Tak terasa sudah hari Senin. Itu artinya, lomba dance Keysa hari ini. Dan disinilah Keysa. Di studio tari, sedang melatih gerakannya untuk terakhir kalinya sebelum lomba. Ia izin tak ikut pelajaran.
Mengikuti alunan musik, sampai melodi terakhir.
Ia berhenti. Duduk lesehan. Ia sudahi latihannya. Tak perlu berulang kali. Hanya untuk pengecekan.
Ia meneguk air putih. Mengatur nafasnya.
Lomba dua jam lagi. Dan Keysa tak tau harus apa selama dua jam itu. Ia tak mau ke kelas. Tak mau menghadapi suasana canggung bersama sahabatnya.
Ia berdiri. Menuju pojok ruangan. Mengutak-atik komputer, dan menyalakan musik. Untungnya, ia membawa tasnya ke studio. Tas berisi dua novel.
Rencananya, ia akan membaca novel sambil menikmati musik.
Membaca lembar demi lembar halaman. Menikmati waktu luangnya.
Tok tok tok.
Keysa mendongak. Siapa yang mengetuk pintu? Bu Hilmi? Tapi tadi Bu Hilmi sudah menghubunginya, perihal lomba.
Atau?
Sudah. Daripada menebak-nebak, Keysa menutup novelnya. Berdiri, dan berjalan mendekati pintu.
"Reza?"
"Hai."
Keysa mengernyit. "Hai. Ngapain lo kesini?" tanya Keysa.
"Gue kesini disuruh Al. Tadi dia chat gue. Katanya mau ngomongin basket," ucap Reza.
Al?
Keysa menggeleng. "Al ngga disini kok, Za," ucap Keysa masuk ke studio. Dibelakangnya Reza mengikuti.
"Terus?" tanya Reza bingung.
Keysa menggeleng tak tahu. Apa lagi?
"Keysa."
Keysa menoleh ke arah pintu. Vannya.
"Van, lo kesini juga?" tanya Keysa.
Vannya berjalan masuk studio. Mendekati Keysa. Dan. Reza.
"Iya. Diva ngajak ketemuan disini," jawab Vannya. Ia duduk disamping Keysa.
"Ish. Ini sebenarnya ada apa sih? Kok gue ngga tau apa-apa?" tanya Keysa kesal sendiri.
Vannya menggeleng. Begitu juga Reza.
Keysa menyadari sesuatu. Hubungan Reza dan Vannya. Keysa ingin menanyakan hubungan Vannya dan Reza. Namun ia tak mau memperumit masalah. Tinggalah keheningan diantara mereka bertiga.
"Guys. Sorry."
Sontak Keysa, Vannya, dan Reza menghadap pintu.
Al dan Diva.
"Gue ngumpulin kalian disini, untuk nyelesein masalah kita," ucap Al.
Al dan Diva mendekat. Ikut duduk lesehan bersama yang lain.
"Guys. Kita ngga bisa ngehindar terus. Masalah ini harus cepet diselesein," ucap Al memulai pembicaraan.
Keysa menghela nafas dalam. Apa tidak boleh kali ini ia egois?
Semuanya diam. Tak ada satupun yang membuka suara. Al tau ini akan terjadi.
"Gue tanya. Apa masalahnya kalau gue dan Diva pacaran?" tanya Al.
Hening beberapa detik. Memberanikan diri Vannya membuka suara.
"Lo ngga mikirin hubungan kita berlima? Kalau kalian ada masalah, terus berantem nanti berpengaruh juga sama hubungan kita," balas Vannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Digrees (End)
Teen FictionDia Keysa. Perempuan berambut sebahu, dengan senyum ceria. Masa-masa SMA menjadi kesibukkan dan kehidupannya. Kebahagiaan, persahabatan, semuanya. Bercampur menjadi satu kesatuan, menjadi salah satu sumber kebahagiaan. Tapi perlahan, satu persatu...