Dulu

141 10 0
                                    

Flashback on

Brukkk

"Huaaaa.. mama cakit" teriak seorang anak kecil perempuan yang terduduk diatas jalan aspal.

Dengan lutut yang terluka dan terus mengeluarkan darah segar.

"Cengeng" celetuk seorang anak laki-laki yang berdiri tak jauh darinya berada.

Anak perempuan tersebut mendongakkan kepalanya menatap anak laki-laki yang baru saja mengatainya cengeng.

"Huaaaaa.. Agi nakal, Nindi ndak mau temenan cama Agi" ucapnya dengan tangis yang semakin deras.

Anak laki-laki tersebut yang tak lain bernama Hagi hanya bisa memutar bola matanya malas.

Dengan capat Hagi menggendong tubuh Nindi seperti koala dan berjalan menuju rumahnya, meninggalkan sepeda kecil berwarna merah muda yang tergeletak diatas jalan.

Hagi menarik telinga Nindi dengan kencang "Ngeyel terus" ucap Hagi dengan tegas.

Nindi menggelengkan kepalanya cepat "Ndak lagi" jawab Nindi dengan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Hagi.

"Nakal" ucap Hagi sembari menepuk keras pantat Nindi.

"Ndaaakk.. Nindi ndak nakal Agi, huaaaaa" ucap Nindi sembari mengencangkan tangisannya.

Sedangkan Hagi, hanya diam dan tak berekspresi sedikit pun.

"Huuuuu.. Nindi cengeng, Nindi kalahan" ucap dua anak perempuan yang berjalan dibelakang Hagi untuk mengejek Nindi.

Nindi mengangkat kepalan tangannya yang mungil ke udara "Yeeeee.. Nindi ndak cengeng, Nindi tuda ndak talahan tau" ucap Nindi tak terima.

Dua anak perempuan tersebut menjulurkan lidahnya mengejek Nindi "Tetep aja Nindi cengeng. Hiiii.. kita gak mau lagi temenan sama Nindi" ucapnya dengan keras.

Nindi mencebikan bibirnya tak terima "Nindi tuda ndak mau tacih Ana cama Amel jajan lagi" ucap Nindi dengan kesal.

"Siapa yang ngajarin pelit?" tanya Hagi memperingati.

"Ndak ada" jawab Nindi singkat.

Setelah itu, kedua anak perempuan tersebut melenggang pergi sembari menaiki sepeda masing-masing.

Dan dapat Nindi lihat, salah satu diantara mereka menendang sepeda miliknya tepat dibagian roda bantunya.

"Agi liat, cepeda Nindi ditendang" ucap Nindi dengan mengguncang tubuh Hagi.

Sedangkan Hagi tak menggubris ucapan Nindi, melainkan tetap berjalan terus menuju rumahnya.

Tak lama setelah itu, Hagi memasuki halaman rumah yang disambut raut wajah khawatir oleh dua orang wanita dewasa dihadapannya.

"Nindi kenapa bang?" tanya salah satu dari wanita dihadapannya tersebut yang tak lain adalah ibu kandung dari Hagi.

Hagi menatap keduanya sekilas "Jatuh" jawab Hagi singkat sembari melanjutkan langkahnya masuk kedalam rumah.

Tak perlu menoleh kebelakang pun, Hagi sudah tau kalau keduanya mengikuti langkahnya yang membawa Nindi menuju ruang keluarga.

"Loh-loh kenapa ini bang, kok Nindinya digendong?" tanya laki-laki gagah yang tengah duduk ditemani laki-laki sebayanya diruang keluarga.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang