[2] Juandra: Apartemen

895 204 44
                                    

•••

Juandra Deovannes

Si DJ handal yang seringkali menghibur di club-club ternama. Bukan hal yang baru lagi Juan melakukan ini, sudah hampir lima tahun dirinya menjadi seorang DJ. Mungkin saat memasuki sekolah menengah atas Juan mulai tertarik akan kegiatannya ini.

Bukan hanya hobi men-Dj, balapan dan tawuran pun masuk kedalam playsit hidupnya.

Mungkin di umurnya segini pantasnya tengah menikmati masa-masa perkuliahan. Tapi Juan tidak tertarik akan hal itu. Dari dulu ia berpikir pendidikan itu sangat menyusahkan.

Terlahir dari keluarga kaya dan terpandang tidak membuat Juan harus selalu menjaga imagenya dimata publik. Cowo itu pemberontak dan tak mau dikekang.

Jadi wajar jika dirinya sudah tinggal di apartemen sendiri. Dirinya tidak mau dikendalikan oleh ayahnya, lihat saja Selatan, saudaranya. Dimasa-masa muda seperti ini saudaranya itu malah tengah sibuk dengan berkas-berkas kantor yang sangat tak penting.

Juan tak ingin seperti itu. Jiwa pemberontak memang sudah melekat di dalam tubuh cowo itu sejak jaman putih biru. Tapi mungkin waktu itu pergaulannya belum terlalu bebas, jadi masih kalem-kalem aja.

Tapi setelah masuk SMA, semuanya berubah.

•••

Senyum bodoh masih menghiasi wajahnya, memandang kebawah dimana seorang bocah berumur tiga tahun tengah tidur di pangkuannya. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

Jenggala

Nama perempuan yang hampir Juan tabrak, entah kenapa saat perempuan itu meminta tolong pada dirinya untuk mencarikan sebuah kost, Juan malah membawanya ke apartemen miliknya.

Juan tidak memiliki maksud apa-apa. Ini sudah tengah malam, susah mencari kost di kegelapan malam, apalagi jarang menemui sebuah kost di daerah sini.

Dan Jenggala tidak menolak saat ia minta untuk menginap sementara di apartemennya, mungkin karena melihat Anaknya yang sudah tertidur lelap.

Juan melirik kesamping saat mendengar suara langkah kaki, Jenggala baru saja membersihkan dirinya. Dengan ragu kedua tangan perempuan itu terulur bermaksud untuk mengambil alih bocah di pangkuan Juan.

Juan berdiri lalu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.

"Kalo mau tidur Lo bisa tidur sementara di kamar gue" Ujar Juan, lalu melangkah pergi bermaksud untuk membersihkan dirinya juga.

"Terus kamu?" Tanya Jenggala. Juan menghentikan langkahnya, lalu berbalik.

"Gue?" Juan menjeda "Gue bisa tidur di sofa" kembali melanjutkan langkahnya.

"Eh jangan, biar saya aja yang tidur di sofa" ujar Jenggala, perempuan itu masih tau tata Krama, dirinya disini hanya tamu, bahkan tamu yang tak di kenal.

Juan kembali berbalik.

"Gak papa kali, ini jarang-jarang Loh gue baik gini"

"Gak papa, biar saya aja yang tidur disini"

Juan menghela nafas, dirinya tidak bisa memaksa Emang yah cewe itu mahluk ter-ribet dimuka bumi ini. Untung saja Juan gak suka sama cewe.

eh bukan gitu maksudnya.

•••

Bangun tidur pencium Juan bisa menghirup aroma yang sangat nikmat, mencuci wajah terlebih dahulu lalu berjalan keluar. Sampai di pantri Juan bisa melihat siluet perempuan yang baru ia kenal semalam tengah berkuat dengan masakannya.

Menarik kursi lalu duduk disana, menopang dagu memeperhati Jenggala yang sangat cekatan dalam memasak. Dan pikiran Juan malah traveling kemana-mana. Cowo itu berpikir jika sekarang dirinya adalah seorang suami yang tengah menunggu istri untuk menyajikan makanan.

Tapi sebelum merambat kemana-mana, segera ia tepis pemikiran itu. Jenggala udah punya anak dan otomatis punya suami dong. Eh tapi dimana yah suaminya.

Ada yang tau kah dimana suaminya(?)

Jenggala yang sudah menyelesaikan masakannya berbalik, tidak merasa terkejut akan kehadiran Juan, soalnya tadi dirinya sempat melihat Juan menuruni tangga.

Meletakan dua piring berisikan Nasi goreng diatasnya.

"Maaf cuma masak ini" Ujarnya lalu ikut duduk dihadapan Juan dan mereka hanya terhalang oleh meja pantri Saja.

"Santai gue pemakan segalanya" Juan menarik sendok, lalu menyuapkan nasi goreng dengan suapan penuh.

"Batu sama kayu?" Bingung Jenggala, perempuan itu tengah menyantap masakannya sendiri, dengan pandangan penasaran pada Juan.

"Kalo lagi lapar benget, batu sama kayu gue makan" jawab Juan bercanda.

Samar-samar pendengar Juan bisa mendengar suara Isak tangis, ia tak menghiraukannya, mungkin itu suara dari apartemen sebelah, kan kemarin ada kabar orang yang berada di apartemen sebelahnya baru saja melahirkan.

Tapi pemikirannya itu sirna saat melihat Jenggala dengan terburu-buru beranjak dari duduknya, berjalan menuju ruang tengah. Ah Juan baru sadar ada mahluk lain juga yang berada disini.

Setelah menyelesaikan sarapan Juan beranjak menaruh piring bekas di wastafel, melirik pada piring jenggala yang masih terisi penuh, perempuan itu tidak kembali lagi untuk sarapan karena mengurusi anaknya yang sedang menangis dari tadi.

Berjalan menuju ruang tengah, Juan bisa melihat jenggala yang sepertinya tengah kewalahan menenagkan anaknya, Juan ingin membantu, tapi membantu dalam hal apa(?)

Jenggala yang masih berusaha menenagkan anaknya menengok kebelakang.

"Emm, bisa bantuin gak?" Ujarnya bertanya dengan nada sedikit ragu. Tanpa pikir panjang Juan langsung mengangguk mantap.

"Tolong buatin susu yah, makasih" ujar Jenggala, setelah itu kembali sibuk menenagkan anaknya yang masih menangis.

Sementara Juan, masih berdiam diri ditempatnya.

Susu(?)

Melirik kebawah, lalu tangannya terangkat memegang dadanya yang berotot.

"Susu? Tapi gue gak punya susu"

...

©Juandra ||Jaesoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Juandra ||
Jaesoo

JUANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang