🍼- Imunisasi Dewasa?

8.4K 386 124
                                    

Happy Reading!

...

Percuma punya gelar doktor kalau otaknya malah ketinggalan di podium wisuda

...

"Ayara, bahasanya dijaga," ujar Rama dengan nada tegas.

Ayara mengangguk patuh. "Nggih, Mas."

Desas-desus mulai bermunculan dari para siswa. Sebenernya Ayara tidak mempermasalahkan kedatangan suaminya. Hanya saja, otaknya tidak bisa memahami maksud dari kedatangan mas Rama. Untuk apa seorang dokter spesialis jantung sepertinya datang ke kelas ips?

Help. Sepertinya mas Rama salah masuk kelas. Ini kelas Ips bukan Ipa. Ayara menangis dalam hatinya. Jangan sampai suaminya itu mempermalukan dirinya sendiri.

"Ayara?!"

Ayara tersentak dari lamunannya. Dia memandang linglung seluruh orang yang ada di kelas.

"Fokus Ayara," ujar Rama menggeleng heran.

Rama penasaran siapa orang yang memberikan akreditasi A pada istrinya? Orang itu sepertinya harus periksa kejiwaan.

"Baik anak-anak. Maksud dari kedatangan saya hari ini adalah untuk imunisasi dewasa," ujar Rama menjawab pertanyaan Ayara.

Seluruh siswa termasuk Ayara melongo mendengar istilah 'imunisasi dewasa'. Sejak kapan ada istilah seperti itu?

"Maaf Mas eh Pak, maksud dari imunisasi dewasa itu gimana ya?" tanya Ayara heran.

Rama mengangguk paham. "Mungkin kalian semua juga bertanya-tanya dalam hati. Apa itu imunisasi dewasa?"

"Iya Pak!" jawab seluruh siswa serentak.

"Baik, saya jelaskan secara singkat. Imunisasi dewasa adalah suntikan pengebalan tubuh dari penyakit untuk orang dewasa. Mungkin imunisasi dewasa sama halnya dengan imunisasi dini. Namun, yang membedakan adalah orang yang diberikan imunisasi. Paham?"

Ayara ikut mengangguk tanpa sadar.

"Maaf Pak, izin bertanya!" Seru salah satu siswa.

Rama mengangguk. "Silahkan," ujarnya.

"Buat apa imunisasi jika, pelukan doi aja udah bisa jadi obat?"

"Huuuuuuuuu," sorak siswa dan siswi yang mendengar pertanyaan nyeleneh dari temannya.

"Baik, izinkan saya menjawab. Kita gunakan logika saja. Apa kita bisa kenyang hanya dengan pelukan doi? Apa kita bisa sehat hanya dengan pelukan doi? Mungkin otak kamu bisa menyimpulkannya sendiri. Terima kasih."

Rama menatap mereka semua. "Ada yang ingin bertanya lagi, sebelum saya berikan suntikan imunisasi?"

Salah satu siswi mengangkat tangan kanannya. "Izin bertanya Pak!"

"Silahkan," ujar Rama.

"Apa guru juga diberi suntikan?"

Ayara yang sedari tadi menyimak segalanya spontan melotot kaget. Hey! Dia sejak tadi tidak berbuat apa-apa, kenapa tiba-tiba saja diseret. Dasar siswa sialan!

Rama mengangguk. "Tentu saja," ujarnya sambil menatap Ayara dengan wajah yang halal untuk ditampol.

Ayara menggeleng. "Tidak! Tidak! Saya bisa imunisasi sendiri," ujarnya menolak untuk disuntik.

"Yah nggak adil."

"Setuju!"

"Harus adil dong."

Suara-suara siswa yang provokator membuat Ayara geram. Mungkin mereka semua sedang balas dendam karena Ayara memberikan siraman rohani beberapa menit yang lalu kepada mereka.

"Diam!" bentak Ayara menatap ketiganya dengan mata melotot.

"Tenang saja. Saya orangnya menyukai keadilan. Untuk mencegah terjadinya diskriminasi antara guru dan murid, maka saya putuskan untuk memberikan imunisasi yang pertama pada guru kalian," ujar Rama mencoba memberikan penyelesaian masalah.

Ayara jatuh terduduk di kursi guru dengan pandangan takut. Umur Ayara memang sudah tidak remaja lagi, tetapi tetap saja Ayara takut akan jarum suntik.

Membayangkannya saja membuat tubuh Ayara bergetar.

Argh! Ayara tidak bisa membiarkan image galaknya hilang begitu saja hanya karena sebuah jarum suntik.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Ayara harus mencegahnya.

Belum sempat Ayara buka suara, Rama sang suami telah berada di sampingnya dengan jarum suntik yang dia pegang.

"Sebentar, sebentar. Bapak hanya sendirian?"

Rama menggeleng. "Tidak, ada 20 rekan saya yang sedang memberikan suntikan imunisasi di kelas lain."

Kenapa mas Rama harus memilih kelas ini. Argh! Apa mas Rama sengaja? batin Ayara berperang.

"L-lalu apa mereka juga memberikan imunisasi pada guru yang sedang mengajar?"

Rama mengangkat bahu. "Entahlah," ujarnya tanpa beban.

Ayara menarik napas dalam-dalam. Suaminya ini sangat menyebalkan.

Lihat saja nanti, Ayara tidak akan memberikan mas Rama makan satu suap pun dari masakan yang dia buat. Tidak akan!

"Bisa dimulai sekarang?"

Ayara menggeleng. "Satu pertanyaan lagi," ujarnya mencoba mengulur-ngulur waktu.

"Ah lama, langsung aja Pak!"

"Benar Pak. Masih banyak yang harus disuntik."

"Suntik aja Pak, bu Ayara cuman ngulur-ngulur waktu."

Ayara menatap sinis pada mereka yang sedang mencoba balas dendam. Oh ayolah, kenapa mereka semua sangat ingin melihatnya tersiksa?

Rama memanfaatkan waktu saat melihat Ayara sedang fokus dengan lamunannya. Perlahan namun, pasti jarum suntik berhasil masuk ke kulit Ayara.

"Aaaaaa!" pekik Ayara merasakan sakit dan ngilu secara bersamaan.

Plak

Ayara terdiam dengan tangan yang terangkat. Astagfirullah, apa yang baru saja dia lakukan?

Ah tidak! Ini bukan sepenuhnya salah Ayara, mas Rama juga ikut adil di dalamnya. Kenapa mas Rama harus menyuntik lengannya tanpa izin?

"K-kamu menampar saya?

....

Tinggalkan Jejak Kawan-!

Komen, share dan anuan

Mission to Get a Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang