17. Rumit

4.4K 1.1K 952
                                    

WARNING!

 

Cerita ini mengandung unsur semacam kekerasan, omongan kasar, dan beberapa hal buruk yang tidak pantas ditiru.

Semua tokoh, ras, agama, latar, hanya fiktif belakang.

Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Selamat membaca!!

 

 

-



“Jangan terlalu percaya sama orang lain, lo juga harus inget kalo orang yang paling deket sama lo, justru orang yang paling bahaya. Karena semua manusia di dunia ini, palsu.”

-Kelvin-

Dalam novel, Trigonometri karya Nadia Pratama

 

 

 

Althaf memberi senyum mengejek pada Kelvin sebelum dia melangkah pergi dengan rasa bangga karena membuat emosi Kelvin tersulut. Kansa berjalan di belakang Althaf sambil sesekali menoleh ke belakang, dia takut kalau nantinya Kelvin akan bertindak dan melukai Althaf.

Bagi Kansa, sudah cukup rasanya sakit kehilangan Alfan. Gadis itu juga khawatir tentang mental Althaf, takut jika omongan Kelvin berefek buruk bagi kesehatan mental Althaf.

Althaf menghentikan langkah, membuat Kansa yang berjalan di belakangnya secara tidak sengaja menabrak punggung Althaf, membuat gadis itu mengadu kesakitan.

“Althaf, kalo mau berhenti bilang dong!” gadis itu mundur beberapa langkah sambil mengusap dahinya, Althaf berbalik dan tersenyum tipis.

“Sorry, gue mau ke toilet dulu. Lo ke kelas duluan aja.”

Kansa diam sambil menatap Althaf lama, pikirannya mulai bercabang ke mana-mana, semua hal buruk menyerang otaknya. Bagaimana jika Althaf diserang Kelvin? Bagaimana jika Althaf menyakiti dirinya sendiri di dalam toilet? Bagaimana jika Althaf sampai bunuh diri, mengingat keadaan mentalnya yang memang pernah separah itu.

“Kenapa? Mau ikut?” suara Althaf membuat Kansa kembali sadar, perlahan gadis itu mengangguk. Tawa Althaf pecah, lucu sekali melihat raut polos Kansa.

Althaf menghentikan tawanya, dia melipat tangan di depan dada sambil menatap balik Kansa. “Kayaknya lo udah gila deh,” tuturnya.

“Enak aja,” balas Kansa tidak terima. “Aku Cuma mau jagain kamu, pokoknya ikut!” lanjutnya dengan wajah yang dibuat seimut mungkin untuk membujuk Althaf. Althaf menahan tawa, kalau seperti ini, dia jadi ingin lebih menggoda Kansa.

TrigonometriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang