22| He's Crazy

734 75 9
                                    

Dingin.

Tentu saja. Apalagi yang kau harapkan jika berada di lantai tertinggi gedung pencakar langit. Namun, Seoul tak pernah tampak semegah ini di mata Yoongi. Mungkin karena ia terlalu monoton dengan hidupnya dan tak sadar akan hal itu. Ribuan bahkan jutaan cahaya lampu tumpang tindih di bawah sana, berpendar indah dan menakjubkan. Membuatnya berpikir jika ia meloncat dari sini apakah cahaya lampu itu akan menyambutnya seperti gumpalan kapas atau ia akan mati seketika?

Asap berkepul keluar dari bilah bibirnya. Memandang kosong kota Seoul yang ramai. Udara cukup dingin, bahkan orang-orang memakai tiga lapis pakaian hari ini

"Terkadang aku berpikir, bagaimana rasanya melompat dari atas sini?"

Pemuda itu tersentak, pikirannya kembali sadar menoleh ke arah pemuda lain yang melongokkan kepala ke bawah

"Apa yang kau lakukan disini?"

Yang ditanya menoleh, terkekeh sesaat "Seharusnya pertanyaan itu untukmu hyung, apa yang hyung pikirkan sampai memilih ke sini?"

"Aku tidak bisa pergi"

Menyerngitkan alis "Kenapa?"

Yoongi menunjuk ke bawah dengan gestur dagu. Pemuda itu melangkah maju, menyipitkan matanya mencoba memahami maksud Yoongi

"Aku tidak melihat apapun"

Yoongi mendecak "Wartawan, bodoh" sambil kembali menghisap benda berasap di bibirnya

Kembali terkekeh namun fokusnya teralihkan dengan telapak tangan Yoongi

"Kupikir sudah diobati"

Menoleh dan saling pandang, Yoongi memalingkan wajah mengabaikan perkataan itu

"Aku sudah disini hampir sejam dan tak ada apapun yang terjadi" tutur Yoongi

Ia terlihat berpikir "Menurutmu, apa mereka sengaja memancing?"

"Tapi tidak mungkin juga sih, umpannya kurang menarik"

Namjoon, pemuda yang dari tadi sabar menanggapi omongan random Yoongi menghela nafas lelah

"Sebenarnya topik apa yang kita bicarakan?" Tanyanya

"Kau tidak tau?" Dan Namjoon menggeleng bingung

"Yasudah, lupakan saja" garis wajah Namjoon kembali mengeras. Dasar pucat

"Aku bisa saja mendorong hyung sekarang dan membiarkan hyung mati sekarat di bawah sana" ucap Namjoon dengan senyuman horror

Yoongi tertawa "Lakukan saja, dan setiap kau tidur nanti aku akan duduk di sampingmu"

Gelak tawa Yoongi berangsur surut tatkala melihat wajah Jimin. Namjoon yang terkejut sontak berdiri tegap

"Jimin? Kenapa kesini?"

Pemuda Park disana memandang Yoongi sekilas "Hanya bosan saja, dokter tadi memeriksaku dan bilang bahwa aku sudah bisa pulang---

Senyum Namjoon merekah bebarengan dengan kalimat Jimin

---Yoongi hyung? Bisa kita pulang sekarang?"

Pertanyaan Jimin tak digubris oleh Yoongi. Ia hanya sibuk menginjak sigaret dan berniat menyalakan korek

"Hyung" panggilan Namjoon membuatnya menoleh, melihat Jimin memandangnya

"Ya, pulang saja. Namjoon akan mengantarmu"

Tapi Jimin justru menggeleng "Kenapa hyung tidak ikut?"

