📍Roselinebyye Central Terminal, Southwest Rosemare, RC

2.9K 200 57
                                    


Decitan ranjang mengisi salah satu bilik kamar yang tengah menjadi saksi pergumulan kedua insang. Hentakan kasar yang dilakukan sang dominan, membuat submissive-nya menanggung rasa sakitnya bersamaan sentuhan kasar di prostatnya. "Aanngghh~ ampun hyungghh~ ..hiks…hiksAh! Ahh! …hiksssSakith~! Nnnggghhhsshh~" Desah Jisung pasrah ditambah dengan tangisan memohon nya. "Hyuhyungghhh~ aahhk! Su—sudahh….hiksEenngghhmm~"

Pemuda yang berada diatasnya melukiskan senyuman penuh kebahagiaan, melihat kekasihnya kacau balau seperti ini membuat hatinya bersorak bangga. Tidak ada satupun yang bisa membuat Park Jisung-nya sepasrah dan seseksi ini. Lihatlah penampilan yang mengenaskan; bibir bengkak yang terbuka mengalirkan cairan saliva nya, mata sayu yang selalu menatapnya, linangan air mata yang terus jatuh, kemeja kampus masih tersangkut di bahunya, leher yang penuh kissmark dan, jangan ditanyakan di dalam lubang analnya Jisung.

"Sudah ku katakan Jisungie, jangan membuatku lama menunggu, sayang. Sshh~" Ringis Jaemin saat merasakan remasan nikmat dari lubang anal kekasihnya. Terlalu nikmat hingga kedua matanya tertutup rapat, dan sedetik kemudian ia kembali membanjiri lubang anal kekasihnya kembali. "Apa kau mengerti, sayangku?" Tanya Jaemin menghentikan pergerakan di bawah sana, mendengar jawaban atau alasan apa yang akan ia dapat.

Jawaban Jisung hanyalah anggukan lemah, menahan isak tangisnya saat melihat perubahan ekspresi pada Jaemin-nya. "Jisungie tahu' kan, kalau hyung sudah marah?"

"…hiks….hiks… Ampun hyungg…hiks….hiks…a-aku lelah..hiks… Maafkan aku." Mohon Jisung ditemani isak tangisnya. "Apa perlu hyung memberhentikan kamu kuliah, sayang?" Pertanyaan Jaemin berhasil membuat Jisung membulatkan kedua matanya.

"Ja—jangan hyung …hiks…hiks… A-aku sudah akan lulus..hiks… Kumohon jangan..hiks.."

Jaemin mengusap pipi Jisung lembut, tak ingin membuat wajah manis itu lecet sedikitpun. "Kalau hyung ingin menghentikan mu berkuliah, apa kuasa kamu menolaknya, hmm?"

Jisung tak dapat menjawab lagi, pasalnya semua kebutuhan Jisung ditanggung semua oleh Jaemin sendiri. Bukan, Jisung bukan sugar baby-nya Jaemin melainkan, hasil dari taruhan antar keluarga mereka. Bagaimana bisa?

"Tugas kamu kan lebih ringan, sayang, hanya setiap malam mendesahkan namaku. Apa susahnya?"

Sentuhan jari telunjuk Jaemin mengarah pada kedua belah bibir bengkak itu. Jaemin serasa ingin terus memainkan kedua belah bibir itu dengan jarinya, tanpa harus terus-menerus menempel pada wajah Jisung manisnya. "Bagaimana, sayang? Apa kamu menyetujui permintaan calon suamimu ini?" Tanya Jaemin pada penawaran terkutuknya.

Tertekan oleh segala hal yang terjadi pada kehidupannya selama ini, tanpa disadari Jisung sendiri ia malah tersenyum cukup lebar. Perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh Jisung tak luput dari kedua mata Jaemin sendiri. Apa yang terjadi pada calon pendampingnya saat ini?





"Kalau begitu, kenapa hyung tidak sekalian saja membunuh orang-orang di kampus? HAHAHAA! Biarkan aku sendirian di gedung itu, tanpa ada gangguan yang membuatmu cemburu tidak jelas seperti ini." Lontar Jisung penuh penekanan nada rendah, bahkan urat lehernya terlihat begitu jelas di mata Jaemin.

Jujur Jisung tidak pernah seberani ini untuk melawan perintahnya, Jisung itu penurut bahkan sangking menurutnya ia rela berolahraga bersama Jaemin dari siang sampai bertemu malam.

(✓) STREETS | SungJaem / JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang