[Chapter 11] Into You

2.1K 248 40
                                    

Sakura sudah lama tidak melakukan salah satu tradisi Jepang ini. Melakukan gerakan tiap tahap secara lembut. Para tamu termasuk kedua orangtuanya mengamati. Menuangkan air panas dari gayung bambu kecil kedalam mangkuk yang berisi bubuk ocha. Mengaduknya hingga mengeluarkan buih dan siap disajikan pada para tamu. Ada tata cara melakukan upacara minum teh ini. Seperti memutar mangkuk sebanyak 3 kali searah jarum jam sebelum meminumnya. Begitu pula sebaliknya setelah selesai meminumnya.

Rasa teh hijau yang pahit dapat dinetralisir dengan memakan kudapan manis berukuran mungil. Tak banyak percakapan saat melakukan kegiatan itu.

.

.

.

"Terima kasih Nyonya Haruno karena sudah mengundang kami. Sungguh sebuah kehormatan." kata seorang perempuan paruh baya sembari membungkukkan badannya. Saat ini mereka sudah berada di ruang tamu. Mebuki mengundang calon tunangan beserta orangtuanya yang akan dijodohkan pada Sakura.

"Kami juga berterima kasih karena anda sudah bersedia untuk hadir," balas Mebuki yang juga membungkukkan badannya. Senyum tak lepas dari bibirnya, sementara itu Kizashi duduk disamping dan Sakura duduk dibelakang orangtuanya.

"Dan...berkaitan dengan apa yang sudah kita bicarakan sebelumnya, bagaimana dengan keputusan dari anak anda? Oh, maafkan apabila saya kurang sopan."

"Tidak apa-apa, Nyonya. Saya bicarakan dulu dengan anak saya. Permisi."

Mebuki lantas mengajak Sakura ke ruangan lain. Berbicara berdua sementara Kizashi menjamu tamunya.

"Bagaimana Sakura dengan pilihan Ibu kali ini? Dia tampan, kaya dan seorang pengusaha sukses, masa depanmu pasti cerah." ujar Mebuki, matanya bergantian menatap Sakura dan mengintip tamu dari celah pintu kertas.

"Aku tidak mau." jawab Sakura

"Kenapa kau menolak, hm?"

"Aku tak suka perjodohan ini terlebih aku tak suka dengan giginya."

"Gigi?"

"Ibu tak lihat saat dia tersenyum padaku?"

"Tak ada yang salah. Kau banyak alasan, Sakura."

"Giginya ada tambalan emas, aku tak menyukainya."

"Itu bisa diperbaiki."

"Dia juga botak. Maaf Ibu, aku menolak. Permisi." Sakura bergegas pergi menuju kamarnya tanpa mempedulikan Mebuki yang kini sedang menghela napas dan memikirkan beragam alasan lagi.

.

.

.

Sakura memandangi dedaunan yang terbang tertiup angin dari balkon kamarnya yang berada di lantai 2. Suhu hari ini cukup panas hingga membuat ia begitu gerah saat memakai kimono. Saat ia akan beranjak dari kursi, ia dikejutkan dengan kedatangan Sai.

"Kau sedang melamun?" tanya Sai, pria itu langsung masuk karena melihat pintu kamar terbuka lebar.

"Tidak."

"Calon tunanganmu?" tanya Sai begitu dia melihat para tamu berpamitan dan segera menaiki mobil. Dia bersender pada pagar pembatas.

"Bukan." jawab Sakura singkat. "Uhm, entahlah," dia mengoreksi jawabannya saat teringat belum mengetahui keputusan orangtuanya hari ini.

"Darimana kau tahu hari ini aku pulang?"

"Sebenarnya aku tidak tahu. Dan Sasuke, tadi aku bertemu dengannya saat membunyikan bel apartemenmu berulangkali."

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang