02: Like A Queen

166 70 113
                                    

Happy Reading!❤️

Kini Safila sedang berada di UKS bersama Glen. Dengan tlaten cowok itu mengobati luka Safila. Glen mengabaikan Safila yang sejak tadi mengoceh untuk tidak usah diobati karena ia merasa baik-baik saja.

"Diem, Safila," titah Glen dengan nada dinginnya. Bagaimana pun ia marah melihat Safila terluka seperti itu.

"Kok Glen marah sama Fila? Fila nggak ngapa-ngapain loh Glen. Fila Cuma nolong orang. Di sini Fila kan korban." Safila mengerucutkan bibirnya sambil memasang muka melas. Okay, Safila Caraletta Samudra sedang dalam mode manja.

Glen pun menghela napasnya pelan. Jujur ia terlalu lemah terhadap seorang Safila. Ia tidak akan bisa marah terlalu lama.

"Gue nggak mau lihat lo luka kayak gini lagi, paham?" Safila tak bisa mengatakan hal lain selain mengangguk patuh. Aura intimidasi Glen memang tidak dapat diragukan.

Tak lama setelahnya Revan datang. Cowok itu langsung duduk di samping Safila. Tanpa ragu Revan langsung menjitak kepala sahabatnya itu. "Otak Einstein aunty Pelangi menangis lihat kelakuan lo, Pil. Jangan bego kenapa sih?" Safila hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal ketika Revan mengatakan hal tersebut.

"Nggak usah manyun-manyun gitu bibirnya. Mancing? Minta gue cipok?" kata Revan yang begitu vulgar.

"Van," peringat Glen.

"Lo tuh cewek, Safila. Bisa nggak sih nggak usah yang aneh-aneh? Lo kalau dijagain jangan ngelunjak deh. Iya kalau gue sama Glen selalu bisa nolongin lo, kalau enggak?" Jangan pikir Revan tipe orang yang tidak pernah marah. Cowok itu akan marah besar ketika Safila terluka.

"Revan, Fila tadi tuh cuma nolong orang. Ini tuh namanya kecelakaan, Revan," tutur Safila lembut. Ia masih memasang wajah melasnya.

"Ya lo mikir lah anjing. Daripada ngelawan mereka sok kejagoan, lo bisa lapor guru. Biar apa lo kayak gitu? Biar dibilang keren? Mau ngeprank malaikat maut lo?!" kemarahan Revan masih berlanjut.

"Revan! Revan kok kasar sih? Cuma kayak gitu Fila nggak akan mati. Yang penting kan sekarang Fila udah nggak papa," ucap Fila sembari menatap Revan yang menatapnya tajam.

"Gini nih. Lo selalu nggak tau diri kalau dijagain. Lo selalu mengabaikan apa yang udah kejadian. Nggak pernah lo jadiin pelajaran. Dan lo akan ngulangi kesalahan yang sama lagi. Gue udah hafal tabiat lo, Safila."

Cukup sudah, Safila tidak sesabar itu untuk menghadapi kata-kata kasar dan menyakitkan dari mulut Revan. Safila berdiri dari duduknya, kemudian menatap Revan dan Glen secara bergantian.

"Kalian boleh marah sama Fila, boleh banget," Safila menghela napasnya pelan, "Tapi ya lo mikir lah anjing, omongan lo bikin sakit hati tau nggak!" bentak Safila sembari menatap Revan tajam. Meledak sudah amarah Safila. Sifat emosiannya keluar juga.

"Kalau lo, emang nggak mau ngejagain gue yaudah. Nggak usah dijagain! Gue nggak suka dijagain orang yang nggak ikhlas jagain gue," ujar Safila sembari menunjuk tepat di depan wajah Revan.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi Safila keluar dari UKS. Ia membuka pintu UKS dengan kasar, kemudian melenggang pergi begitu saja. Revan sudah bersiap untuk mengejar Safila. Namun Glen menahannya.

"Gue yang kejar, kontrol dulu emosi lo," titah Glen yang tak bisa Revan bantah karena memang benar, ia sedang dalam kontrol emosi yang tak terkendali. Mengejar Safila hanya akan membuat semuanya semakin runyam.

Mudah bagi Glen untuk mengejar Safila yang langkahnya hanya setengah dari langkah kakinya. Glen terus memanggil Safila namun gadis itu sama sekali tidak mengindahkan Glen. Hingga akhirnya Glen menarik tangan Safila agar gadis itu berhenti berjalan.

APOTEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang