📍Sleepress Rosa Asylum, West Rosemare City.

3.5K 195 63
                                    

📍Sleepress Rosa Asylum, West Rosemare City.

Sepatu pantofel kulit menyumbangkan langkah memasuki aula bangunan bercat putih tersebut. Pemuda itu terhenti sejenak, menatap ke sekitarnya sebelum mengalihkan pandangan ke belakang. Ia meninggalkan jejak kotor di lantai granit mahal tersebut.

Membuang nafas tak suka oleh kekacauan yang baru saja ia buat. Ia berniat akan mencari ruangan kebersihan, mengambil alat pembersih dan membersihkannya sendiri. Tetapi seorang perawat wanita datang mendekatinya, ia mengenal perawat cantik itu, Giselle.

"Na Jaemin-ssi." Panggil si cantik dengan pakaian perawat serba putih.

"Halo, Giselle-ssi. Ada apa, ya?" Tanya Jaemin selembut mungkin.

"Ah! Tidak ada, aku hanya melihatmu seperti sedang kebingungan. Ada apa? Apa pekerjaanmu sangat banyak?" Tanya Giselle perhatian; lengkungan di bibirnya terlihat jelas di mata sayu Jaemin.

Jaemin tersenyum sebelum membalas lawan bicaranya. "Aku menyukai pekerjaan ini, tidak ada yang harus di pusingkan."

"Hmm, kalau begitu. Kenapa kau tidak membalas pesan ku?"

Bolehkah Jaemin pergi saat ini? Ia tidak suka jika dalam waktu bekerja ditanyakan seperti ini. Apalagi diluar dari urusan bekerja, Jaemin T I D A K   S U K A.

"Kalau begitu aku sibuk. Maaf, saya harus mengurus pasien ku dulu." Balas Jaemin cepat.

Derap langkahnya begitu cepat memasuki sebuah ruangan istirahat untuk staf, dan di dalam ruangan itu ternyata ada Hyunjin dan Felix sedang mengopi.

"Jaemin-hyung? Kenapa kau kemari?" Tanya Hyunjin basa-basi; menyeruput kopi sembari menunggu jawaban Jaemin.

Kembali Jaemin membuang nafas sesak di paru-parunya. "Menahan emosi, mood-ku sangat buruk untuk bersanding bersama manusia normal." Jelas Jaemin sembari berkacak pinggang.

Felix menahan tawanya, sedangkan Hyunjin tertawa melalui hidung. Tidak bermaksud mengejek Jaemin tapi, ketidaksukaannya pada Giselle membuat keduanya terhibur. Giselle memang pernah terang-terangan menyatakan cinta, bahkan sejujurnya Jaemin bekerja di tempat ini belum genap sebulan. Bagaimana semudah itu Giselle menyukai Jaemin?

"Lalu? Mau ku buatkan kopi, Jaemin-hyung?" Tawar Felix ramah; menimbulkan raut ketidaksukaan Hyunjin pada Felix-nya.

"Felix-ah! Dia bisa membuat minumannya sendiri." Ucap Hyunjin dengan nada kesal.

"Tolong buatkan aku kopi hitam seperti biasa Felix-ah." Celetuk Jaemin.

Felix mengangguk pelan, memutar tubuhnya ke belakang dan, bersiap membuatkan dokter Jaemin satu cup kopi kesukaannya. Sedangkan Hyunjin, raut wajahnya berubah 180° derajat dengan meremas cup kopi kertas kosong.

Tak butuh beberapa lama, mood Jaemin membaik usai menghabiskan satu cup kopi buatan Felix. Felix memang cocok dijadikan pasangan hidup, mengerti situasi dan mood orang sekitarnya.

"Sudah membaik hyung?" Tanya Felix berbasa-basi; melingkarkan tangannya di lengan Hyunjin-nya.

Jaemin mengangguk pelan. "Terimakasih Felix-ah. Oh iya! Aku lupa, dimana alat pembersihnya, ya?"

"Untuk apa?" Tanya Hyunjin sinis.

"Tak sengaja aku menginjak tanah basah saat perjalanan menuju rumah sakit."

Felix berniat akan membersihkannya, tapi dicegah oleh Hyunjin dengan merangkul bahu Felix. "Coba kau periksa lagi sekarang Jaemin-hyung, pasti pak Lee sudah membersihkannya."

(✓) STREETS | SungJaem / JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang