Satu,

1.6K 49 3
                                    

Sinar matahari mulai memudar sore ini. Alunan musik yang terdengar dari seisi  kafe di seberang jalan membuat pendengar di luar kafe ikut tersenyum. Seorang lelaki duduk dengan setelan jas rapi menatap jam berwarna emas yang terpasang di pergelangan tangannya.

"Ana, disini." Ucap lelaki itu sambil melambaikan tangannya pada seorang wanita di pintu kafe.

Wanita itu menengok kearah yang memanggilnya, ia tersenyum dan berjalan kearah lelaki itu.

"Terlambat banget ya? Maaf-maaf kak, tadi ada kesalahan di kafe." Kata hana sambil memperlihatkan deretan gigi rapihnya.

Lelaki itu menggeleng dengan cepat, "Enggak kok, aku juga baru aja dateng." Balas lelaki itu dengan senyum yang tak kalah menawan.

Bohong jika lelaki itu hanya menunggu hana untuk waktu yang sebentar, buktinya adalah secangkir kopi yang ada di depan lelaki itu sudah habis tanpa sisa. Hana hanya tersenyum mendengar jawaban reno, lelaki di depannya.

Sudah tiga bulan lamanya mereka dekat. Kedekatan mereka bukanlah hal yang awam bagi teman terdekat mereka, bahkan beberapa teman mereka sudah menerka bahwa mereka telah menjadi sepasang kekasih.

Reno benar-benar menyukai hana dari awal masa perkenalan lingkungan kampus. Reno yang saat itu menjabat sebagai ketua BEM tentu saja ikut turun ke lapangan melihat keadaan saat itu, lalu ia tak sengaja melihat hana yang sedang melakukan pertolongan pertama untuk teman nya yang terkena epilepsi.

Saat itu tenaga medis sangat minim hingga keadaannya sangat tidak memungkinkan. Kebetulan hana yang sudah menguasai berbagai macam teknik kedokteran langsung memberikan pertolongan pertamanya.

Reno melihat hana yang tangkas pada saat itu seolah tersihir olehnya, tak sadar reno menyimpan perasaan takjub sekaligus suka pada sosok hana. Sejak saat itu reno selalu mencari tau tentang apapun yang berkaitan dengan hana.

Saat inilah saat yang reno tunggu, ia akan menyatakan perasaannya pada hana. Dengan pakaian dan atmosfer kafe saat ini, ia berharap hana akan menerima cintanya. "Gimana tadi di kafe? Ada pelanggan yang nyebelin?" Tanya reno memulai percakapan antar keduanya.

Hana yang tadinya memperhatikan live music di kafe itu pun menoleh kearah reno,  "Hm.. hari ini nggak sih. Semua baik-baik aja." Jawab hana tersenyum.

"Kamu nggak capek kerja sambilan gitu? Bukannya minggu depan ada ujian praktik anatomi ya?"

Terlihat hana yang hampir tersedak saat sedang menyedot minumannya, "Hah? Kakak ngikutin aku ya? Kok bisa tau sampe ke jadwal aku juga?" Tanya hana sambil menyeka pelan bibirnya.

Reno tertawa kecil mendengar pertanyaan hana, bagaimana bisa ia tak terpesona dengan gadis di depannya ini? Bahkan ketika ia secara terang-terangan mendekati hana selama tiga bulan ini, hana masih belum menyadarinya juga.

"Ana." Ucap reno dengan tatapan serius.

"Hm, iya kak kenapa?" Hana memberi tatapan khusus pada reno.

"Nakal." Ucap reno sambil menjitak hana tanpa aba-aba. "Reno! Kenapa jadi balik manggil kak lagi?" Titah reno namun dengan tatapan perduli.

"Ah iya reno, maaf aku lupa. Kenapa?" Hana memangku dagunya pada punggung tangannya dan memperhatikan reno lekat dengan senyum.

Reno yang sudah lama menunggu situasi ini malah jadi buyar seketika, bagaimana bisa ia fokus jika tepat di depannya adalah hana lengkap dengan senyum manisnya, "Ana, aku udah lama mau bilang ini. Dari awal masa perkenalan aku udah merhatiin kamu. Aku tanya-tanya tentang semua yang berkaitan dengan kamu ke temen terdeket kamu. Semua itu aku lakuin karna aku suka sama kamu. Kamu mau?..." Ucapan reno terhenti saat sampai ke inti dari inti pembicaraannya.

"Hm? Mau apa?" Tanya hana yang masih belum mengerti kemana arah pembicaraannya dengan reno.

Hening, hanya ada suara nyanyian dari live music yang seolah menenangkan keduanya.

"Jadi pacar aku?" Lanjut reno dengan lugas.

To Be Continue.

TRAUMATIC LOVE (PUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang