[Chapter 14] We Can't Be Friends

659 99 18
                                    

Sasuke memastikan pintu apartemen tertutup rapat dan terkunci. Dia telah mengirimkan nomer plat kendaraan bermotor dari orang yang hampir mencelakai Sakura pada Itachi, untuk mengetahui siapa identitasnya dan apa maksud dari semua ini. Tangan kanannya mengusap luka yang telah diperban di sebelah lengan kiri atas. Dia berusaha menyelamatkan Sakura dari si pengancam yang lewat begitu saja.

"Ah..shh.." Sasuke meringis kesakitan akibat rasa perih yang menjalar.

Sreekk..

Dibukanya pintu kamar, di dalam ruang itu Sakura telah menunggunya dengan rasa cemas.

"Aku akan menelepon Gaara atau dokter pribadiku," kata Sakura sambil mencari-cari nomer telepon di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan menelepon Gaara atau dokter pribadiku," kata Sakura sambil mencari-cari nomer telepon di ponselnya.

"Tidak perlu, jangan. Itu sangat berbahaya. Untuk saat ini aku akan bertahan, besok rasa nyeri ini pasti akan berkurang. Kau lekaslah tidur." Sasuke berusaha meyakinkan Sakura.

"Ma-maaf..gara-gara aku, kau jadi seperti ini."

"Kau tak perlu risau. Semua akan baik-baik saja." jawab Sasuke, dia naik keatas ranjang dan membaringkan tubuhnya disamping Sakura. Tubuhnya sedikit lelah, dia berharap tidak mengalami demam malam ini.

"Untuk sementara tinggallah disini bersamaku, ambil barang yang kau perlukan dan bawa kemari. Itu membuatku tak khawatir daripada kau menyewa bodyguard." ucap Sasuke sebelum akhirnya benar-benar tertidur.

Di saat itu Sakura memeluk tubuh Sasuke. Kepalanya menyandar pada dada Sasuke --kekasihnya.

***Flashback****

Pagi hari di kantor.

Ddrrtt..ddrrtt..

Naruto mengambil tumpukan kertas yang sudah tercetak di printer.
"Oke, kurasa sudah sesuai. Akan aku berikan ke Sasuke untuk diperiksa terlebih dahulu." Naruto berbicara pada dirinya sendiri. Lembaran kertas itu diketuk-ketukkan diatas meja agar tertata lebih rapi lalu dijepitkan di map proposal.

Naruto berjalan menyusuri lorong, menuju ke ruang Sasuke. Dia menyapa beberapa karyawan yang bersimpangan dengannya. Mengetuk pintu tiga kali lalu membuka dan masuk tanpa seijin pemilik ruangan.

"Sasuke, ini proposal yang kukerjakan, tolong kau periksa apakah sudah sesuai." Naruto meletakkan map itu diatas meja. "Oh, satu hal lagi. Cetak biru gedung di Okinawa sudah selesai. Lee akan menyerahkan padamu nanti."

"Hn, semua beres, bukan." jawab Sasuke sambil mengecek berkas yang menumpuk di mejanya sejak 3 hari yang lalu. Dia bersama Sakura berkunjung ke kantor cabang di Kyoto.

"Tentu, percayakan pada timmu ini, Sasuke." Naruto berkata penuh percaya diri. Tak lupa dengan cengiran khasnya. "Mungkin beberapa hari kedepan aku akan mengambil cuti."

"Kau ada kepentingan?" tanya Sasuke

"Pacarku, ah, maksudku tunanganku, dia selalu saja mengeluh tentang kehamilannya. Perutnya bertambah besar dan aku perlu menyiapkan keperluan untuk kelahiran anak kami."

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang