Delapan,

350 20 0
                                    

Hana buru-buru menuju kampus setelah shift kerjanya selesai. Saat tiba ia langsung dihampiri nanda. Selama kepergian reno, nanda lah yang selalu mengisi hari-hari hana. Dan siapa sangka kalau nanda adalah anak dari pemilik sekaligus ahli waris tunggal kafe tempat hana bekerja. Setelah reno pergi, hana benar-benar hancur. Hana bahkan sempat memikirkan untuk mengambil cuti kuliah, namun keinginan itu diurungkan karena bunda dan nanda yang memohon pada hana untuk tidak melakukannya.

Hana menjadi pribadi yang menutup dirinya dari keramaian setelah kejadian dua tahun lalu, bahkan setelah pulang kuliah ataupun kerja sambilan hana langsung masuk kamar hingga pagi dan baru keluar dari kamarnya saat akan berangkat lagi. Namun itu sudah berjalan dua tahun lamanya, kini hana sudah berubah. Cukup berat bagi hana juga orang sekitar untuk mengembalikan sosoknya yang dulu.

"An, mau gue kenalin sama cowok lagi nggak?" Tanya nanda menghampiri hana saat berjalan di koridor kampus.

"Apaansih nan ah, sekali nggak ya nggak." Ketus hana.

"Ayolah an, sekali ini aja. Habis itu udah, gue janji terserah lo mau gimana kedepannya. Kasian tuh bunda yang khawatir lo bakal jadi perawan tua." Rengek nanda sambil memegangi tangan hana.

"Yaudah lah nan, atur aja terserah lo mau gimana."

"YES!!!" Teriak nanda hampir memenuhi area koridor. "Oke, gue chat dulu ya. Tenang an, kali ini anak pebisnis. Nyari calon istri katanya, tapi masih seumuran kita kok."

Sontak saja hana menoleh dan berniat untuk mengajukan protes saat mendengar kalimat yang dilontarkan nanda. Namun, tiba-tiba sosok nanda menghilang dari pandangannya. Hana kembali melanjutkan jalannya, ia berjalan gontai dengan kepala yang menunduk tanpa melihat jalan di sekitar kanan dan kirinya. Tiba-tiba ia menubruk seseorang laki-laki di depannya.

"LOH! KAMU?!" Mata hana terbelalak, habislah sudah. Hidup dan harga dirinya pasti akan hancur berkeping-keping kali ini. Tapi serius, bagaimana bisa Tuhan memberikan tumpukan masalah padanya dalam waktu yang sama.

Hana mengingat perkataan bu mita tentang siapa lelaki di depannya ini. Tak ambil pusing, hana memejamkan matanya dan langsung berlutut di hadapan lelaki di depannya saat ini.

"Saya minta maaf atas kelakuan saya di kafe tadi pak. Saya minta maaf pak, tolong jangan posting atau sebar berita negatif tentang kafe, tempat saya bekerja." Ucap hana memohon pada lelaki itu sambil berlutut di depannya.

"Oh, si pelayan tempramen. Ha?" Danu menaikkan sebelah alisnya, dan membuka mulutnya.

Hana mengadahkan wajahnya dan menatap lelaki itu ia tak faham maksud lelaki di depannya.

"Maaf ingatan saya agak buruk, siapa nama kamu?" Jelas danu.

"Oh, hana pak. Saya hana, hana maira." Jawab hana cepat.

"Oh, hana. Kamu ngikutin saya kesini cuma buat minta maaf?" Tangan danu terulur untuk membantu hana berdiri.

Lagi-lagi semua kalimat yang keluar dari mulutnya membuat hana naik pitam. Rasa kesal di dada hana membuatnya cukup sesak, sampai rasanya ingin menampar lelaki ini di tempat. Seorang hana yang tak pernah perduli akan keadaan sekelilingnya menjadi seorang yang bertekuk lutut pada lelaki arogan yang juga mesum seperti ini, kemana perginya kasih sayang Tuhan pada dirinya?

Dengan senyum kecutnya hana menjawab, "Haha nggak kak, saya kuliah disini." Danu membelalakkan matanya seolah tak percaya.

"Hm?" Tanya lelaki itu.

"Iya, saya kuliah prodi kedokteran di sini pak. Angkatan 2017." Jawab hana mencoba meyakinkan danu.

"Ah, kita seumuran ternyata. Saya pikir kamu lebih tua dari saya." Ucap danu yang sekali lagi membuat hana kesal, apakah dia tak memiliki kaca dirumah? Bagaimana bisa laki-laki mesum ini berpikiran mukanya nampak lebih muda. "Saya danu, danuarta adi permana. Dosen tidak tetap di kampus ini." Danu mengulurkan tangannya kearah hana.

To Be Continue.

TRAUMATIC LOVE (PUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang