🍼- Mau Ngapain, heh?

10.6K 418 109
                                    

SELAMAT MEMBACA-!

Btw mau nanya, jika diberi pilihan ingin aku apa aku?

Aahaaaa-!

....

Tidak ada kata lelah dan menyerah sebelum berhasil mencetak bayi!

....

Hari Ayara tiba-tiba menjadi buruk saat melihat Rasen yang juga ada di rumah Afara.

Beberapa menit yang lalu, Ayara memang berniat mendatangi Afara di luar jadwal kesepakatan. Namun, sial kenapa Rasen juga berada di sini? Bukankah seharusnya dia datang besok, sesuai dengan kesepakatan jadwal menyapa Zigot?

"Jangan cemberut elah. Si Rasen juga baru kali ini datang di luar jadwal," ujar Afara sambil mengelus perutnya yang tengah hamil 3 bulan.

"Lu juga ngapain sih datang hari ini? Bukannya besok?" tanya Rasen dengan pandangan penuh selidik.

Ayara melotot menatap balik Rasen. "APA?! Suka-suka gue, Afa 'kan adek kandung gue. Wlee." Ayara menjulurkan lidahnya, mengejek Rasen yang tak punya hubungan darah dengan keduanya.

"Ck! Lihatlah guru sejarah ini, apa yang akan diteladani muridnya jika gurunya saja sangat menyebalkan." Rasen menjatuhkan bokongnya di sofa dengan tangan yang berusaha menggapai remot

Ayara melempar remot hingga mengenai kepala Rasen. "Bodoamat, gue mau ngajar di sekolah. Pulang sana! Nggak baik di rumah berduaan dengan bumil."

Afara menatap bingung kakaknya. "Loh? Emangnya kenapa?"

Ayara menepuk jidat. "Buset si Afa, udah hamil masih aja polos. Dahlah, aku mau ngajar dulu, ada kelas siang. Entar deh kapan-kapan aku bagi ilmu ke kamu, Fa."

Ayara menarik jas Rasen. "Yuk, Sen. Kita going!"

Rasen berusaha menepis tangan Ayara. "Jangan di seret kayak gini woy! Berasa kucing gue."

"Ha? Apa? Kucing, salah Sen. Lu mah kambing congek," ujar Ayara tanpa beban.

Ayara bisa merubah kosakatanya kapan saja. Tergantung lawan bicaranya. Jika dia menyebalkan tidak segan-segan Ayara mengeluarkan kata-kata yang dia pendam selama ini. Namun, jika lawan bicaranya anak baik nan kalem, Ayara akan lebih kalem.

Afara melambaikan tangan dengan riang. Dua pengganggu itu akan pergi sebentar lagi. "Hati-hati, kasihan Zigot kalau bibi dan omnya mati."

"Si Afa mulutnya pengen di jahit," ujar Rasen dengan raut wajah kesal.

Pletak!

Ayara spontan menyentil telinga Rasen. "Berdosa lu ye sama adek gue."

Rasen menghela napas. "Dih, apa sih lepas nggak. Lu make sepatu lelet amat kayak siput."

Ayara mengabaikan ocehan Rasen. Bagaimana tidak kesusahan memakai sepatu? Ayara memasang sepatu dengan satu tangan.  Tangan Ayara yang lainnya digunakan untuk menarik kerah jas Rasen.

"Buruan pulang, aku mau tidur. Capek," ujar Afara bermaksud mengusir secara halus.

Rasen menaik-turunkan alisnya. "Piwit, emangnya semalam lembur? Kok cape."

Mission to Get a Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang