Kenyataan Pahit

20 9 4
                                    

PERHATIAN!!!

HARAP KOREKSI SETIAP TYPO DAN KESALAHAN DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. FEEDBACK? DM SAJA.

TERIMA KASIH. 🧡😘

#walxspa2021

##########

Suasana begitu tampak hening, hanya menyisakan suara setiap langkah orang-orang berseragam khas rumah sakit dan beberapa keluarga pasien yang menanti kejelasan dokter atas seseorang yang mereka kasihi di balik pintu UGD.

Tampak seorang pria berusia dua puluh tahun masih mondar-mandir di depan ruangan bercat dominasi putih itu.

Nata, ya, siapa lagi jika bukan dirinya? Ia benar-benar bingung harus apa. Bagaimana dengan keadaan adiknya yang kini terbaring di dalam? Apa yang akan ia katakan kepada kedua orang tuanya tentang Nada yang saat ini tengah terbaring?

"Ta, tenang, Ta. Lebih baik kamu sekarang duduk dan banyak-banyakin doa supaya Nada selamat."

"Gimana aku bisa tenang, Dit?! Itu adikku. Dan aku sebagai kakak enggak becus jaga dia!" Suara Nata tampak meninggi, menggambarkan emosi dan perasaan kacau dalam hatinya. Namun, Adit yang dapat memahami situasi itu tak henti-hentinya memberi masukan untuk sahabatnya itu.

"Aku tau, Ta. Tapi, lebih baik sekarang kamu hubungi orang tuamu."

"Ayah pasti masih di kantor, Dit. Bunda juga, pasti masih di butik."

Adit terdiam sejenak. Ia tau benar bagaimana keluarga Nata begitu sibuk. Namun, baginya, apakah tak ada waktu meski sejenak untuk mengetahui keadaan putri mereka?

"Aku tau, Ta. Tapi, apakah mereka enggak bakal marah kalau enggak kamu kasih tau, Ta?"

Suasana kembali hening. Nata mencoba untuk mencerna kalimat Adit barusan. Apa yang dikatakan Adit memang benar. Dan apa salahnya jika ia memberi kabar?

Tanpa berkata lebih banyak, Nata tampak menelpon seseorang. Yang tak lain dan tak bukan adalah panggilan grup untuk kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum, Ayah, Bunda? Maaf kalau aku ganggu. Tapi, aku mau kasih kabar buruk .... "

Nata tampak menjeda kalimatnya, ia masih sedikit ragu untuk menjelaskan apa yang tengah terjadi.

"Nada masuk rumah sakit, sekarang sedang dirawat di UGD." Dengan berat dan takut, akhirnya, Nata berhasil untuk mengatakan kabar yang sebenarnya.

Tampaknya, panggilan itu telah ditutup karena, Nata menurunkan benda pipih itu dari telinganya dengan lemas.

"Sabar, Ta. Banyakin doa aja."

"Tapi, apa yang sebenernya terjadi, Dit? Nada kenapa?"

Adit kembali terdiam. Karena, ia pun tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Nada. Sebenarnya, ia juga tak tau harus berbuat apa. Hanya saja, ia juga tak mungkin membiarkan Nata larut dalam kesedihannya.

"Bang Nata!" seru seseorang di kejauhan. Sontak saja, hal itu membuat Nata langsung mencari sumber suara yang baru saja menyebut namanya.

"Elvano?"

"Bang, gimana keadaan Nada? Dia baik-baik aja, kan?" Elvano tampak begitu antusias bertanya pada Nata yang kini malah mematung di hadapannya.

"Bang, jawab!"

"Abang juga belum tau, Van. Abang pulang, Nada udah bersimbah darah."

"Apa?! Kok bisa, Bang?"

"Abang juga enggak tau. Lah, ini siapa?" tanya Nata yang mendapati remaja seusia Elvano dan asing menurutnya.

Nada Tanpa Suara [Terbit] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang