PERHATIAN!!!
HARAP KOREKSI SETIAP TYPO DAN KESALAHAN DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. FEEDBACK? DM SAJA.
TERIMA KASIH. 🧡😘
##########
Tepat satu bulan sudah, Nada berada di sekolah barunya. Tentu saja dengan teman yang itu-itu saja. Entah bagaimana ceritanya, rasanya di sekolah ini ia lebih mudah mencari teman pria dibanding wanita. Bahkan, jika untuk mengumpulkan teman laki-laki, ia tak perlu bersusah payah untuk memperkenalkan dirinya. Seolah seisi sekolah telah mengenalnya, bahkan beberapa berusaha mendekatinya. Namun, selalu terhalang oleh dinginnya sikap Nada jika bukan kepada tiga sahabatnya.
Suasana sekolah masih tampak lengang. Embun yang tadi pagi menetespun belum sepenuhnya kering. Nada yang berangkat lebih awal memutuskan untuk duduk di taman depan gerbang sekolah. Menanti kedua sahabatnya--Ervin dan Elvano.
Untuk Nando, mungkin ia juga sahabatnya. Hanya saja, anak satu itu jarang berbaur dengan keduanya. Kompleks rumahnya pun berbeda arah. Sehingga tak memungkinkan mereka untuk berangkat bersama.
Mata Nada masih terus berjalan mengikuti arah tulisan yang berderet di sebuah buku. Entah, ia sendiri tak tau buku apa yang ia baca. Hanya memiliki judul Move On.
"Kok bisa, sih kemarin pinjam buku ini? Apa gunanya coba?"
"Melupakan si tuli." Bak sebuah bensin yang tersulut api. Cepat, tanpa perantara sebuah suara menjawab perkataan Nada. Yah, tentu saja, ia sangat hafal dengan suara itu. Em ... tunggu-tunggu. Terlebih, julukan itu.
"Hem...." Nada hanya mengembuskan napas bosan. Ia benar-benar? Kesal. Bagaimana mungkin ia bisa kembali bertemu dengan biang rusuh itu. Kenapa tidak kedua sahabat rempongnya?
"Sudah gua bilang. Cowok tuli itu kagak pantes buat Lo!"
"Emang apa masalahnya?!" tanya Nada ketus tanpa menoleh pada Leo yang berdiri di belakangnya.
"Lu udah tau kalau dia tuli?"
"Sudah. Lalu apa?"
"Dan ... lu masih mau deket dia?"
"Stop introgasi gua!" Kata 'gua' pertama yang muncul dari mulut Nada secara jelas. Tampaknya gadis itu sudah hilang kesabaran akan sikap Leo yang selalu semena-mena pada Ervin.
"Gua sekarang tanya. Kenapa lu gak ada bosen-bosennya ngerjain Ervin?!"
"Karena gua pikir dia kagak pantas hidup di antara kita."
"Jadi lu pikir lu Tuhan?!" Suara Nada meninggi satu oktaf dari sebelumnya. Ia benar-benar kesal dengan apa yang baru saja dikatakan Leo.
"Gua bukan Tuhan. Tapi, gua ngerasa aja, manusia sampah itu layaknya dibuang."
"Leo!"
"Dan satu lagi, gua cinta sama lu. Dan lu dilarang Deket Ervin atau, Ervin akan...." Leo menjeda perkataannya dan melanjutkan kalimat itu dengan isyarat kematian.
"Terserah apa katamu. Yang jelas, aku tidak akan pernah mencintaimu!" Dengan kesal juga kembali ke kata semula, Nada meninggalkan Leo yang kini mematung dengan khas senyum liciknya menatap Nada yang kian berjalan menjauh.
"Dasar psiko!" umpat Nada yang teringat akan isyarat Leo barusan. Bagaimanapun ia tak akan pernah gentar dengan ancaman Leo. Bukan Nada namanya, jika ia memilih menyerah sebelum bertempur. Meski ia tau, bagaimana konsekuensinya jika berurusan dengan Leo.
![](https://img.wattpad.com/cover/272075290-288-k135404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nada Tanpa Suara [Terbit] ☑️
Teen FictionPre Order sampai Oktober. Harga pre-order 75.000 untuk harga normal 80.000 yuk buruan peluk bukunya! 😘 PEMESANAN: 085832130908 (Amma Altaira) CERITA INI MERUPAKAN CHALLENGE WALXSPA2021 (writing maraton challenge 50 day's)👇👇👇 Sebagian part hilang...