Chapter 5

20 4 0
                                    

Di koridor sekolah , ia melihat Leon yang sedang berdiri di depan pintu. Karena masih jengkel atas ledekan yang kemarin, ia memasang wajah malas sambil berjalan melewati anak itu.

“WOE! PENGANTIN WANITA UDAH DATENG,” teriak Leon ke dalam kelas sampai suaranya menyebar ke koridor.

“Pagi – pagi jangan ngajak ribut deh!” bentaknya sambil menepuk lengan Leon dengan keras.

“Aduh kenapa aku ditabok sih?” celetuk Leon dengan nada bicara dan ekspresi manja yang menjijikkan.

“Sabar Lin sabar...” gumamnya seraya mengelus dada.

“LUCAS, KOK LO GAK NYAMPERIN PENGANTIN LO SIH?” teriaknya lagi.

Ia berusaha menahan emosi sambil mengepalkan tangannya yang terasa sangat gatal karena ingin memukul cowok di hadapannya itu.

“Tolonglah ya, jangan bikin ubun – ubun gw jadi panas deh. Gw nggak mau masuk BK gara – gara nonjok lo sampe bonyok. Jadi mohon kerja samanya.”

“Kenapa sih emang? Lo gak mau jadi pengantin Lucas? Oh gw tau, pasti lo maunya sama gw. Iya kan?” ujar Leon sambil menggenggam kedua tangan gadis itu

“NAJIS! TAU GAK LO?!” teriaknya lalu menendang tulang kering cowok itu.

“AKHH! Lo gila ya? Sadis banget sih jadi cewek.” Ia memegangi kakinya yang kesakitan.

“Heh! Lo yang sinting! Mending gw jomblo seumur hidup dari pada harus sama lo. Udah ah minggir!” bentaknya. Ia pun mendorong badan Leon agar bisa masuk ke dalam kelas.

“Gw bisa gila lama – lama. Dasar anak gila,” ocehnya seraya duduk di bangku.

“Sabar...maklumin aja, dia kan emang suka ngajak berantem.” Eliza menepuk punggungnya.

“Udah kelewat sabar za...”

“Lin, nanti anterin gw ke mall yuk,” Ajak Eliza tiba – tiba.

“Sorry bukannya gak mau ya, tapi hari ini gw harus ke kafe.”

“Yah, masa nggak bisa sih? kemarin sama Lucas bisa tuh,” ujarnya sambil mengerucutkan bibir.

“Ya.. soalnya kan kalo belanja sama cowok biasa cepet, makanya kemarin gue sempet sempetin.”

tiba-tiba Eliza menariknya keluar kelas.

“Mau ngapain sih Za?” Tanyanya keheranan.

“Lo jujur sama gw! Lo suka sama Lucas?”

“Hah apaan sih? kok tiba-tiba nanya kayak gitu?”

“Lo jawab aja pertanyaan gw yang tadi.”

“Astaga Za! Gw nggak ada feeling sama dia kok. Emang kenapa sih? lo suka sama dia?”

“Enggak kok, kan gw cuma nanya.”

“Lo yakin?” tanyanya yang masih merasa curiga.

“Iyalah Lin. Gw kan udah punya Adrian, jadi gak mungkin selingkuh lah. Kan lo tau sendiri, kalo gw itu tipe cewek yang setia.”

“Idih hahaha...iya dah yang setia,” jawabnya sambil terkekeh.

“BTW lo beneran nggak mau nemenin gw?” Eliza mengalihkan pembicaraan.

“Kan tadi gw udah bilang. Hari ini gw nggak bisa karena gw tau kalo lo tuh belanjanya pasti bakal lama. Tapi kalo lo emang mau pergi bareng, gw bakal kabarin bisanya kapan.”

“Ya udah. Entar kabarin aja ya,” ujar Eliza. Bertepatan dengan itu, bel masuk akhirnya berbunyi hingga menggema di sepanjang koridor.

“Oke sip! masuk yuk bentar lagi Bu Laura bakal dateng,” ajak Linny sambil menggandeng tangan temannya itu.

Suara langkah kaki kian terdengar menuju ke kelas 12-A IPA. Siapa lagi kalau bukan guru yang tadi Linny sebutkan?

Steven yang menyadari kedatangan Bu Laura pun langsung memberikan isyarat kepada semua anak di kelas agar duduk di tempat masing-masing.

Mereka pun serentak gaduh dan ricuh karena berebutan jalan. Bagaimana tidak? Bu Laura itu adalah guru yang terkenal paling sadis di sekolah apalagi di kalangan kelas 12. Ia tidak segan-segan merobek kertas ujian bagi siswa yang terlihat mencurigakan, padahal belum tentu itu anak itu benar – benar menyontek.

Bahkan ia selalu menandai kesalahan setiap siswa di buku catatannya. Tidak hanya itu, jika terlambat 1 menit saja di jam pelajarannya, Ia akan memberikan hukuman berupa lari mengelilingi lapangan. Itulah alasan mengapa guru itu sangat ditakuti oleh para siswa.

“Selamat pagi anak – anak,” sapa Bu Laura sambil membuka pintu kelas.

“Pagi Bu,” jawab semua anak serentak dengan posisi duduk yang rapi namun kaku.

“Hari ini ibu akan mengadakan kuis. fisika Nilainya akan dimasukkan sebagai nilai keterampilan, jadi tolong siapkan kertas dan alat tulis di atas meja masing-masing dan tidak ada yang menyontek,” ujarnya dengan suara lantang dan tegas.

“Baik Bu,” semuanya hanya menurut bahkan tidak ada yang berani mengeluh satu pun meskipun itu bersifat dadakan. Padahal kalau dengan guru lain, semua murid pasti protes kecuali Lucas.

“Kemarin gw udah belajar sama Lucas sih. Semoga materinya masih ada yang nyangkut di otak gw,” batin Linny sambil menarik secarik kertas.

Tiba – tiba Lucas menepuk pundaknya dari belakang. Anak yang ditepuk pun langsung menoleh. “Semangat! Pasti bisa,” bisik Lucas.

“Hehehe...makasih, lo juga ya.”

...

Jam istirahat pun tiba, semua anak berkeliaran ke sebuah tempat. Apalagi namanya kalau bukan kantin? hanya masih tersisa beberapa anak yang masih menetap di kelas sambil memandangi benda canggih berbentuk persegi panjang yang selalu dibawa ke mana pun dan kapan pun itu, yang biasa disebut dengan kata handphone.

RAIN AND BLOOD (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang