4| Leave

1.1K 119 3
                                    

"Apa yang biru saja ya?" Suara itu berasal dari pemuda Park yang sedang fokus pada ponsel, ia ingin punya alat tulis sekolah–yeah Jimin akan mulai bersekolah, ia disuruh tuan Min memilih tempat pensil kebetulan pria berumur itu sedang di luar jadinya ia sekalian membeli

Ayah Min
Ada lagi yang Jimin mau?

Jimin menimang sebentar lantas kembali mengetik deretan kata di keyboard ponselnya

Ayah..apa Jimin boleh minta hal lain?

Ayah Min
Tentu nak. Katakan apa yang kau inginkan?

Pemuda disana menggigit bibir takut kalau Tuan Min tidak mau mengabulkan permintaannya. Cukup lama Jimin memandang layar ponsel

Benang dan cutter..apa ayah bisa belikan untuk Jimin?

Ayah Min
Jimin ingin membuat sesuatu?

Iya ayah...

Ayah Min
Baiklah, nanti akan ada teman ayah mengantar barangnya ke rumah

"Terima kasih" gumam Jimin sambil meletakkan ponselnya ke meja, ia menghela nafas.

Hanya suara detak jarum jam yang setia menemaninya, ia melirik jam menunjukkan hampir petang harusnya hyung nya sudah pulang dari kampus tapi entah kenapa hari ini tidak ada tanda-tanda sama sekali bahkan ia tidak sempat melihatnya saat pagi tadi–apa ia tidak pulang sejak kemarin?

Pemuda itu menggelengkan kepala, ia mencoba meraih remot tv untuk menghabiskan waktu barangkali ada yang pulang.

Suara pintu terbuka terdengar, Jimin pemuda yang dari tadi menunggu langsung berdiri menuju pintu utama terlihat seorang pemuda asing memasuki rumahnya

Ia menyerngitkan alis, baru ingin bertanya tapi sebuah suara membuatnya berhenti "oh maaf kupikir tidak ada orang"

Jimin dan orang itu saling berpandangan beberapa detik

"Siapa?"

Pemuda asing tadi berjalan mendekat "Taehyung, aku disuruh Seokjin hyung untuk mengambil barang Yoongi-ssi" Jimin menatap sekilas, mengangguk saat mendengar nama tak asing

3 detik berlalu tapi mereka masih di posisi yang sama, Taehyung yang merasa terburu-buru mencoba bertanya "maaf dimana kamar Yoongi-ssi?"

Jimin tersadar lantas tersenyum canggung karena sempat melamun "oh–disana" tunjuknya, Taehyung mengangguk mengerti sebelum berlalu menuju kamar Yoongi

Setelah selesai dengan urusannya ia ingin cepat kembali karena habis ini juga ada tugas kelompok

"Taehyung-ssi–

Pemuda bermata elang menghentikan langkah "Ya?"

Jimin berpikir sebentar, apa tak apa menanyakan ini padanya?

"Yoongi hyung dimana? Kenapa membawa barang-barangnya?"

Taehyung menggaruk belakang kepala, merasa malu karena tidak menjelaskan alasan ia kesini pemuda itu berpikir Jimin pasti salah satu keluarganya

"Ah itu Yoongi-ssi ingin menginap di rumahku, fyi Seokjin hyung itu kakakku"

Jimin mengangguk mengerti, pantas saja wajahnya seperti tak asing setelahnya ia mempersilahkan Taehyung pergi membawa barang-barang Yoongi.

Pemuda bersurai blonde masih menatap pintu kosong–sepertinya Yoongi hyung benar-benar tidak akan pulang

°°°

"Kau yakin?"

Yoongi menghela nafas "itu pertanyaan kelima" Seokjin yang bertanya hanya meringis

"Bagaimana dengan Jimin? Kau yakin meninggalkannya di rumah sendiri? kau bilang ayahmu juga jarang di rumah karena sibuk pencalonan kan?"

"Lalu?"

Seokjin menyerngit "ha?"

Pemuda yang lebih muda mendecak "apa masalahnya denganku? Mau dia diculik atau dibunuh sekalipun bukan urusanku justru lebih bagus jika ia tidak ada di rumah"

Seokjin mendelik, memukul bahu Yoongi saat pemuda itu melewatinya untuk mengambil barang yang dibawa Taehyung

"Ada lagi yang perlu diambil Yoongi-ssi?"

Pemuda itu memeriksa setiap barangnya kemudian menatap Taehyung yang juga sedang memperhatikannya "tidak, terima kasih"

Taehyung mengangguk lalu meraih kunci motor bergegas ingin kerja kelompok karena sedari tadi ponselnya sudah diterror

Yoongi memasuki kamar yang akan ia tempati sementara–ataukah sampai nanti? Ah ia bahkan sudah berpikir tidak ingin kembali pulang

"Kau menghalangiku untuk balapan, tapi adikmu sendiri malah kau biarkan berkeliaran seperti itu" seru Yoongi saat melihat Seokjin duduk manis di ruang tamu

"Siapa bilang aku tidak menghalanginya? Tidak lihat bekas memar di sudut bibir Taehyung?"

Yoongi terkekeh sekilas "jadi kau memukul adikmu sendiri?"

Seokjin mengangguk tenang "anak itu tidak akan mendengar jika kuperlakukan lembut"

"Tapi kenapa hyung tidak memukulku juga saat aku melanggar?"

Seokjin menoleh ke arah Yoongi lalu tertawa "untuk apa kau bukan adikku"

"Ey–kau bilang aku adikmu" bantah Yoongi tak terima

"Iya benar, tapi aku tidak punya hak melarang semua kegiatanmu kau hanya teman baikku yang sudah kuanggap adik sendiri tapi bagaimana pun juga aku hanya orang asing. Lagipula kau juga tidak pernah mendengarku untuk apa membuang waktu menegurmu?!"

Yoongi memutar bola mata, telinganya panas mendengar pekikan pemuda tampan itu

"Kau akan menginap berapa hari?"

Yoongi menyadarkan kepalanya ke sofa "entahlah"

"Jangan bilang belum dipikirkan!?" Seru Seokjin was-was

Pemuda Min itu hanya mengendikkan bahu acuh tak menghiraukan pekikan Seokjin yang kembali memenuhi seisi ruangan

"Dasar pucat rumahku bukan tempat penampungan!!"

°°°

"Astaga!" Pekikan itu keluar dari mulut pemuda Park yang sedang merebus ramen, tangannya tak sengaja terkena air mendidih karena sedari tadi ia tidak fokus

Jimin menyalakan air, membasuh tangannya yang sedikit melepuh

"Tidak ada yang pulang ya" lirih Jimin menatap ruangan yang hanya diisi dirinya

Jimin mengaduk ramen tak minat, berkali-kali melirik jam tapi ini sudah jam 8 lewat tak mungkin kalau Yoongi belum pulang dari kampusnya kalau malam begini sudah pasti pemuda Min itu tidak akan pulang

"Yoongi hyung kapan pulang?" []












So guys ...
Mungkin cerita ini bakal slow update :)

Thank you yg udah mampir
Semoga kalian suka💜
Maaf kalau gk sprti ekspetasi kalian..

Jujur aku bingung mau lanjutin kayak gmna wkwkw
Ini cuma ide halu yg terlintas, sorry kalau jadinya agak random

Love you💜

Aderphós ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang