Mungkin sekarang ini mereka berlima mempunyai pikiran yang sama. Mereka sama-sama menjeda pikiran dalam masalah itu. Semuanya.
Al dan Diva yang masih belum baikan. Vannya yang lelah dengan posisinya. Reza yang masih kecewa dengan Keysa. Dan Keysa. Keysa yang sedang tak mau memikirkan semua masalah itu.
Sekarang, Keysa akan fokus dulu pada ujian. Walaupun mungkin akan sulit, tapi ia akan berusaha.
Keysa menatap kertas bertuliskan jadwal ujian yang baru saja dibagikan.
Minggu besok. Hari ini hari jum'at. Berarti, tiga hari lagi.
"Diliatin sampe sejam juga jadwalnya ngga akan berubah kali, Key."
Keysa mendelik mendengar ucapan Leo. "Omongan lo ngga bermutu, Le."
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Namun, Keysa masih di kelas berhubung Rasya belum mengabarinya untuk pulang.
"Lagian lo kaya ngga ada kegiatan lain aja," balas Leo lalu memasukkan permen mint ke mulutnya.
"Permen gue Leoo...." rengek Keysa. Itu'kan permen terakhirnya.
"Yaelah. Permen doang," balas Leo. Ia mengambil tas gendongnya. "Gue pulang dulu. Bye-bye Keysaa, Assalamualaikum," lanjutnya.
Keysa mengangguk malas. "Hm. Waalaikumsalam."
Keysa menutup buku Matematikanya. Ia melihat jam tangannya sebentar. Sudah pukul tiga sore.
Ia menoleh. Vannya, teman sebangkunya masih duduk manis di tempatnya. Matanya masih fokus membaca satu persatu kalimat yang tercetak di sana.
Keysa menghela nafas. Sejak pelajaran pertama sampai sekarang, Vannya sama sekali tak bicara padanya.
"Vannya."
"Hm?" balas Vannya singkat tanpa mengalihkan pandangannya. Masih fokus membaca.
"Lo belum mau pulang?" tanya Keysa.
Vannya menggeleng pelan.
Keysa mengatup mulutnya. Rasa kecanggungan itu sangat terasa. Mungkin, lebih baik ia pergi keluar kelas. "Gue pulang dulu, Asaalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Keysa berdiri. Melangkah pergi darisana.
Tentang Vannya, perempuan yang sangat jarang marah itu, membuat Keysa merasa bersalah. Tapi sudahlah. Keysa sudah lelah. Biarkan ini semua mengalir.
Keysa duduk di bangku depan kelas. Tangannya mengambil handphone dari saku seragamnya.
Keysa
Masih lama lo?
Kalo iya mending gue pesen ojol aja.Keysa menyimpan kembali ponselnya setelah mengirim pesan itu pada adiknya.
"Ngapain lo?"
Keysa mendongak. Lagi-lagi itu Azzam. "Duduk," balasnya singkat.
Azzam terkekeh kecil. "Ooh." Ia beralih duduk di samping Keysa. Matanya menyisir lapangan basket. Di sana banyak siswa yang sepertinya sedang ekstrakulikuler.
"Zam."
"Kenapa?" tanya Azzam.
"Hari ini lo belum kasih gue wafer ya?" tanya Keysa. "Eh, bukannya gue ngarep. Lagian emang udah mau lulus sih. Masa iya lo kasih gue wafer seumur hidup," lanjutnya.
Azzam membeo. Benar juga. "Oh iya. Gue kelupaan." Tangan Azzam bergerak membuka tasnya. Mengeluarkan snack cokela itu. "Nih. Pantes aja ada yang kurang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Digrees (End)
Fiksi RemajaDia Keysa. Perempuan berambut sebahu, dengan senyum ceria. Masa-masa SMA menjadi kesibukkan dan kehidupannya. Kebahagiaan, persahabatan, semuanya. Bercampur menjadi satu kesatuan, menjadi salah satu sumber kebahagiaan. Tapi perlahan, satu persatu...