Penulis: Allherouniverse_
Genre: Fantasy – actionKemenangan harus menjadi milikmu. Kau ikut bertanding bukan untuk kalah.
Ini adalah pertama kalinya Elfrida mengikuti Giriwarsa, sebuah perlombaan yang diikuti oleh para kesatria terpilih. Elfrida atau biasa disapa El, merupakan seorang perempuan berusia 15 tahun, bertubuh ramping, berotot, tapi jiwanya tetap feminin. Berada di samping para kesatria terpilih adalah sebuah kebanggaan bagi dirinya sendiri.
Di sisi lain, El merasa kecil. Ia bukan apa-apa di sini, apa lagi El satu-satunya peserta perempuan dan berusia muda. Bahkan, ada yang lebih menarik lagi yaitu El adalah satu-satunya penduduk berjenis kelamin perempuan di pulau Sebir yang membuatnya menjadi kesatria tercantik. Biar begitu, El tetap mendapatkan cibiran dari para pria. Banyak di antara mereka yang meragukan kemampuan El.
Tidak kali ini, gumam El dalam hati. Setiap mendapatkan tatapan sinis dari orang lain, El akan selalu meneguhkan hatinya dengan mengatakan 'tidak kali ini'. Lihatlah sekarang, ia menjadi salah satu kesatria terpilih setelah menggugurkan banyak calon peserta yang lain. Tidak mudah untuk bisa tampil dalam kompetisi lima tahunan ini, karena para calon peserta harus mengikuti berbagai seleksi mulai dari lomba lari, lomba panjat tebing, lomba berenang, dan adu ketahan di kutub utara.
El melonjak-lonjak pelan bertumpukan jari kaki di garis start. Betisnya setegang tali busur, ucapan sudharma terngiang di telinga. Penonton yang riuh sudah berkumpul untuk menyaksikan Giriwarsa dan saat ini tribun berdengung oleh kabar bahwa putri dari Senapati Atta berpartisipasi dalam kompetisi teragung di Pulau Sebir. Mereka pun sadar bahwa El patut diperhitungkan kebaradaanya di Pulau Sebir.
Raja Agungmerta, 3 dwaja arjwa, dan 5 senapati turun dari boks kerajaan—tribun tinggi yang dinaungi oleh tirai batik bermotif megamendung—menuju lapangan pasir untuk menghampiri para atlet lomba. Sesuai tradisi, sebelum pertandingan dimulai semua pelari terpilih akan dipoles wajahnya dengan empat warna cat oleh raja. Merah untuk keberanian, biru untuk kesabaran, kuning untuk kejayaan, dan putih untuk kesucian.
Senapati Atta mendekati El dan membisikkan sebuah kalimat. Bisikannya begitu lirih sehingga hanya El yang bisa mendengarnya, "Kemenangan harus menjadi milikmu. Kau ikut bertanding bukan untuk kalah."
Para Sebiria—sebutan kesatria Pulau Sebir—berderet di sepanjang garis start, sudah mengentak-entakkan kaki di atas pasir dan berseru-seru agar Giriwarsa segera dimulai.
Di sebelah kanan El ada Adih, teman seperjuangan El. Ia juga menjadi yang termuda setelah El, serta untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam Giriwarsa. Adih sangat bersemangat dan sudah tidak sabar untuk memulai perlombaan. Adih menengok ke arah El sambil tersenyum lebar. "Aku pasti memenangkan kompetisi ini," ucap Adih dengan penuh percaya diri.
"Oh ya?" sahut El. Ia meluruskan wajahnya ke depan. "Ini akan menjadi pertarungan tersengit untuk kita."
"Bagaimana pun caranya aku harus mendapatkan pedang atma." Ucapan Adih tidak begitu keras sehingga hanya El dan sebelah kiri Adih yang bisa mendengarnya.
Sementara itu, di samping kiri El ada pria yang jauh lebih dewasa dari El. Usianya sekitar 25 tahun. Rambut hitam, kulit sawo matang, kumis tipis, dan tubuhnya sangat atletis. Pria itu bernama Narendra. Fakta yang El tahu tentangnya adalah bahwa Narendra sudah tiga kali mengikuti Giriwarsa secara berturut-turut dan ini menjadi yang keempat, tapi ia tidak pernah memenangkan kompetisi.
Narendra melontarkan senyum berseri-seri. "Semoga beruntung hari ini," ujar Narendra. Semua Sebiria tahu jika Narendra memang kesatria paling ramah, paling santun dan tentunya paling sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISI
Short Story"Terkadang ambisi terlalu tinggi dapat menjatuhkanmu ke jurang yang paling dalam." Pasti kalian pernah atau sedang ingin mencapai sesuatu. Bagaimana pun caranya kalian harus mendapatkan itu. Sama seperti tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita ini. Na...