Second Chance

385 9 2
                                    

Penulis: akufannitalita
Genre: Young Adult

Terik matahari terasa begitu menyengat kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terik matahari terasa begitu menyengat kulit. Meskipun sudah berteduh di bawah payung kantin, rasanya itu tidak cukup menghalau sinar matahari untuk menutup seluruh tubuh. Dua gadis cantik itu baru saja menyelesaikan persyaratan wajib yang harus di ambil sebelum menempuh semester selanjutnya. Saat-saat seperti ini, biasanya semua teman akan berubah menjadi Sharelock Holmes dadakan. Yang tadinya tidak begitu akrab, tiba-tiba saja menanyakan berapa nilai dan IPK yang di dapat. Kadang suka heran, kenapa mereka tidak mengurus diri sendiri saja, ketimbang merepotkan diri bertanya tentang urusan orang lain.

Jika teman dadakan itu bertanya pada Glenka, tentu saja akan langsung ia tolak. Dengan tegas, Glenka akan menjawab menggunakan jurus andalannya. "Yang jelas gue masih bisa lanjut semester depan."

Beda lagi kalau yang bertanya adalah orang terdekatnya. Contohnya, ya, seperti Gania ini.

"IPK lo berapa?" Cewek dengan gamis bunga-bunga berwarna merah muda itu menatap Glenka lamat-lamat.

Glenka menoleh lalu menjawab, "3.98"

Helaan napas berat berhasil lolos dari bibir Glenka. Rasa lelah yang ia rasakan begitu besar hingga untuk bernapas pun rasanya begitu sesak. Sekuat apa pun Glenka berusaha untuk menjadi yang tertinggi, itu semua tidak akan pernah terwujud jika masih ada Anne yang selalu menempati posisi paling tinggi di prodinya.

"Anne masih 4.00?" Glenka menatap Gania dan dibalas dengan anggukan santai.

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi jika Anne si anak emas dari program studi Manajemen. Apa pun bidangnya, Anne selalu yang pertama. Dari IPK dan IPS, mengambil hati dosen, dan kebaikan hati. Semua orang menyukai perempuan itu.

"Tau gak? Anne katanya lagi deket sama Aldo!" Seketika Glenka memutar bola mata malas.

Aldo adalah temannya sejak awal maba, dan sejak pendekatan dengan Anne. Cowok itu sedikit banyak mengurangi jadwal nongkrong bersamanya. Glenka tidak suka. Ia merasa Anne merebut Aldo darinya.

"Udah tau," jawabnya ketus.

"Lo suka sama Aldo, Glen?"

"Yakali, enggak lah! Kan gue ada Rendra."

"Ya tapi gue lihat, lo kemana-mana lebih banyak sama Aldo deh dari pada sama Rendra." Gania berkomentar.

Sambil mengaduk jus dengan sedotan, Glenka menjawab, "Ya soalnya yang temen prodi gue Aldo, jadwalnya aja barengan terus. Sedangkan Rendra kan kakak tingkat, beda prodi juga kan."

"Iya sih."

Tiba-tiba saja Glenka beranjak dari kursi, kemudian memberikan kode pada Gania bahwa ia harus mengangkat panggilan telepon terlebih dahulu. Memastikan posisinya sudah agak jauh, Glenka menyapa terlebih dahulu si penelpon. "Halo?"

AMBISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang