Kita adalah sebuah pertemuan di waktu yang tak terduga, tapi kita juga sebuah perpisahan di waktu yang tak tepat.
-Rain and Rain-
Alana menatap sekelilingnya. Ia menghela nafas pasrah karena tidak mendapat teman kelompok. Ekspresi wajahnya sedikit tertekuk sebal, namun tidak bisa apa-apa. Sebenarnya hatinya panas, tapi ia juga tetap tidak akan dianggap oleh teman-temannya. Tangannya mencoret-coret kertas kosong di buku fisikanya. Entah karena gabut atau menumpahkan kekesalan.Ken melirik Alana, lalu melihat teman-temannya yang sudah berbincang-bincang dengan kelompoknya. Sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas, lalu kembali menatap Alana. "Sendirian?" tanyanya.
Alana sedikit terkejut, "hah?" beonya tidak mudeng dengan pertanyaan dari Ken.
"Sendirian?" tanyanya lagi.
"Hah? Eh, oh ... i-iya ... ya, biasalah! Lo tahu sendiri, haha," jawabn Alana lalu kembali mencoret-coret kertas.
Ken menatap Alana jengkel, "lo gak cari temen?" tanya Ken.
Alana menatap Ken, "kan lo tau sendiri gue gimana," jawabnya membuat Ken kesal lagi.
"Gue nggak tau tentang lo!" ucap Ken membuat Alana sedikit sebal.
"Ya, lo 'kan tahu kalau gue gak lunya temen. Dan gak ada yang mau jadiin gue kelompok mereka! Mana ceweknya ganjil lagi!" gumamnya diakhir kata.
"Emang lo gak ada temeb cowok?" tanyanya membuat Alana sedikit bingung.
"Ya ... menurut lo?"
"Ya ... menurut lo gue ini siapa?" tanya Ken mengikuti gaya bicara Alana. Alana sedikit terkejut dan salah tingkah. Entah mengapa itu adalah kalimat yang sedikit manis menurutnya.
Alana menggigit bibirnya dari dalam untuk meminimalisir sebuah senyuman salah tingkah. "Hah?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Lo bisa sama gue!" ucap Ken membuat hati Alana berdesir.
Alana mengangguk, "hmm," jawabnya sambil menahan diri untuk tidak tersenyum bahagia atau mengekspresikan dirinya terlalu berlebihan.
"Besok hari minggu ke rumahnya Gaga jam 9 pagi!" ujar Ken memperingati.
Alana mengangguk patuh, "hm, iya. Makasih, ya, Ken!" ucapnya tanpa berani melihat Ken.
"Hm ...," jawab Ken tanpa melihat Alana.
Alana menatap Ken, "g-gue ... boleh minta nomer lo nggak?" tanya Alana memalingkan perasaan malunya.
Ken menatapnya sebenar sambil berfikir, lalu mengangguk. "Oke," jawab Ken setelah itu menuliskan nomernya di kertas Alana. Alana tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
🍃🍃🍃
Sebuah pukulan pelan dari pulpen mengejutkan Alana. Ia menoleh dan tambah terkejut lagi saat tahu siapa orangnya. Ia meringis pelan dan sedikit malu. "Lo?" pekiknya pelan.
Pria itu menatap Alana datar, "ngapain lo?" tanyanya.
Bukannya menjawab, Alana malah menatapnya dari bawah sampai atas. Lalu menatal bedge namenya yang tertutup jaketnya yang tersampir dipundak. Ia mendesah kesal. Menurut Alana, pria ini tampak sedikit kerem dengan gayanya. Wajahnya lumayan, dan tatapannya itu membuat Alana sedikit terpukau. Sedikit tajam, teduh, tapi juga menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Rain
Teen FictionRain and Rain. Untuk semua umur. Alana tidak tau kenapa mereka begitu benci dan mengganggunya. Apa harus seperti ini mereka menunjukkan rasa tidak sukanya? Ia bingung dengan apa yang mereka benci darinya. Cantik dan kaya? Bah, Alana itu pas-pasan da...