"Aku akan menyusul"

Namjoon berdehem, memberi kode bahwa ia akan mengantar Jimin pulang sekarang namun langkahnya sontak berhenti tatkala suara Jimin terdengar

"Maaf, tadi aku terbawa emosi. Bukan itu maksudku hyung, aku tidak pernah berpikir untuk melukai hyung---

"Kau sudah melukaiku dari awal kau masuk ke rumah, Jimin"

Menatap panik, namun dengan sigap fikirannya menenangkan. Berusaha mengulik alasan agar Yoongi percaya

"Hyung, maaf aku tidak bermaksud---

"Tenang Park, kenapa kau panik begitu?aku tidak akan membunuhmu hanya karena ucapanmu tadi" ujar Yoongi

Pemuda itu memiringkan wajah melihat Namjoon yang berdiri tak jauh dari mereka "Kim, antar Jimin pulang. Bawa mobilku saja"

"Tidak mau"

Yoongi kembali menatap Jimin. Memijat pelipis yang terasa pening "Jangan keras kepala di situasi ini, Park. Aku sedang tak ingin bercanda"

"Kenapa aku harus menuruti semua ucapanmu?!"

Menyerngit, Yoongi tak percaya dengan ucapan sarkas Jimin

"Apa maksudmu?"

Jimin tersenyum miring "Kau aktor yang hebat hyung"

Tatapannya tak bisa diartikan "Aku akan mengakhiri semuanya"

Langkah pemuda itu begitu cepat, melompat dengan sekali tumpuan. Namjoon memekik nyaring dan Yoongi tertegun di tempat

"Jimin! Kau gila?"

"Jangan banyak bergerak sialan, kau bisa jatuh!" Pekikan Yoongi tak kalah nyaring. Ia memegang lengan Jimin kuat. Merutuki betapa bodohnya anak itu, apa ia tidak tau badannya bisa saja hancur jika jatuh dari lantai setinggi ini

"Tarik dia Kim!" Namjoon sigap membantu Yoongi, beruntung Jimin bisa diselamatkan

"Apa yang kau pikirkan bodoh?!" Bentak Yoongi

"Hyung tenang dulu" Namjoon menenangkan Yoongi yang hampir memukul Jimin dengan emosi

Nafas berat terhela pelan. Ia melirik cengkraman Jimin pada jaketnya. Anak itu menangis dengan tubuh gemetar. Yoongi masih mengatur nafas. Jantungnya hampir lepas tadi

Namjoon juga sama kagetnya, pemuda itu bahkan menutup matanya mencoba menetralkan nafas

"Kalau ingin mati jangan disini. Aku tidak mau jadi saksi. Terlalu merepotkan" celetuk Yoongi

"Aku takut hyung" Gumaman Jimin terselimut lara

"Dia--mendengar kita" bisik Jimin nyaris tak terdengar

Yoongi menajamkan pendengaran tapi nihil ia tak bisa mendengar dengan jelas

"Apa yang kau katakan?"

Jimin menunjuk benda kecil berkedip yang menempel di bajunya. Kerngitan tak mengerti tambah jelas tercetak di wajah Yoongi

Namjoon melihat sekeliling, bergeser tepat di samping Yoongi. Pemuda itu membisikkan suatu kalimat "Itu seperti alat pendengar, mereka bisa merekam percakapan kita dari sana"

Pemuda Min itu sontak menoleh terkejut. Namjoon menambahi "Dan mungkin mereka juga mengawasi kita sekarang"

Entah karena hal yang baru saja ia dengar atau karena Namjoon yang tau soal alat-alat seperti itu. Hampir 10 detik dan Yoongi tak bergerak seinci pun

Ia kembali melihat Jimin menarik nafas sekali "ingin ku bantu?"

Tentu saja jawabannya iya, Jimin mengangguk semangat "Tapi, bagaimana?" Tanyanya

Menoleh ke arah Namjoon sekilas, Yoongi meminta benda kecil itu dari Jimin. Pemuda disana menyerahkan sedikit enggan

"Hyung!"

Jauh di luar nalar. Yoongi menginjak benda itu hingga hancur lalu melempar asal ke bawah. Jimin makin panik saat Yoongi berbalik lalu berdiri tegap seperti sengaja menyuruh mereka melihatnya

Pemuda itu mengangkat jari tengah sambil tersenyum miring

Jimin terperangah, tak tau harus berbuat apa. Sementara Namjoon terkekeh di sampingnya

"Dia gila" []

Aderphós ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang