"Aku kerumah"
Nindi menaikan kedua alisnya sembari melipat sebelah tangannya diatas meja.
"Gak usah, aku juga mau pergi"
"Gak usah kemana-mana, aku mau kerumah"
"Dihhh.. maksa"
Terlihat dari seberang sana Fajar tengah memakai kaosnya, dan kemudian mengambil satu gulungan kabel yang berukuran sedang.
"Tunggu ya, tak nganterin kabel kopling dulu kerumah Iyan"
"Hmmm"
Gumam Nindi sembari melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
Tutt tutt
Setelah panggilan video berkahir, perlahan Nindi meletakkan handphonenya diatas meja.
Dan beralih melamun sesaat, karena memikirkan kejadian semalam.
Nindi menghela nafas berat sembari menelungkupkan wajahnya diatas lipatan kedua tangannya.
"Gue pengen ketemu sama tu orang, semoga aja dia orang yang sama, yang udah nolongin gue pas demo waktu itu" ucap Nindi lirih sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.
Sreeettt
Nindi beranjak dari duduknya sembari membawa piring yang masih berisi makanannya kedapur.
"Kalo dipikir-pikir lama juga ya gue disini.. Hufffttt.. kalo gak karna Hagi, gue ogah kuliah di Bandung, apalagi jauh sama mama papa" ucap Nindi sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
Kemudian Nindi berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri sembari menunggu Fajar datang.
Perlahan Nindi meraih handuk dan beralih mencempol rambutnya.
"Ku tetap memaafkan.. dan berharap kau kembali.. sebelum diri melangkah pergi"
Ucap Nindi bernyanyi sembari berjalan masuk kedalam kamar mandi.
•••
Fajar membawa kedua tangan Nindi untuk menutupi wajahnya, karena posisi Fajar saat ini tidur terlentang dengan berbantalkan paha Nindi.
"Apa sih ihhh" ucap Nindi kesal sembari menarik tanganya dari wajah Fajar.
Fajar mendongakkan kepalanya menatap Nindi intens "Masih marah? Udah dong marahnya, kan aku udah minta maaf" ucap Fajar sembari menciumi telapak tangan Nindi.
Nindi menundukkan kepalanya sekilas "Dihhh.. Kapan coba minta maafnya?" tanya Nindi dengan sewot.
"Loh berarti aku bawa makanan banyak ini bukan termasuk minta maaf ya?" tanya Fajar balik dengan memasang wajah sok polos.
"Bukan" jawab Nindi singkat tanpa menatap Fajar sedikitpun.
Fajar mengulum bibirnya menahan senyuman "Iya deh.. Ehem ehem.. sayang minta maaf ya" ucap Fajar sembari menjawil pinggang Nindi.
Bugggh
Dengan cepat dan tanpa belas kasihan, Nindi meninju kuat perut Fajar.
"Arrrgghh.. sakit sayang" pekik Fajar keras karena kesakitan.
Nindi mencebikan bibirnya tanpa menatap kearah Fajar yang tengah mengusap-usap perutnya "Biarin" ucap Nindi sembari bersedekap dada.
Fajar menekuk sebelah tangannya keatas wajah "Iya sayang.. aku gak nyalahin kamu kok, yang salah perut aku. Ngapain coba ada disini, bikin tangan kamu sakit aja" ucap Fajar dengan tersenyum sekilas.
Setelah mendengar ucapan Fajar, dengan bersusah payah Nindi menahan senyuman yang membuat bibirnya sedikit berkedut.
Terlihat Fajar tengah menyingkap bajunya hingga batas dada, yang memperlihatkan dengan jelas bentuk perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
General FictionDia Iya dia!! Dia yang selalu aku rindu, yang selalu aku nanti kedatanganya, yang selalu aku tunggu akan penempatan janjinya. Siapa dia? ••• Yuk markica, mari kita baca 25 Maret 2022 Sampit, Kalimantan Tengah