Penulis: dinaredlovers
Genre: ThrillerJumat, pukul 22.00 WIB
"Jangan bunuh gue!" Baron mengiba. Nada suaranya begitu menyedihkan, seperti seorang hamba yang mengharap ampunan.
Di dalam ruang kerja, tepat di depan Baron terlihat seseorang berpakaian serba hitam lengkap dengan masker kain. Postur tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi tegap. Dia berdiri bergeming sembari menggenggam erat pisau. Ujungnya basah, penuh lumuran darah.
Baron beringsut mundur hingga tergelincir di atas lantai yang licin. Cairan kental berbau anyir telah membasahi kemeja putihnya. Pria bertubuh gempal itu tertatih seraya mengerang. Menahan sakit luka tusuk di sekujur perut.
"Tunggu!" Baron menelan ludah dengan berat. Matanya mengerjap takut, tampak begitu pucat. Dia menarik napas sebelum berkata, "Lo bisa ambil semua yang lo mau, asalkan ...."
Belum sempat Baron melanjutkan ucapannya, mendadak terdengar suara beberapa mobil berhenti. Sontak si pembunuh itu menoleh dan berjalan mendekati jendela dari lantai empat. Dia mengintip keluar, menatap ke area parkir. Seketika panik menyergap hatinya saat melihat sejumlah polisi berdatangan.
"Heuh, lo nggak akan bisa lolos dari sini."
Si pembunuh menjauhi jendela, lalu menghampiri Baron. Api amarah semakin membakar dirinya. Sambil mengacungkan pisau dia berkata, "Diam lo!"
Dengan kasar si pembunuh membuka masker. Memperlihatkan wajahnya yang merah dan bermandikan keringat. Detik itu juga Baron terbelalak saat belati itu diayunkan ke arahnya. "Aaarghhh!"
***
Satu hari sebelumnya.
"Seharian lo narik taksi cuma dapat segini, hah?" cibir Ulfa. Dia menunjuk-nunjuk uang lima lembar sepuluh ribu rupiah ke wajah Toyo.
"Ya ...." Toyo diam sejenak. Air mukanya terlihat lelah. Rambut tipisnya acak-acakan, bahkan kedua kantong mata menghitam dan sedikit bengkak. Sedetik ... dua detik ... dia berpikir, sampai akhirnya hanya helaan napas lelah yang keluar. Hatinya yang resah tampak sangat jelas dari setiap gerakan.
"Kenapa?" Ulfa semakin emosi. Dia melongokkan kepalanya di jendela loket yang terbuka.
Wajah bulatnya tampak begitu menyebalkan, seolah tidak pernah takut bergelut dengan pria. Ulfa Swasti, seorang janda lapuk yang sudah lama bekerja di perusahaan Mandala Taksi. Sehari-hari dia hanya bertugas menerima uang setoran dari seluruh karyawan.
Toyo mengusap wajah kusamnya sebelum bicara, "Mbak Ulfa tahu sendiri 'kan, kalau belakangan ini sepi penumpang. Apa-apa sekarang sulit, mahal, dan ... dan ―"
"Heuuhh ... alasan aja." Ulfa melengos kesal. Dia menghisap batang rokok yang hampir habis seraya menulis jumlah uang di buku laporan. Toyo yang masih berdiri di samping Ulfa hanya menatap heran. Keadaan di dalam loket terlihat berantakan. Di atas meja ada beberapa tumpukan uang, asbak yang penuh abu rokok, dan dua sisa gelas kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISI
Short Story"Terkadang ambisi terlalu tinggi dapat menjatuhkanmu ke jurang yang paling dalam." Pasti kalian pernah atau sedang ingin mencapai sesuatu. Bagaimana pun caranya kalian harus mendapatkan itu. Sama seperti tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita ini. Na...