📍Texta Street

2.6K 182 100
                                    


Jam dinding menunjukkan pukul 00.24 AM, waktu sudah lewat tengah malam dengan udara cukup dingin. Pemuda manis tengah fokus menonton drama series kesukaannya berjudul 'Texta Street', tanpa berpaling sedikitpun hanya untuk melirik jam dinding. Sedangkan pemuda satunya lagi, hanya menghela nafas gusar sembari mengirim pesan pada seseorang.

Sreeett~

Sssrreet~

Ssrreeett~

Untuk sekali lagi, ia menghela nafas panjang karena aksi dari si manis. "Bisakah kau berhenti menggaruk-garuk perutmu itu?" Tanya pemuda itu datar; lirikan tajamnya terus memperhatikan ke arah si manis yang perlahan juga menatapnya.

Seseorang yang tengah ia tatap, membalas tatapannya juga tak kalah sengit, dan penuh tekanan mengancam. Tak hanya itu, ia juga memperhatikan ayunan tangannya yang tengah menggenggam sebilah pisau buah. Iya, dia menggaruk perutnya dengan sebilah pisau buah.

"Tutup mulut mu, atau ku cabik dengan pisau ini." Ancam si manis dingin; mengarahkan ujung mata pisau ke arah sang lawan bicara.

"Jisung-ah. Anakku dalam bahaya." Tegurnya sekali lagi; pemuda bertubuh berisi hanya memutar matanya malas. "Kau bisa mengusapnya dengan obat pereda gatal 'kan? Kenapa harus pakai pisau untuk menggaruk perut mu?"

"Daripada ku garuk pisau ini ke wajahmu." Ketus Jisung tak terima di tegur oleh pemuda tampan itu.

"Kenapa kau keras kepala sekali sih Jisung?" Decaknya penuh kekesalan; membuang smartphone-nya ke samping sofa kosong.

"Kenapa kau juga sangat cerewet sekali Jaemin-hyung?"

Jaemin menghela nafasnya kasar; butuh kesabaran lebih agar tidak menghukum istri gembulnya saat ini, dikarenakan kondisi saat ini sang istri tengah hamil tua.

Jaemin beranjak dari sofa, berjalan mendekati sang istri dan berhenti tepat di sampingnya. "Berikan pisau itu padaku. Aku akan mengusapkan obat pereda gatal untukmu." Ujar Jaemin mengalah; memanjangkan salah satu tangannya untuk menerima pisau buah di genggaman sang istri.

"Sebenarnya aku tak butuh bantuan mu, tapi bayimu ini selalu ingin aku bermanja-manja padamu."

Jaemin berhasil mengambil ahli pisau tersebut, menyimpannya ke wastafel dapur dan kembali dengan sebuah obat salep di genggamannya. Jaemin duduk di samping Jisung, sedangkan Jisung memperhatikannya begitu sengit pada sang suami. Ia sangat tidak menyukai sang suami terlalu dekat dengannya, bahkan pikiran jahat pun sejak tadi terlintas dengan begitu ramainya.

"Bisakah kau berhenti menatap ku seolah ingin membunuh, Jisungie?"

Jisung menyeringai puas. "Dan bisakah kau berhenti memaksa ku untuk bercinta dengan mu, Jaemin-hyung?"

Jaemin menghela nafas sekali lagi. "Kau sangat menyebalkan akhir-akhir ini. Apa calon anakku sangat membenciku?" Tanya Jaemin lembut; menekan perlahan permukaan bungkusan obat tersebut, dan ia usap lembut permukaan kulit perut sang istri yang kulitnya telah memerah.

"Entahlah. Ia sangat mendorong ku untuk membunuh mu." Balas Jisung santai. "Apa ini karena selama pernikahan tidak ada cinta di antara kita?"

Jaemin hanya bisa terkekeh mendengar guyonan sang istri. Tetapi sebenarnya itu bukan hanyalah guyonan belaka, pernikahan keduanya memang tanpa cinta atau bisa dikatakan, Jaemin memaksa Jisung untuk dijadikan istrinya agar pacar Jisung, Huening Kai tak dapat memiliki seseorang seperti Park Jisung. Pemuda berwajah mungil, manis dan 'Monster'.

"Bohong kalau aku sekarang mengatakan, aku tidak mencintaimu."

Jisung menatap Jaemin begitu lekat, ia terlalu penasaran saat nada suara dari pria pemaksa satu ini terdengar cukup serius dan meyakinkan. Apakah Jaemin akan mengaku kalah?; Batin Jisung.

(✓) STREETS | SungJaem / JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang