⅌ Chapter 28 : ⊰ Senpai.

1.4K 176 78
                                    

⅌ Bab 28 : Senpai.
[ Kakak kelas ]
By Ann♡
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

[Name] menarik tangan Gojo menuju arah rumahnya. Gadis itu menggenggam tiga jarinya dengan erat menggunakan tangan kanan. Sementara, tangan kiri [Name] tengah mendorong pagar rumahnya agar terbuka.

“Kupikir pagar rumah ini sudah terbuka sejak aku keluar tadi.”

[Name] menoleh pada Gojo. Ia mendongak ke atas melihat balkon rumahnya, berpikir dalam benak mungkin saja Remi dan Sengoku sudah pulang tanpa pamitan padanya setelah melihat jendela dan pintu balkon lantai dua rumahnya tertutup.

“Hum, mungkin mereka sudah pulang.”

[Name] membuka pintu rumah, lalu berjalan masuk diikuti Gojo kemudian menutup pintu.

[Name] merasakan tubuhnya tiba-tiba terangkat, Gojo menggendongnya ala bridal. Kemudian teleport menuju kamar gadisnya.

Gojo melempar tubuh [Name] ke atas ranjang lalu diikuti dirinya yang menumpu tubuhnya di atas [Name]. Gojo menunduk, mempertemukan bibirnya dengan bibir pink milik [Name]

Ia dengan lembut menyesap dan menggigit bibir kenyal milik [Name] yang selalu berhasil menggoda dirinya tanpa gadisnya sadari. Tangan kanan Gojo menyelinap masuk ke dalam baju kaos [Name], mengelus perut ratanya lalu ke belakang mengelus punggung halus miliknya.

[Name] melingkarkan kedua lengannya di leher Gojo. Membalas ciuman lembut Gojo yang berhasil membuatnya terbuai.

Ciuman itu terlepas saat [Name] mulai kehabisan oksigen. Tangan besar Gojo terangkat lalu mengelus kepala gadisnya dengan gerakan pelan. Ia menunduk kembali, mencium kening [Name] selama beberapa saat.

“Ne, Satoru ...,” panggil [Name].

“Hm?”

Gadis itu menatap matanya. Tangan [Name] yang awalnya melingkari leher Gojo berpindah menjadi menangkup wajah tampannya. Gojo refleks menutup mata, saat merasakan rasa hangat menjalar di kedua pipinya.

“Bagaimana keadaan Tanaka-senpai?”

Mendengar pertanyaan gadisnya membuat Gojo mengernyitkan kening.
“Kamu memanggilnya senpai?”

Gadisnya menganggukkan kepala.
“Um, semua teman seangkatanku memanggilnya senpai,” jawab [Name].

Memasang senyuman. Tangan Gojo yang awalnya mengelus rambut [Name] berubah menjadi mengacak-acaknya.

“Dia berada di tempat lain,” balas Gojo.

Mengerjab, [Name] memiringkan sedikit kepalanya. Berpikir, kira-kira di tempat lain mana Fuyumi berada sekarang? Setelah melihat ekspresi Gojo yang sepertinya belum ingin mengatakan lokasinya pada [Name].

“Kamu tidak mau mengatakannya padaku?” tanya [Name].

Gojo mencium pipi [Name]. Lalu berbaring di sampingnya.
“Untuk sekarang ... tidak.”

Tanpa bertanya apapun lagi. [Name] menganggukkan kepalanya.

.

.

Seorang pria paru baya. Berpakaian formal berwarna hitam seraya memegang satu buket bunga untuk orang mati. Menatap nanar pada batu nisan di depannya, yang tertuliskan nama Tanaka Fuyumi.

“Sudah Ayah bilang 'kan? Jangan gegabah ....”

Tanaka meletakkan sebuket bunga itu di atas kuburan putrinya.

“Dia masih bisa berbelas kasih memberikan mayatmu ke Ayah untuk di kubur secara normal. Meski tanpa tangan dan kaki.” Tanaka berdiri. Mengelus batu nisan putrinya dengan gerakan pelan.

Ayah Fuyumi tidak memiliki dendam apapun terhadap Gojo atas perlakuannya pada putrinya. Ia sadar, ini menjadi salahnya karena tidak bersikap tegas pada putrinya untuk tidak mengusik kehidupan Gojo.

.

.

“Kamu tidak ingin kutemani?”

[Name] menoleh ke belakang. Mendapati Gojo bersandar pada pintu rumahnya seraya melipat kedua tangan di depan dada. Menatapnya dari balik kacamata hitam.

Gadisnya tersenyum lebar. Lantas berkata, “Tak apa. Hanya ke supermarket. Tidak perlu menemaniku.”

Gojo mengusap belakang kepalanya dengan tangan kiri.
“Padahal aku masih ingin menyentuhmu,” ucapnya iseng. Berharap mendapati raut wajah memerah dari [Name] sebagai hiburan untuknya.

[Name] semakin melebarkan senyum. “Tunggu sebentar, ya,” katanya. Kemudian, berjalan ke arah pagar rumah.

Gojo menatap punggung mungil [Name]. Ia tidak mendapatkan raut wajah memerah malu milik [Name] yang menggemaskan. Gadisnya hanya tersenyum padanya. Dan senyuman itu berhasil membuat Gojo merasakan perasaan membuncah.

[Name] melangkah dengan santai. Bebannya telah terangkat setelah berbaikan dengan Gojo. Tanpa sengaja, manik hitam kelamnya mendapati Levi yang sedang duduk di halaman rumahnya, seraya meminum teh dan membaca koran. Gadis itu bisa melihatnya karena pagar rumah Levi yang terbuka lebar.

“Paman Levi?”

[Name] berjalan menghampiri. Memasuki halaman yang selalu bersih dan terawat hasil kerja keras Levi yang kadang di bantu beberapa anggotanya.

Levi melirik sebentar. Lalu melihat koran kembali. “Nanda?” balasnya.

“Aku hanya ingin menyapamu. Oh iya, Paman Levi tahu di mana Mikasa?”

Levi membalikkan halaman koran.“Kenapa kau bertanya padaku soal bocah suram itu?” jawabnya.

“Biasanya dia datang ke sini bersama temannya untuk mengunjungimu 'kan?”

“Dia tidak ada di sini.”

“Eh? Benarkah? Okee!”

[Name] kemudian melangkah keluar dari halaman rumah Levi. Pria tampan yang telah berumur itu menatap kepergian [Name] dengan sebuah lirikan. Beberapa saat kemudian, tangannya terangkat untuk mengambil cangkir teh dengan gaya khasnya.

“Dasar bocah.”

Selang beberapa menit. [Name] telah sampai di supermarket, masuk ke dalam sana lalu segera mencari barang yang di butuhkannya. Setelah menemukan barang yang ia cari, dirinya kemudian melangkah ke arah kasir lalu segera membayar.

Ia berjalan ke arah pintu keluar seraya manik mata menatap pada benda yang ada di dalam kantung berwarna putih. Pendengarannya mendengar suara pintu otomatis yang terbuka sendiri.

“[Name] 'kah?”

[Name] yang awalnya melihat ke arah benda yang baru saja dibelinya mendongak ke atas. Ia lalu mengerjab dengan mata yang sedikit membulat.

“Fujioka ... Senpai?” lirihnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang