66. Maaf, Sya.

133K 16.2K 10.1K
                                    

Hai, gimana kabar kalian hari ini?

Lagi badmood, ya? Ngerasa hidup gini-gini doang? Tenang kamu gak sendiri kok. Aku juga gitu🤣

Minta tolong banget, nanti gimanapun endingnya gak usah protes. Kurang puas lah, kurang apalah. Kalo kurang buat aja sendiri cerita yg sesuai selera kalian. Aku juga udah berusaha semaksimal mungkin buat kalian puas sama endingnya. Kalo mau ngasih saran, kasih dengan kata-kata yang baik biar bacanya seneng. Kadang suka kesel aja sama orang-orang yang gak bisa menghargai padahal tinggal baca doang. Giliran disuruh vote, komen dan follow langsung pada ngeghosting. Maap cuma pen curhat aja sii.

Absen dulu, gimana kesan kalian selama baca cerita ini?

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

_____________________________

"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin sekalian."

Meisya menatap Sarah. "Apa ya? Bingung mau makan apa. Pengennya seblak tapi di sini gak ada."

"Go food aja."

"Gak ah males. Bakso aja kaya biasanya."

"Tuh kan ujung-ujungnya juga bakso. Sok-sokan mikir. Tunggu bentar."

"Cantik, sendirian aja nih," sapa Ilham beberapa menit setelah kepergian Sarah.

"Berdua kak," koreksi Meisya.

"Sama siapa?"

"Sama Sarah tapi lagi pesen makan."

Ilham mengangguk paham. "Boleh duduk sini gak?"

"Emang meja yang biasanya dipake kalian, sekarang dipake sama yang lain?" tanya Meisya sedikit heran. Anak Drax kan punya meja sendiri khusus mereka. Tumben sekali mereka tidak duduk di sana. Lagi pula siapa yang berani mendahului memakai meja anak-anak Drax. Pasti tidak ada yang berani.

Ilham melirik ke Alan seolah meminta bantuan untuk menjawab. Tapi bukannya membantu, cowok itu justru memelototi Ilham.

"Ah, kita bosen duduk di sana, Sya. Makanya mau nyoba duduk sini. Nyari suasana baru," sahut Akbar yang memahami situasi.

Ilham menghela napas lega. Tadi yang mengajaknya duduk bergabung di meja Meisya memang Alan. Hanya saja Alan melarang mereka untuk berkata yang sebenarnya.

"Oh gitu, ya udah duduk aja."

Meisya memerhatikan Ilham, Akbar dan Alan yang mulai duduk. Agak penasaran kenapa mereka hanya bertiga saja. "Kak Gala kemana?"

"Biasa dia mah, ngebucin," jawab Ilham sambil mencomot gorengan.

Alan yang semula duduk di depan Meisya tiba-tiba pindah posisi menjadi di samping Meisya begitu Sarah datang membawa makanan. Cowok itu merapatkan duduknya agar jaraknya dengan Meisya semakin dekat.

"Bisa geseran gak? Gue gak bisa makan," decak Meisya tanpa mau menatap Alan. Pasalnya posisi duduk Alan sekarang sangat dekat dengan dirinya. Posisi mereka ini membuat Meisya kesulitan untuk bergerak.

Alan menggeser duduknya sedikit. Hanya sedikit. Tentu, hal itu tidak mempermudah Meisya sama sekali. Yang ada Meisya justru bertambah kesal.

Menghela napas. Meisya masih mencoba bersabar. Kalau saja tidak ada teman-temannya yang lain. Sudah Meisya usir Alan sejak tadi. Tapi Meisya ingin menghargai yang lain dan tidak ingin mencari keributan. Jadi lebih baik dirinya yang mengalah.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang