18. Terima Kasih

4.6K 1.1K 1K
                                    

WARNING!

 

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!!

 
-


-
-

 







“Setidaknya Tuhan memberi apa yang aku minta, yaitu bahagia bersama sosok yang begitu aku cintai meski itu hanya sesaat.”

-Trigonometri-

Karya Nadia Pratama   

Karya Nadia Pratama   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






 

 

Althaf menutup teleponnya, dia mengatur napas dan mimik wajah sebelum kembali bergabung bersama kelurganya di dapur, perkara dengan Kelvin, dia benar-benar akan menghadapi Kelvin meski harus menghadapi situasi yang berbahaya sekalipun. Althaf tidak akan diam saja, dia akan memberikan Kelvin sesuatu hal yang seharusnya dia dapat, seperti, mata dibalas mata.

Althaf mengembangkan senyumnya lalu berjalan menuju dapur, dia merasa bahagia ketika melihat Mamah dan Papahnya tertawa bersama, melihat anggota keluarganya yang kompak meski harus tanpa Alfan.

Althaf juga bersyukur karena masih diizinkan untuk hadir di tengah-tengah keluarganya. Terutama untuk bisa hadir memberi tawa untuk sang Mamah.

"Udah teleponnya?" tanya Hafsah setelah sang putra kembali hadir dan ikut membantu memasukkan kue mereka ke dalam oven. Althaf mengangguk.

"Dari siapa?" tanyanya lagi.

"Oh, tadi Rafa ternyata. Dia pake nomor Ayahnya," balas Althaf setenang mungkin tanpa raut ataupun hal yang mencurigakan.

Hafsah mengangguk pelan. "Ya udah, kamu istirahat aja. Nanti mamah panggil kalo kuenya udah matang."

"Kita istirahat sama-sama aja Mah, nonton tv bareng gitu? Althaf pengen nonton bareng Mamah." kemudian dia menoleh menatap anggota keluarganya yang lain. "Bareng Papah, Altan, Hasna, sama Kakek. Kalo kakek belum tidur sih."

Atlas tersenyum, setidaknya dia bisa merasakan perubahan baik yang begitu besar pada putranya. Melihat bagaimana sifat lembut dan hangat itu hadir dari dalam diri Althaf.

TrigonometriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang