengan sendirinya. Mengapa hal ini terjadi kepadaku? Kedepannya aku harusbagaimana? Kenapa harus aku? Apa aku bisa melawantakdirku? Apa ini salahku? Bukan, yang salah bukan aku, tapi dunia ini

EssentialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang