3. Ingin Beli Waktu

5.5K 1.2K 835
                                    

WARNING!

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!!




"Percuma punya banyak uang, tapi gak bisa beli waktu dan menjadikan keadaan jadi lebih baik."

-Trigonometri-

Karya Nadia Pratama

Karya Nadia Pratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Maaf Pak Atlas, jika memang Althaf tidak bisa merubah tingkah lakunya, dengan terpaksa kami harus mengeluarkannya dari sekolah ini," ucap Susilo, guru BK yang menangani kasus Althaf.

Ini sudah peringatan yang entah keberapa ratus, sejak Althaf masuk SMA.

Althaf yang duduk di sebelah Atlas, hanya diam. Menyimak dengan santai tanpa rasa bersalah sekali pun. Bahkan cowok itu harus mendapat paksaan oleh tim raziah OSIS agar datang ke ruang BK.

Atlas mendesah pelan, kepalanya mendadak berdenyut. "Baik Pak Susilo, saya mengerti. Sekali lagi saya meminta maaf atas tindakan Althaf."

Atlas menatap putranya. "Althaf, minta maaf pada gurumu!" titahnya.

Althaf tidak mendengarkan, dia justru mengorek telinganya dengan jari tengahnya di depan guru dan Papanya.

"Althaf!" tegur Atlas.

Althaf menghela napas. "Ini udah kan? Gue mau pergi soalnya." Cowok itu langsung beranjak dari duduknya.

"Duduk!" titah Atlas.

Althaf masih berdiri dengan kedua tangan yang di masukan dalam saku celana. Malas berbicara dengan guru dan Papanya.

"Papa bilang duduk dan minta maaf dengan benar pada gurumu!"

Althaf memosisikan dirinya menghadap Pak Susilo. "Sorry," ucapnya, lalu berjalan keluar dari ruang BK.

Atlas sangat malu dengan sikap Althaf, untuk hal ini Atlas selalu menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa gagal dalam mendidik anaknya di masa remaja seperti ini. Atlas kembali menatap guru BK Althaf.

"Sekali lagi saya minta maaf atas nama saya dan Althaf."

"Iya Pak Atlas, saya memaklumi, anak remaja zaman sekarang memang tidak semua mudah di atur," balas Pak Susilo.

Setelah menemui guru BK, Althaf berjalan menuju kelasnya untuk sekadar mengambil tas dan menjemput tiga sahabatnya, lalu pergi dari sekolah.

Namun di perjalanan, dia di cegah oleh Kelvin. Kelvin sendirian saat ini begitupun dengan Althaf.

TrigonometriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang