Ucapan Fajar waktu itu yang pernah disampaikan kepada Nindi, kini benar-benar terjadi.
Setelah satu minggu yang lalu mejalani sidang akhir skripsi. Hari ini, kamis siang Nindi mengantar Fajar sampai ke Bandara.
Berat rasanya bagi Nindi untuk melepas kepergian Fajar dan begitu juga sebaliknya.
Mau tidak mau, mereka memang harus berpisah untuk beberapa saat sebelum kembali dipertemukan oleh acara wisuda kelulusan nanti.
"Jaga diri baik-baik, jangan suka begadang maraton movie" ucap Fajar memberi peringatan pada Nindi.
Nindi menganggukan kepalanya cepat "Siap bos" ucap Nindi dengan memberi hormat layaknya orang yang sedang melakukan upacara.
Setelah itu, Fajar memeluk erat tubuh Nindi sebelum benar-benar masuk kedalam pesawat.
"Aku kuat kok nahan rindu" ucap Nindi dengan nada manjanya untuk pengalihan rasa sedih yang sedang dirasakannya saat ini.
Fajar terkekeh geli "Yakin, nanti ditelpon nangis-nangis" ucap Fajar dengan mencubit gemas hidung Nindi.
Nindi menganggukan kepalanya angkuh "Yakin dong" ucap Nindi tanpa beban.
"Jadi_" ucapan Fajar menggantung sesaat yang membuat Nindi menaikan sebelah alisnya.
"Jadi apa?" tanya Nindi dengan penasaran.
Fajar berdehem sekilas "Ehemm.. Jadi sekarang kita pacaran, kamu pacar aku dan aku pacar kamu" jawab Fajar sembari bersedekap dada.
Nindi menaikan kedua alisnya secara bersamaan "Hah. Ceritanya nembak nih, kok gak ada romantis-romantisnya sih" ucap Nindi yang membuat Fajar sedikit salah tingkah.
"Udah ah, romantis-romantisanya dipending dulu sampai kita temu kangen lagi disini. Yang penting status kita jelas sekarang "ucap Fajar yang mendapat anggukan dari Nindi.
"Kalo gitu, aku masuk dulu ya? Pulangnya hati-hati loh, jangan keluyuran gak jelas. Awas aja kalo sampek kek gitu" ucap Fajar dengan mengacungkan jari telunjuknya kearah Nindi.
Nindi menganggukan kepalanya paham "Iya iya.. udah ah sana masuk, ntar keburu ketinggalan lagi" ucap Nindi dengan mengusap lembut pipi Fajar.
Setelah itu, Fajar berjalan meninggalkan Nindi seorang diri ditengah banyaknya orang yang berada di Bandara.
Dirasa Fajar sudah tidak terlihat lagi, Nindi memutuskan untuk pergi dari sana.
Baru saja Nindi membalikan tubuhnya, tak sengaja dirinya menabrak seorang laki-laki yang tengah berjalan melewatinya.
Brughh
Tak terlalu kencang, tetapi koper milik laki-laki tersebut terdorong cukup jauh kebelakang.
"Eh maaf-maaf saya gak sengaja" ucap Nindi dengan mengambil koper bewarna hitam milik laki-laki dihadapannya.
Dan kemudian mengembalikannya kepada pemiliknya.
"Ini masss_" ucapan Nindi menggantung sesat karena tak percaya dengan siapa yang menjadi lawan bicaranya.
Tanpa menjawab ucapan Nindi, laki-laki tersebut justru melenggang pergi seperti tidak terjadi sesuatu.
Nindi mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali karena merasa tak percaya.
Seakan tersadar dari ketidak percayaannya, dengan cepat Nindi berjalan menuju taksi yang membawanya bersama Fajar tadi siang.
"Gue kenapa jadi penasaran banget sama pak Dinal ya. Heran aja gitu, kenapa istrinya gak pernah diajak tinggal bareng di rumah itu" gumam Nindi dengan melihat jalanan dari luar jendela kaca mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
General FictionDia Iya dia!! Dia yang selalu aku rindu, yang selalu aku nanti kedatanganya, yang selalu aku tunggu akan penempatan janjinya. Siapa dia? ••• Yuk markica, mari kita baca 25 Maret 2022 Sampit, Kalimantan Tengah