Chapter 8 : Pertemuan

6 0 0
                                    

Dia adalah perempuan yang sekarang berusia 21 tahun, bernama Rita von Everhood. Dia adalah kakak perempuanku.

"Asca?!.." tanya Rita yang terkejut setelah melihatku. "Udah sekitar dua tahun lebih kita berdua nggak ketemu ya kak.." kataku sembari tersenyum, diriku kala itu bingung harus melakukan apa. Aku bertemu dengan salah satu dari orang-orang yang tidak ingin kutemui. Rupanya Rita lah yang memesan lima kotak tanaman obat itu, sementara nama Senko adalah nama perusahaan yang mewakilinya.

"Asca, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.." Rita mengatakan itu dengan wajah yang gelisah. 

"Maaf ka, aku harus kembali ke tempat kerjaku..kalau bisa tolong tanda tangani surat pengiriman ini" kataku. Aku benar-benar tidak ingin berlama-lama bertemu dengan orang ini. Aku ingin cepat-cepat kembali ke Yamanote dan berfikir hari ini tidak pernah terjadi

"Dengarkan dulu kakak mau bicara apa..ini serius Asca!" Rita membentak, seakan-akan dirinya tidak mau tanda tangan sebelum diriku mau mendengarkan ceritanya.

Kita berdua pergi ke sebuah kedai kopi. Tempat yang dirasa cukup kondusif untuk pembicaraan kita. 

"Ayah sedang sakit, sudah sekitar satu tahun lebih penyakitnya tak kunjung sembuh..alasan kakak memesan banyak tanaman obat dari Yamanote adalah untuk meracik beberapa obat untuk pengobatan Ayah. Pemimpin keluarga Everhood untuk sementara adalah Ibu, sementara kakak dan kak Claude harus berjuang untuk mempertahankan beberapa aset keluarga.." Rita mengatakan itu kepadaku. Entah mengapa suasananya sangat tepat untuk membicarakan seputar topik ini. Kafe dari tadi terus-menerus memutar lagu Beethoven dan Mozart yang membuat topik obrolan ini semakin terasa.

"Jika nanti sesuatu terjadi..kakak harap. Tidak, kita satu keluarga berharap kamu bisa membantu kami, kami akan melakukan apa saja asal Ayah sembuh.." Rita mengatakan itu sembari menatap mataku. Tidak, apa-apaan ini.

Setelah Rita mengatakan semuanya tentang kondisi keluarga Everhood saat ini, dirinya menandatangani lembaran surat pengiriman. Sebelum aku pergi menggunakan kereta kudaku 

"Suatu saat kita akan bertemu lagi..mantan adikku" Rita mengatakan itu. Aku tidak menanggapinya dan langsung pergi menggunakan kereta kudaku.

Sudah satu bulan setelah kejadian itu. Aku, Airis, dan Akagi (Ibunda Airis sekaligus walikota Yamanote) berada di kuil saat itu. Karena mendengar kabar bahwasannya kami akan kedatangan tamu yang tidak biasa, jadi kami bertiga bertemu dan memutuskan untuk berkumpul di kuil. Disaat pengurus kuil mengizinkan tamu untuk masuk, saat itu kami tahu siapa yang bertamu. Iya benar,mereka tamu yang tidak biasa.

"Selamat datang di kuil Sakura, Liliya von Everhood dan Rita von Everhood..kami merasa terhormat bisa kedatangan tamu sesepesial ini.." Kata Akagi menyambut dua orang tamu didepan kami.

Mengapa hari ini terjadi lagi? Sudah cukup aku bertemu dengan Rita saat itu, tapi sekarang aku malah bertemu dengan Ibuku.

Setelah saling berbasa-basi, Liliya (Ibuku) mengatakan tujuannya datang jauh-jauh untuk bertamu disini. 

"Suamiku, Erwin sedang sakit parah..sudah setahun lebih penyakitnya tidak kunjung sembuh. Kami sudah berkeliling kerajaan untuk menemukan obatnya namun hasilnya nihil, bahkan para dokter terbaik di Evenheim juga tidak bisa mengobati penyakit yang diderita suamiku, tujuanku dan Rita datang kesini untuk meminta bantuan kepada nona Akagi untuk menyembuhkan Suamiku..Kami akan membayar berapapun untuk biayanya, perusahaan kami juga tidak akan segan-segan untuk membantu kota Yamanote..dan masih banyak imbalan yang bisa nona Akagi dapat nantinya" Ibuku mengatakan itu kepada Akagi sembari menundukan kepalanya. Berharap Akagi mau membantu.

"Sebelumnya terima-kasih untuk tawaran nona Liliya..saya mengerti perasaan nona Liliya, karena saya juga seorang perempuan dan sama-sama pernah memiliki seorang suami. Saya juga pernah merasakan kehilangan seseorang yang amat dicintai sampai pada akhirnya saya berjuang sendirian. Saya sangat merasakan kepedihan yang amat dalam kala itu..saya sungguh berharap pengalaman pahit yang saya rasakan kala itu tidak dialami juga oleh nona Liliya.Jangan sampai nona Liliya kehilangan suami nona sama seperti saya yang kehilangan suami saya..Tapi bukan maksud saya menolak tawaran nona, hanya saja pada pertemuan ini..ada satu orang yang akan memutuskan segalanya, tentu nona Liliya tahu siapa orang itu..dia adalah Asca, saya akan menyerahkan keputusan terakhir kepada anak anda sendiri..Asca" Akagi menjawab tawaran Ibuku. Diriku yang dari tadi hanya mendengar percakapan mereka, seketika terkejut setelah Akagi menyerahkan keputusannya kepadaku. Saat itu, Ibuku, Rita, Akagi, dan Airis melihat kearahku. Mereka menunggu jawaban apa yang akan ku ucapkan. Sial, pikiranku berputar-putar.

Hening sejenak, merekamenunggu jawabanku.

EssentialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang