⁀➷ 87. Ungkapan Ray & Ann [SPESIAL]

24 9 0
                                    





❝AKU cinta kamu, Ann.”

Pernyataan yang keluar dari mulut Ray membuat Ann terpaku. Jantungnya serasa mendadak berhenti ‘tuk berdetak selama beberapa detik.

Masih dengan posisi yang sama, kalimat selanjutnya dari Ray membuat Ann tersadar kembali.

“Hey! Kenapa malah diem, hm?” tanya Ray seraya melambaikan tangannya ke depan wajah Ann.

Ann langsung mengerjapkan matanya. Lalu menatap Ray yang kini memberikan senyum manis untuk pertama kalinya. Ya, baru kali ini Ann melihat Ray tersenyum tulus, biasanya hanya wajah datar dan dingin yang ia tunjukkan ke pada siapapun.

Berarti, ia spesial, 'kan?

Dan Ann, merasa senang akan hal itu.

'Tuhan … aku harap ini bukan mimpi,' batinnya masih tak percaya.

“Ah iya, Ray,” canggung Ann.

Tanpa basa-basi, Ray mengeluarkan kalung dengan liontin kunci yang indah. “Kalau Ann punya rasa yang sama kayak Ray, Ann bisa pakai kalung ini sekarang. Tapi, kalau Ann pengin kita temenan aja, Ann bisa buang kalung ini ke danau itu.” Ray berbicara panjang lebar. Tapi Ann tau, bahwa ada  sedikit nada kekhawatiran di dalamnya.

Khawatir Ann buang, kah, kalungnya?

Ann masih diam. Tak menunjukkan ekspresi apapun. Beberapa detik setelahnya, ia bertanya, “Ray, apa kamu sungguh?”

Ray mengangguk pasti. “Ray sungguh, Ann! Ray serius,” ujarnya dengan tegas.

Ann menahan senyum melihat tatapan yakin yang dilayangkan Ray untuknya. Namun, kali ini ia ingin sedikit mengulur waktu.

“Sejak kapan?” tanya Ann.

“Sejak pertama kali kita bertemu, Ann,” jawabnya.

Mata Ann membola. Pertama kali mereka bertemu 'kan lima tahun lalu. Dan Ray … ARGH!

Berarti ia tak sendiri.

“Jangan bercanda, deh!” tegas Ann.

“Ray gak bohong. Sumpah.”

“Tapi, kenapa baru sekarang ungkapinnya?” tanya Ann, lagi.

“Karena menurut Ray, belum waktunya.”

Ann mengangguk paham. Mungkin, Ray takut mengganggu waktu belajarnya. Dan sekarang, mereka sudah terbebas dari sekolah. Hanya tinggal kuliah. Jadi, sekarang waktu yang sangat tepat menurutnya.

Ann mengambil kalung itu dan memakaikan di lehernya.

Ray menatap tak percaya. “Ann, k-kamu ….”

“Kita punya rasa yang sama, Ray. Bahkan, kita juga sama-sama memendam dalam diam cukup lama,” jelas Ann.

Ray terdiam. Berusaha mencerna apa yang Ann ucap. “Sudah berapa lama, Ann?”

Ann mengalihkan pandangan ke arah danau di hadapannya. “Sejak lima tahun juga, Ray. Ann pikir, cuma Ann doang yang terjebak oleh pertemuan itu. Ternyata, Ray juga ngerasain hal yang sama.”

Dengan berani, Ray menggenggam jemari Ann. “Jadi yang pertama dan terakhir di hidup Ray. Mau?”

Tanpa ragu, Ann mengangguk. “Jadi … sekarang hubungan kita apa?”

“Masih teman,” jawab Ray membuat Ann sedikit kecewa.

“Tapi, kalau nanti udah beda lagi,” sambungnya.

“Kenapa?”

“Soalnya udah jadi teman hidup. Hehe …."

꧁ꕥ꧂

Senja dan danau menjadi saksi, akan dua insan yang saling mengungkapkan isi hati setelah sekian lama memendam sendiri.


Vanila Anjani 🦋

































Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asmaraloka [Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang