Bagian Keempat.

558 82 25
                                    

Lelaki manis berwajah tupai sedang sibuk memainkan ponsel di atas sofa. Padahal Minho dan juga Hyunjin berada disekitarnya, namun mereka sedang melakukan kesibukan di ponsel masing-masing. Jika biasanya mereka asik bermain game, kini ketiganya sibuk menghubungi orangtua masing-masing. Jisung yang takut orangtua-nya khawatir itu berkali-kali menghembuskan nafas. Bagaimana jika nanti dirinya tidak dianggap lagi sebagai anak karena sebuah virus? Sungguh membayangkannya saja sudah membuat Jisung hampir gila.

"Kak, kalau Achan dicoret dari Kartu Keluarga karena kena virus, gimana?" Jisung beralih pada Minho, kiranya Minho akan segera menyahut, ternyata lelaki itu sedang berbicara melalui telepon.

"Ya mana Alam tahu kalau Reza Covid, jadi Alam diusir dari rumah atau nggak? Kalau diusir sih Alam mau kawin lari sama Achan."

Hembusan nafas Jisung keluarkan, gestur gelengan kepala pun ia perlihatkan. Minho ini benar-benar, pikirnya.

"Nggak, Alam isolasi disini aja sekalian menyolasikan diri bareng Achan biar kami nempel melekat bagaikan cicak bertemu temboknya. Asiikkkk, kiw Ma udah dulu ya, Achan udah nggak tahan minta diraba." Dan ketika Minho mematikan telepon, saat itu juga Jisung melempar sebuah bantal sofa ke arah Minho. Yang terkena lemparan itu kembali melempar ke arah Hyunjin yang juga sedang menelepon.

"Hiks— aduh bangsat! Maaf mak, kelepasan. Hiks, intinya mamak jaga diri baik-baik disana, semoga Reyvan sembuh ya Mak, doakan Reyvan bisa ngalahin virus jahat ini demi mamak dan jodoh Reyvan nanti."

Jisung beranjak, mendudukkan diri disebelah Minho lalu menatap lelaki bernama Reyvandi yang tengah berbicara sembari meneteskan air mata. "Lebay banget, najis."

Jisung mencubit pinggang Minho dan menatapnya sinis. Kalau kata orangtua Jisung, semua orang tidak lebay dalam menghadapi masalah, namun sudut pandang orang lain lah yang membuat semuanya terlihat lebay.

"Sakit, Anjing! Sana telepon Bunda." Minho menarik kepala Jisung dan membawanya kedalam ketiak, ditekannya kepala itu kuat-kuat lalu dilepas sembari mengusak surai tersebut.

"Bilang bunda, mumpung covid disini, Achan bikinin bunda cucu ya."

Dan setelahnya pinggang Minho kembali menjadi sasaran empuk Jisung untuk meluapkan kekesalan.

"Udah diem, mau hubungin bunda!" Minho mengangguk, lelaki itu merangkul tubuh si manis sembari menghirup surainya. Terasa sekali harum Vanillanya, Minho sampai candu berada didekat Jisung.

"Achan suka Vanilla ya? Mau Vanilla dari kepunyaan gue nggak?"

Sembari menunggu panggilan diangkat, dahi Jisung mengernyit mendengar penuturan Minho. "Apaan Vanilla, sperma?!"

"Astaga Achan, kamu lagi main sama siapa?!"

Mampus, pikir Jisung.






¤═𝒬𝓊𝒶𝓇𝒶𝓃𝓉𝒾𝓃ℯ═¤





Bangchan membuka pintu kamar, matanya membola ketika melihat Changbin sedang tertidur dipelukan sang adik. Sudah jaga-jaga terhadap Jisung dan Minho, ternyata malah sang adik yang diperlakukan tidak senonoh dengan orang lain. Melihat hal tersebut, Bangchan segera menarik selimut yang menutupi keduanya dan menarik tubuh Changbin hingga lelaki itu terjatuh ke lantai. Felix yang awalnya sudah terlelap pun segera membuka mata dan mendudukkan diri dengan wajah terkejut.

"Astaga, Mas Chaniggia!" Matanya membola, nafasnya terengah karena terkejut. Lalu dibuat makin terkejut ketika melihat Mitologi dan juga Rizky sedang berdiri diambang pintu.

ϙᴜᴀʀᴀɴᴛɪɴᴇ [sᴛʀᴀʏᴋɪᴅs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang