ϙᴜᴀʀᴀɴᴛɪɴᴇ [sᴛʀᴀʏᴋɪᴅs]

Bagian Kesepuluh.

Genggaman tangan Minho masih pada pergelangan tangan Seungmin. Yang dipegang memperhatikan wajah serius lelaki tersebut. Tidak biasanya Minho bersikap serius saat keadaan genting. Ini pertama kalinya Minho tidak melawak dengan tema Zombie didepan mata.

"Kayaknya sofa nggak akan nahan itu pintu, senjata dimana?" Minho melepas genggaman, mengedarkan pandang mata ke seluruh ruangan lalu melihat sebuah pistol diatas meja dan mengambilnya.

"Semuanya ambil senjata kecuali Rizky dan Mitol. Kalian naik ke kamar Eza." Perintah serius Minho tidak juga dilaksanakan. Semua masih berdiam diri ditempat memperhatikan gestur tubuh lelaki bernama lengkap Alam Barraputra itu.

"Gue panggilin Bang Chani aja ya?" Hyunjin hendak melangkah naik ke lantai atas.

"Bisa nggak sih lo percaya sama diri sendiri, ngandelin orang mulu."

Hingga ucapan Minho menghentikan langkah lelaki bertubuh tinggi itu. "Bang Chani tidur, biarin dia istirahat buat sekarang. Sekarang giliran—

'BRAK!

—anjing."

Pintu mulai terlihat tanda akan terbuka. Minho dengan sigap membuka bagian jendela dan memunculkan kepala serta tangan kanannya keluar hingga menarik perhatian para zombie. Yang tadinya sibuk berpusat pada bagian pintu kini para zombie berpindah mendekat ke arah Minho.

"Lam, jangan ngelawak anjing. Itu Zombie, emang lo bisa-

'Dorr! Dorr! Dorr!

Suara pistol yang terdengar nyaring membungkam mulut Changbin. Minho sukses menembakkan peluru tepat mengenai kepala zombie disana.

"Tol, matiin semua lampu yang ada dilantai satu."

Sesuai perintah, Seungmin segera mematikan seluruh lampu yang menerangi kediaman keluarga Wibowo. Tidak hanya Seungmin, Jeongin pun turut membantu. Sedangkan Changbin dan Hyunjin kini sedang sibuk membawa lemari besar untuk mereka letakkan tepat dibelakang pintu.