[Chapter 4] Ai Bento

10K 524 16
                                    

Ai-弁当

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ai-

PART I

.

.

.

.

.

.

.

"Aah~.." Suara desahan dan erangan terdengar di dalam kamar sebuah apartemen. Sang laki-laki nampak menikmati kegiatannya saat ini. Memaju mundurkan pinggulnya menjelajahi lorong hangat wanitanya. "Oh..yeah. Nikmat sekali." Ucapnya pelan.

Perempuan yang ada dibawahnya hanya menggigit bibir untuk menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan desahan seperti sang kekasih. "Akh..pelan-pelan." Sang perempuan berujar. "Kau terlalu dalam dan cepat." Lanjutnya dengan nada protes.

Peluh membasahi tubuh kedua sejoli. Rambut panjang sang perempuan menjuntai berantakan diatas ranjang. Tangan putihnya memegang bantal erat sembari menikmati perlakuan yang diberikan oleh laki-laki diatasnya. Kamar itu bercahaya redup, menambah kesan romantis dan erotis. Membangkitkan imajinasi liar dalam berhubungan seks.

"Oohh~..Cepatlah, aku sudah capek." Ujar sang perempuan cantik itu.

"Ssshh..sebentar lagi, sayang." Ucap sang lelaki sembari mengecup pelan bibir mungil wanita-nya. "Tak biasanya kau seperti ini." Lanjutnya heran.

"Sudah aku bilang pelan-pelan. Akh~.. Aku sedang hamil!" nada suara perempuan itu meninggi dan membuat sang pria berhenti seketika.

"E-eh?! Apa yang barusan saja kau bilang?" Pria itu meyakinkan sekali lagi apakah telinganya tidak salah mendengar apa yang diucapkan oleh pujaan hatinya itu. Tubuhnya menegang. Alih-alih mendapatkan orgasme, miliknya tak lagi dalam keadaan ereksi. Mencabut kejantanannya dari lorong hangat dan basah itu. Dirinya sedikit shock. "Kau bercanda kan, sayang?" Dia bertanya lagi. Berharap bahwa ini hanyalah gurauan semata.

"Aku hamil Naruto!" mata indigo sang perempuan mulai berkaca-kaca. "Sudah 2 bulan." Ujarnya lirih.

"Eh? A-apa? Kenapa? Bukankah kita selalu memakainya, Hinata?" Naruto menjambak rambutnya frustasi, dirinya beranjak dari ranjang dan berjalan kesana kemari didalam kamar tanpa mengenakan pakaian.

"Kita tidak selalu memakainya, Naruto-kun." Jelas Hinata, meyakinkan Naruto.

"Kenapa kau baru mengatakannya, hm?" mata Naruto menatap Hinata, bukan tatapan tajam namun tatapan keingintahuan. Hinata hanya bersandar pada kepala ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut putih. Kepalanya menunduk.

"A-aku tak ingin kau meninggalkanku, Naruto." Jawab Hinata lirih. "Aku takut kau akan mencampakkanku, meninggalkanku dan bayi ini." Ucapnya sendu, tak mampu menatap Naruto.

Pria berambut kuning itu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Menghembuskan napasnya perlahan, berharap semua ini hanyalah mimpi. "Baik, tenanglah Hinata. Aku tak akan meninggalkanmu." Naruto tersenyum kecil pada Hinata. "Kita akan mencari jalan keluarnya, oke."

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang