2

225 16 0
                                    

*Flashback

Aku mengayuh sepedaku pelan, melewati beberapa rumah sembari melihat sekitar. Sekarang ini aku tengah menuju perpustakaan kota untuk meminjam beberapa buku.

Ujian Akhir sebentar lagi akan di mulai, aku sebagai siswi kelas akhir tentu menginginkan hasil maksilmal.

Hanya butuh waktu 10 menit dengan menggunakan sepeda, aku akhirnya sampai di perpustakaan. Parkiran nya tidak penuh, cenderung lenggang. Yang berarti suasana perpustakaan akan sepi nanti.

Kaki jenjangku melangkah pelan, berjalan menunduk memperhatikan marmer. Aku hanya perlu meminjam 2 buku lalu kembali.

"Ini nanti batas waktunya bulan depan ya, dek."

Aku mengangguk, "Iya, mbak. Terimakasih banyak, ya."

Urusanku selesai. Aku berjalan pelan menuju area parkir dengan tangan penuh buku. Yang niatnya hanya akan meminjam 2 buku, jadi membawa 4 buku.

Belum lagi di tanganku juga terdapat buku catatan dan tempat pensil. Tas yang ku bawa dari rumah ku tinggalkan di keranjang sepeda, dan aku menyesalinya sekarang.

Dan benar terjadi, aku menabrak seseorang. "Eh, Astagfirullahaladzim."

Buku-buku berhamburan dengan tas milik seseorang yang kutabrak. Aku malu, tanganku memunguti buku yang berceceran, lalu menunduk dalam.

"Maaf, mas. Saya tidak sengaja."

"Tidakpapa, mbak. Saya juga minta maaf."

Aku mengangguk sebentar, "Kalau begitu saya permisi, mas." Dan aku menaikkan pandangan untuk beberapa saat, balas menatap sosok yang sudah ku tabrak tadi.

Sempat terpaku mengamatinya, sarung berwarna hitam, peci dan koko putih senada. Tangannya membawa tas kecil dan juga kacamata, ia terlihat menawan.

Dan untungnya aku segera tersadar, dalam hati mengucap banyak istighfar.  Dengan langkah gugup segera berlalu dari sana, dan yang aku sadari, jantungku berdebar keras sejak saat itu.

Sesampainya di rumah, aku melihat eyang putri dan bunda sedang menata beberapa barang ke dalam kardus kecil. Mereka duduk di ruang tamu yang bisa di lihat dari depan rumah. Langkahku perlahan menghampiri.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam, Ay. Sudah pinjam bukunya?"

Aku mengangguk sambil mencium tangan bunda, "Sudah, masih di atas sepeda. Berat, bunda. Nanti Ayla minta tolong El untuk pindahkan ke kamar."

Bunda mengangguk saja, tangannya masih memasukkan beberapa barang ke dalam kardus. Ada semacam sembako, frozen food, dan beberapa makanan ringan.

"Itu untuk apa, bun?"

"Untuk di berikan ke putra nya kyai Bahar, nak. Kan katanya besok sudah berangkat ke Madinah untuk lanjut sekolah." Jawab Eyang mewakili, dan aku mengangguk saja.

Aku tahu bahwa putra pemilik pesantren di ujung gang rumahku ini sangat pintar. Bunda pernah bercerita bahwa di umurnya yang ke 21, ia sudah akan menyelesaikkan s1 nya di Madinah.

Eyang kung ku berteman baik dengan sang Kyai, hanya aku yang tidak pernah ikut mengunjungi kediaman mereka. Mungkin beberapa kali tidak sengaja berpapasan dengan Kyai bersama istrinya.

"Mutia mau ikut, nak? Hari ini ada pengajian di pesantren Kyai Bahar, nanti datang sama eyang putri."

Mataku beralih menatap bunda, melihat tingkahku membuat bunda tertawa pelan, "Kenapa lihat bunda? Di jawab itu eyang kung nya."

Landing (REST)Where stories live. Discover now