.
"Di liatin mulu ndra"
Juandra tersentak saat zafy berbisik tepat di telinganya, juan mendelik "ganggu lo, pergi sana" usirnya.
Zafy cemberut "lagian lo ngeliatin Jenggala dari pertama masuk sini, apa ga bosen?"
Juan menghela nafas kasar "gue bilang pergi" juan memberikan tatapan tajam pada zafy.
Zafy bergidik ngeri melihat itu "sewot mulu dari tadi, pms lo?" Setelah mengatakan itu zafy langsung melenggang pergi, tidak mau lagi menganggu cowo yang tengah pms.
Pandangan juan kembali memperhatikan seseorang perempuan, dari tadi pandangan tidak pernah lepas memperhatikan gerak gerik Jenggala.
Keputusan dito yang memperkerjakan Jenggala di clubnya adalah keputusan yang salah, awalnya juan kira dito akan memperkerjakan Jenggala di kantor ayahnya, tapi
'pengalaman kerja kelompok sama kerja bakti lo pikir bisa kerja di kantor bokap gue' ujar dito kala itu.
Perkataan temennya itu memang benar adanya, tapi kenapa harus kerja di club(?).
Lihat saja dari tadi banyak mata pria hidung belang yang memperhatikan Jenggala termasuk dirinya. Bagaimana tidak Jenggala dengan penampilannya yang memakai baju yang ketat, lalu rok di atas lutut.
"Siapa sih yang desain tuh baju?" Tanya juan pada dito yang dari tadi duduk anteng disebelah.
Awalnya dito bingung baju apa yang juan maksud, tapi saat melihat juan yang terus memperhatikan Jenggala sepertinya dion tau.
"Gue" jawabnya berniat bergurau tapi juan menanggapi nya dengan serius.
Juan mendelik "ga bisa apa desain baju yang lebih tertutup" sewotnya.
Dito mengernyit bingung "ini club wajar lah" ujarnya "masa gue harus desain baju yang kaya mau pengajian?" Lanjut dito.
Pandang dito lalu menatap juan menelisik "kenapa sekarang lo permasalahin, bukannya dulu lo pernah bilang suka sama model bajunya?"
"Kapan?"
" 'model bajunya bagus lumayan gue bisa liat paha mulus gratis'. Lo pernah ngomong gitu"
.
"Bibir lo merah banget, di olesin cabe?"
Jenggala yang tengah sibuk memainkan phonselnya mendongak, perempuan itu menemukan juan yang tengah bersandar di samping pintu dengan tangan yang terlipat di depan dadanya.
Jenggala merogoh tasnya lalu mengeluarkan sebuah cermin kecil, perempuan itu memeriksa bibirnya.
"Engga merah, biasa aja" jawab Jenggala, yang di katakan dirinya memang benar, warna lipstik yang ia kenakan berwarna merah natural, tidak seperti yang di katakan juan.
Juan bergerak mendekat, lalu ikut duduk di bangku panjang yang tengah Jenggala duduki.
Ngomong-ngomong jam kerja Jenggala telah selesai, perempuan itu sudah mengganti pakaiannya juga. Lalu yang tengah Jenggala lalukan disini adalah menunggu taxi pesanannya datang.
"kabar al gimna?" Tanya juan.
"Al baik" jawab Jenggala"tapi tadi pas mau di tinggal kerja dia nangis pengen ikut" lanjutnya, nada bicara Jenggala tampak antusias saat menjawab pertanyaan juan.
Juan menanggapi nya dengan mengangguk-anggukan kepalanya "om lo tau lo kerja disini?" Tanya juan lagi.
Jenggala menggeleng "om saya cuma taunya saya kerja tapi dia ga tau saya kerja dimana" jelas Jenggala.
"Lo ga takut dia bakal marah kalo tau lo kerja di club?"
"Takut sih"
"Lagian juga kenapa lo mau terima kerjaan ini? padahal masih banyak kerjaan lain"
Jenggala tidak langsung menjawab perempuan itu terlihat tengah berpikir "kerjaan lain? dimana? Selama ini saya nyari pekerjaan ga ada yang cocok"
"Jadi maksud lo kerja di club cocok buat lo?" Juan memandang Jenggala tidak percaya.
"Ehh bukan gitu, maksudnya kebanyakan pekerjaan yang saya dapet tuh hampir 12 jam, sedangkan saya kan mau sambil ngurus al, nah kalo di club ini kan saya cuma kerja 6 jam doang" jelas Jenggala panjang lebar.
"Kenapa lo ga fokus ngurus al aja, ga usah kerja"
"Terus saya dapet uang dari mana buat keperluan al? Masa minta ke om saya?"
"Gue bisa nafkah—" juan buru-buru membekap mulutnya sendiri, untung saja kata-kata itu tidak lolos dari mulutnya dan juga kata-kata tadi terlontar dengan sendirinya tanpa ia minta.
Jenggala memandang juan dengan memiringkan kepalanya "maksudnya kamu mau nafkahin saya sama al?" Tanya Jenggala.
Juan pikir Jenggala tidak akan mengerti perkataannya tadi, tapi juan salah.
"E..ngga gitu" juan terbata-bata, matanya tidak berani melihat Jenggala, tangannya sibuk menggaruk belakang kepalanya.
Jenggala mengernyit bingung memperhatikan tingkah juan.
"Kalo emang kamu beneran mau nafkahin saya sama al, saya sih seneng aja"
•••
©Juandra ||
Jaesoo
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANDRA
Fiksi PenggemarInsiden Jenggala yang tak sengaja meninggalkan anaknya di apartemen juan membuat kedua orang itu lamat laun menjadi dekat. JUANDRA BY oseasyz