11| thélo voítheia

883 90 1
                                    

Ingin melihat mayat hidup berjalan? Maka lihat saja Min Yoongi. Pemuda itu nyaris membuat para mahasiswa jantungan saat tak sengaja melihatnya. Wajah pucat seperti kurang darah, rambut diatur asal dengan tangan, lingkaran mata panda yang terlihat jelas cukup menjelaskan seberapa frustasi seorang Min Yoongi.

"Astaga hyung! Kau membuatku takut" Hoseok mengelus dada, ia sedang tidak pura-pura atau hanya drama Yoongi benar-benar membuatnya hampir pingsan saat lengan pemuda itu ditarik tanpa suara

"Belikan air" Yoongi acuh bahkan orang-orang yang berbisik di ujung sana juga diabaikan, terserah ia tak peduli apa kata orang

Hoseok menatap Yoongi sekilas sebelum menutup mulutnya dengan langkah sedikit ke belakang, Pemuda Jung satu ini memang sedikit berlebihan saat mengekspresikan sesuatu

"Hyung jatuh miskin——aduh"

"Bicara yang benar sialan"

Hoseok mencebik dengan tangan mengelus pundak yang berhasil digeplak Yoongi

"Lalu kenapa? Tumben hyung menyuruhku beli air, hyung tak punya uang?" Mulut dengan kelakuan Hoseok memang sering berbeda, ia menggerutu tapi tetap juga menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Yoongi

"Aku sedang berhemat, Jimin akan masuk kuliah"

Hoseok tersedak ludahnya sendiri, sejak kapan manusia pucat ini peduli pada orang lain?

"Apa sekarang Min Yoongi sedang simulasi menjadi orang tua yang baik? Shit sakit hyung!"

Yoongi terkekeh setelah berhasil memukul Hoseok dua kali "mau kujahit mulutmu huh? Bicara tak jelas terus" cebik Yoongi

"Ini bukan seperti Yoongi hyung yang kukenal, sepertinya hyung sudah menerima Jimin masuk dalam keluarga"

Yoongi menyibak rambut yang menutupi matanya "siapa bilang? Itu hanya formalitas"

Hoseok menggeleng tak percaya "formalitas juga tidak akan sampai seperti itu" Seru Hoseok

Yoongi mengendikan bahu "terserah"

°°°

Yoongi menguap, menyandarkan badannya pada kursi taman. Menatap para mahasiswa yang berlalu lalang dan beberapa dari mereka menyapa tapi pemuda itu hanya mengangguk pelan tanpa suara. Yoongi malas bicara, malas berjalan, dan sebenarnya juga malas hidup. Tapi ia punya suatu alasan pasti yang membuatnya tetap bertahan sampai sekarang walaupun ia harus menyeret kakinya untuk bergerak.

Yoongi bergumam, tertawa, memaki, memukul ranting pohon yang tak bersalah sampai-sampai orang yang awalnya duduk tak jauh darinya harus beranjak dengan bergidik ngeri melihat kelakuan Yoongi yang seperti orang stres.

Yoongi bergeming saat ponselnya berbunyi nyaring, sedikit mendecak melihat siapa yang berani mengusik ketenangannya.

Hyungnim...
Jimin akan pulang terlambat, ada tugas kelompok.
Jangan khawatir, Jimin akan pulang naik taksi.

Yoongi lekas menghapus pesan itu. 'jangan khawatir' katanya? Cih Yoongi bahkan tak mau repot-repot untuk peduli. Pemuda Min disana memilih beranjak, hari sudah mulai sore mungkin balapan hal yang bagus. Sudah cukup lama ia tak ikut lagi karena sejak ayahnya meninggal Yoongi seperti orang hilang arah hanya melakukan rutinitas biasa bangun, ke kampus, kerja paruh, pulang, tidur, begitu seterusnya. Ia juga mulai lupa sudah makan atau belum, ia tak tau berapa kali ia makan dalam sebulan. Badannya mulai kurus dan wajahnya sangat datar. Orang-orang akan berpikir dua kali untuk mengusiknya, jangankan menganggu menyapa pun harus pikir-pikir.

"Ini dia juara kita!" Seseorang merangkulnya sesaat ia turun dari motor, mendatangkan banyak seruan namanya. Yoongi hanya tersenyum simpul membalas salaman mereka kemudian sontak duduk di salah satu bangku menunggu balapan mulai.

"Rokok?"

Yoongi menerima pemberian salah seorang disana. Menatap lurus dengan mulut sibuk menghisap benda berasap mencoba menghilangkan beban pikirannya sebentar

"Namjoon dan Hoseok sedang sibuk ya?"

Yoongi mengangguk tanpa menoleh, membiarkan orang itu pergi beberapa menit kemudian karena merasa tak digubris

Yoongi menginjak sigaret mulai berdiri karena balapan akan dimulai. Tapi ponselnya kembali bergetar tertera nama seseorang disana. Yoongi acuh mematikan panggilan itu berlanjut berjalan ke arah motornya.

Drrt...drrt...

Shit. Siapa sih yang menelponnya disaat seperti ini?

Yoongi kembali menepi, meraih ponselnya dengan emosi siap melontarkan sejumlah kata umpatan tapi sebuah suara parau terdengar membuatnya menyerngit

"H-hyung tolong——

Yoongi menjauhkan ponsel, ia kira salah sambung namun nama 'bocah Park' jelas tertera disana. Ia mematikan mesin motor, kembali menaruh atensi pada suara di seberang ponselnya hingga samar Jimin berteriak dengan nafas memburu terdengar

"Park, apa yang terjadi?" Yoongi mencoba bertanya tapi nihil tak ada jawaban. Apa Jimin sedang main-main dengannya?

"Hyung tolong mereka memukul teman Jimin! Kami tidak melakukan apapun tapi——"

Yoongi mendengar dengan jelas sesuatu yang terbentur, mereka memukul Jimin?

"Hei Park dengar! Kau dimana katakan padaku"

Yoongi meremas ponselnya tapi panggilan itu terputus, Suara Jimin tak terdengar lagi ia mencoba menelepon tapi nomornya tak aktif

Apa yang terjadi?

Yoongi menyalakan motor, melaju meninggalkan arena balapan mengabaikan beberapa seruan 'Yoongi' dan 'kemana'. Pikirannya kalut, Jimin. Anak itu dalam bahaya []

Aderphós ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang