7| Who's that

1K 97 0
                                    

Yoongi memijat kening, menyesap minuman beralkohol sekali teguk netranya terlihat kosong dengan bibir sibuk mengumpat

"Berhenti mengumpat tak ada yang berubah jika kau begini saja"

Yoongi tak menghiraukan, ia terkekeh sarkas berlanjut meneguk alkohol–ini sudah botol ketiga tapi pemuda itu tak peduli walaupun kulitnya berubah merah dengan mata sayu nampaknya tak bisa menghentikan kegiatannya

Besok pengumuman resmi pemilihan presiden, dan ayahnya kandidat nomor 2. Harusnya ia tak mengatakan nya,Well. Tuan Min mengancamnya kalau sampai pulang tanpa Jimin ia benar-benar akan tamat, Yoongi tertawa miris merasa dikhianati.
come on siapa putera sebenarnya sih?

"Kau tak mengatakan bahwa itu ancaman?"

"Tidak"

Seokjin merampas botol yang hampir diminum Yoongi, oh tidak Yoongi kau ingin mati karena mabuk?

"Kenapa? Bukannya sudah jelas, itu untuk membuat ayahmu mundur bukan?"

Yoongi mengusap rambut kebelakang memandang gelas kosong lantas memandangi jalan yang tampak lengang dan gelap

"Politik itu kotor hyung, kau tak akan pernah sadar mereka telah melemparimu dengan kotoran"

"Ya aku tau, tapi Tuan Min orang baik kenapa ada yang tega melakukan hal itu?"

Yoongi tertawa, benar-benar keras sampai Seokjin terlonjak di tempat duduknya

"Kau percaya ayahku orang baik?"

Seokjin menukik alis, meraih minuman kaleng lalu melemparkan ke tong sampah seberang walaupun akhirnya mendengus karena tak masuk, ingin mengambil tapi sepertinya orang dihadapannya ini lebih penting

"Hyung–

Seokjin diam ia menunggu Yoongi melanjutkan kalimatnya

–kalau seandainya hidupku seperti film horror, menurutmu siapa yang akan mati duluan?"


°°°

"Jimin–

Yoongi berhenti melangkah, pemuda bermata elang yang kebetulan dilewati Yoongi mencoba menunjukkan ponselnya

"Jimin terlihat memakai ponsel 4 hari lalu, ia menelfon restoran ayam"

Yoongi mengangguk sekilas lantas menepuk pundak Taehyung dengan senyum sangat tipis nyaris tak terlihat

"Hyung–akan mencari Jimin kan?"

Yoongi berbalik "kau pikir selama ini aku sedang apa?"

Terlihat pemuda disana meringis canggung "Hyung balapan nanti?" Yoongi mengangguk tapi Taehyung kembali diam

"Ikut?" Taehyung menggeleng cepat, cukup ia tak mau mendapat semburan hyungnya lagi. Yoongi mengendikkan bahu acuh

"Oh hari ini aku menginap ya, besok pengumuman rumahku pasti banyak wartawan" seru Yoongi tanpa menoleh

Yoongi menaiki motor hitamnya menjauhi pekarangan rumah Seokjin. Sebenarnya ia tak punya tujuan hanya bosan dan ingin menghirup angin sekaligus memikirkan cara bagaimana menemukan pemuda Park itu, Well. Akan semakin rumit karena polisi sudah turun tangan bahkan dengan kurang ajarnya mulai ada berita yang memuat hilangnya putera bungsu kandidat kedua membuat nama ayahnya menjadi trending hampir di seluruh media sosial.

Hah. Yoongi mendesah pelan memasukkan tangan dalam kantong celananya sedikit mencebik karena angin membuatnya menggigil ia lupa kalau hanya menggunakan kemeja tipis.

Yoongi meraih sigaret menyesap lalu menghembuskannya, kepulan asap putih langsung hilang terbawa semilir angin. Ia memejamkan mata mendinginkan pikiran sepertinya bagus, hampir tertidur sebelum ponselnya berbunyi nyaring

Yoongi menyerngit melihat nomor tak dikenal terpampang

"Ha–

Shit. Orang aneh.

Ia mengumpat karena langsung dimatikan sesaat menekan answer

Tapi sebuah pesan mengalihkan atensinya, Seperkian detik kemudian ponselnya hampir tergelincir

Yoongi hyung...
Maaf tak mengabari
Jimin baik-baik saja

Yoongi tak tau siapa pengirimnya, Park Jimin? Ah mana mungkin bukannya ia diculik? Kalau memang ia selamat lalu kenapa tidak langsung pulang? Kenapa tak ada laporan kalau Park Jimin sudah ketemu? Dan masih banyak lagi pertanyaan kenapa yang bersarang di otaknya

Park Jimin sialan. Bahkan saat pemuda itu tak ada pun masih saja menyusahkan

Cukup Min Yoongi. Tak ada gunanya menyalahkan Jimin saat ini, yang harus kau lakukan sekarang pulang lalu tidur dan besok pergi menemui ayahmu katakan bahwa anak kesayangannya masih hidup dan baik-baik saja.

Yeah kalau saja Pak tua itu percaya, Min Yoongi sering merasa ia bukan putera kandungnya. Jangan salah paham biar begitupun Yoongi tetap berusaha menjaga image ayahnya–well walaupun ia dikenal berandal untuk ukuran anak seorang calon presiden. Persetan dengan kedudukan, Min Yoongi tak suka berpura-pura menjadi orang lain.


°°°

"Ada kemajuan?"

Yoongi menarik bantal di sofa merebahkan dirinya sambil memejam mengabaikan Namjoon yang menunggu jawaban

"Hyung"

Namjoon menghela nafas, ia memilih abai mungkin Yoongi kelelahan hingga tak ada tenaga menjawab. Pemuda berdimple mengangkat salah satu kakinya ke meja mengotak-atik ponsel sesekali terkekeh melihat postingan di sosial media

"Namjoon"

Pemuda itu berdehem tapi tidak menoleh ataupun mengalihkan atensinya

"Aw hyung kenapa sih?!" Ia mengusap wajahnya yang terkena lemparan Yoongi

"Kau tidak menjawab ku dari tadi"

Namjoon menoleh masih dengan wajah kesal "apa?"

"Jimin baik-baik saja"

Pemuda disana refleks melotot hampir memekik karena terkejut "sungguh? akhirnya polisi berhasil menemukan Jimin"

Yoongi menyerngit "siapa yang bilang polisi menemukannya?"

"Loh? Bukannya Jimin sudah kembali?"

Yoongi mengendikkan bahu meraih sigaret lalu menoleh ke Namjoon yang menatapnya penasaran "ada yang mengirimiku pesan katanya bocah itu baik-baik saja. Aku tak tau sih siapa pengirimnya tapi yang penting Jimin selamat"

Sedikit jeda di antara mereka sampai suara Namjoon memaksa Yoongi memutar otaknya

"Hyung yakin itu dari Jimin? Atau kalau bukan pun apa hyung yakin Jimin selamat? Bagaimana jika itu hanya orang iseng saja?"

Sial. Namjoon dan otaknya

Kenapa hal itu tak pernah terpikir oleh Yoongi? []







Stay healthy guys:)

Aderphós ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang