[11] Juandra : tamu tak di undang

285 63 8
                                    

.

"OM UAN!" bocah tiga tahun yang baru menuruni tangga itu berlari kencang, senyum bahagia terlihat di wajahnya. Anak kecil itu sampai menghiraukan teriakan sang bunda yang menyuruhnya untuk tidak berlari.

Juan dengan sigap langsung menangkap alister yang melompat ke pelukannya.

"OM UAN AL KANEN"

Juan menutup matanya saat alister berteriak tepat di telinga kirinya.

"iya, iya om juga kangen al" juan memeluk tubuh kecil alister. Mata juan tak lepas memperhatikan alister yang raut wajahnya tampak berseri-seri, dengan deretan gigi ompong nya yang terlihat, karena anak itu tersenyum sangat lebar.

gemes banget apa gue bawa pulang aja ya? —juan

"Juan kan udah buna bilang jangan lari-lari, bandel banget sih!!" Dari kejauhan Jenggala berkacak pinggang, raut wajah perempuan itu terlihat sedikit marah. Matanya melotot lalu bibirnya mengerut.

emaknya lebih gemes lagi, harus gue bawa pulang dua-duanya sih—juan

"Maaf buna" di dalam gendongan juan alister cemberut, alister sedikit takut akan kemarahan bundanya.

"Udah gapapa, buna kamu ga marah, dia cuma khawatir aja kalo kamu jatuh" juan mengusap-usap punggung kecil Alister. Wajah cemberut al kembali berseri-seri lagi.

Jenggala berjalan mendekat, setelah sampai dihadapan juan dan al tangan Jenggala terulur, bermaksud untuk menggendong al.

"Loh kamu ga mau digendong buna?" Seru Jenggala saat melihat alister yang malah memeluk juan lebih erat.

"Lo bau je mangkanya dia ga mau lo gendong" seru juan, pria itu lalu terkekeh saat melihat Jenggala yang melotot padanya.

"Sembarangan, saya tau saya belum mandi, tapi saya ga bau—" ucapan Jenggala terhenti karena perempuan itu mengendus-endus ketiaknya "LOH IYA BAU" serunya dengan heboh. Bagai kan kilat di saat hujan badai Jenggala melesat pergi memasuki kamar mandi yang berada di kamarnya.

juan tampak terdiam, pria itu tidak bisa berkata apa-apa karena sangking kagetnya melihat kelakuan Jenggala.

"Bunda kamu aneh al"

.

Wangi harum dari parfum tercium oleh hidung juan. Pria itu melirik keatas di mana wangi parfum itu berasal. Dari atas sana juan bisa melihat Jenggala yang tengah menuruni tangga dengan pakaian simpel, hanya dress selutut, tapi di mata juan kenapa dress itu tampak lebih indah saat Jenggala yang memakainya.

Pandangan juan teralihkan pada gaya rambut Jenggala yang di cepol tinggi. Anak rambut yang menjuntai terlihat di dahi dan leher perempuan itu. Baru pertama kali ini juan melihat Jenggala mengikat rambutnya.

"Sekarang saya udah wangi" Jenggala berdiri di hadapan juan dengan lengan yang terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat sok angkuh, padahal di mata juan itu terlihat menggemaskan.

Juan menahan senyumannya "mana coba gue cium" nada jahil dengan wajah menggoda juan membuat Jenggala mundur kebelakang.

"Ihhh" kedua tangannya memeluk tubuhnya, seakan-akan melindungi tubuhnya dari juan.

"Kenapa? katanya udah wangi ya gue perlu pembuktiannya"

"Emang kamu ga nyium wangi parfum saya? padahal saya udah semprot banyak"

"Ngga tuh" Bohong, ucapannya itu bohong. Dati kejauhan saja juan sudah bisa mencium wangi parfum khas Jenggala.

Tangan kanan Jenggala terulur di hadapan juan "nih cium, wangi tau"

Juan memajukan kepalanya, menghirup aroma dari tangan Jenggala yang putih. "Ngga wangi tuh" ujarnya kembali berbohong.

"Masa sih" jenggala menarik tangannya lalu ia dekatkan ke hidupnya. Aroma parfum miliknya tercium jelas "dasar tukang boong, ini wangi" sewot Jenggala.

"Masa sih? coba sini gue cium lagi" tangan juan terangkat menarik lengan Jenggala. Ia pegang dengan lembut tangan Jenggala lalu menghirupnya kembali, dan untuk yang kesekian kalinya aroma parfum khas Jenggala tercium jelas.

"Wangi kan?" Tanya Jenggala dengan pandangan yang memperhatikan juan yang tengah mengendus tangannya.

"Wangi—cupp"

"Ehh" Jenggala dengan reflek menarik tangannya. Matanya melotot pada juan. Yang di pelototi malah cengengesan.

"Sorry kelepasan"

Tatapan mata jenggala menyipit, tatapannya menghunus tepat pada juan.

"Kamu—

"dia siapa Jenggala?" Suara bariton yang cukup familiar di telinga Jenggala membuatnya langsung berbalik.

Seorang pria dengan setelan kemeja biru yang di balut jas hitam berdiri tepat di depan pintu masuk. Geo berjalan dengan mata yang menatap juan yang tengah duduk dengan tajam.

"anu, om, ini, anu" Jenggala tampak gelagapan. Matanya dari tadi tidak bisa berhenti melirik omnya dan juan bergantian.

"aduh om dia itu, anu" Jenggala menggeplak mulutnya yang dati tadi gelagapan tak jelas.

Berbeda halnya dengan juan yang tampak bingung. Pria itu mengerutkan dahinya saat melihat pria berjas yang Jenggala panggil dengan 'om' berjalan mendekatinya Dengan tatapan tajam.

"Jenggala—

apa dia ayahnya alister?"

apa dia ayahnya alister?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Juandra ||
Jaesoo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang