Autumnus | Autumn

3.3K 337 2
                                    

Legawa


Jakarta, Maret 2020

"Wih, udah ganteng!"

Suara Athala muncul tepat ketika aku menutup pintu ruanganku dengan membawa serta tas pada pundak kiriku. Lelaki satu itu muncul dengan kemeja biru muda dan terlihat sama rapinya denganku.

Aku berdecak kesal melihat cengiran menyebalkan pada wajahnya, dan memilih diam berhenti untuk mendengarkannya mengocehkan hal-hal tidak penting, kali ini apa?

"Janjian ya sama Diva-nya IGD?" kedua alisnya terangkat naik dan turun seraya membuat tatapan jahil menyebalkan.

"Who?" tanyaku dengan nada menantang.

"Dokter Fradella Deolinda lah, who else?" kedua mataku berputar mendengar jawabannya itu. "Dari namanya aja udah kedengaran kayak the goddess of something gitu. Ckck, dokter Ega emang ya... Sok-sokan dulu nolak dekatin dokter. Sekarang apa, huh?"

Kembali aku berdecak mendengar ocehannya barusan, bisa-bisanya manusia satu ini selalu update hal-hal seharusnya tidak sepenting itu untuknya.

"Kemarin pulang dari Bandung barengan?" kedua alisnya kembali naik dan turun seolah mengejekku habis-habisan, tampangnya ini sudah menyebalkan tingkat akut.

Aku menggeleng acuh sembari kembali melangkahkan kaki berencana meninggalkannya yang mengoceh seorang diri itu.

"Kakaknya kawin di Bandung?"

"Iya." Dengan tak peduli aku terus berjalan dengan tempo langkah santai sementara lelaki itu mengikuti masih dengan cengiran pada wajahnya.

"Kok lo bisa diundang, ya? Udah ngebet juga dokter Della? Minta lo kawinin juga kan pasti, makanya langsung dibawa ke keluarganya?"

Seketika langkahku terhenti dan menoleh dengan kerutan dalam pada keningku.

"Apaan?"

"Itu lo kemarin bisa ke Bandung acara keluarganya, gimana ceritanya?"

"Lo dengar dari mana sih kabar-kabar soal gue?" sungguh aku penasaran soal yang satu itu sebab dokter Athala ini memang tiba-tiba bisa cepat mendapat informasi yang seharusnya tidak sebegitu penting untuk diberikan atensi oleh orang-orang, pasalnya itu hanya soal kehidupanku. Who's care?

"Yee, kalau IGD sekarang punya the goddess, dari dulu ruang operasi punya prince charming. Mau gue lemparin kaca kamar mandi?"

"And then?"

"Dokter mana lagi yang banyak penggemarnya? Dari petugas sampai pasien dan kerabat-kerabatnya juga, semua kena pelet pesona dokter Ega. Padahal lo sama gue gantengan gue sih, Ga."

"Emang gue diomongin apa?"

Semua ucapan yang berujuk ke arah pujian yang terlalu meninggikan aku tetapi kemudian dijatuhkan dengan telak dari mulut dokter Athala tidak aku hiraukan. Aku akui bagiku Athala memang lebih tampan dariku sebab kulitnya lebih cerah dari milikku, matanya sedikit bundar tanpa lipatan mata, dan yang pasti seharusnya dia bisa lebih disukai karena easy going yang membuatnya cepat akrab dengan banyak orang. Jadi aku tidak akan menolak kalimat akhirnya tadi setelah menyanjungku setinggi langit.

"Lo beberapa kali ngobrol sama dokter Della di kantin, lo kira orang-orang pada nggak punya mata buat lihat itu?"

Apa yang aneh dari mengobrol bersama dokter lainnya?

"Terus? Gue kan juga suka ngobrol sama dokter cewek lainnya, not just her." tukasku tanpa rasa berat hati.

"Tapi yang ini agak beda kan, Ga?"

Cardines Temporum | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang