SP 1

10 1 0
                                    

"Gimana, Zak? Sudah hampir setahun mondok di sini sudah betah?" ucap Gus Fariz, kakak Zakiya.

Zakiya mencibir, ia tahu itu hanyalah basa-basi semata. Apakah pekerjaan pertama kakaknya ini mengintrogasi dirinya. Kenapa langsung menemui dirinya ketimbang bercakap-cakap dengan kawannya yang sepemikiran tadi. Zakiya ingin saja mencubit lengan kakaknya karena kesal, sayangnya tidak mungkin dilakukan di sini.

Terlalu ketara dan akan menimbulkan gosip yang luar biasa besar. Akan ada gosip yang berjudul "Seorang santri putri dengan tidak sopan mencubit ustaz baru" dia sudah memiliki reputasi jelek tak mau menambah reputasinya semakin buruk lagi.

"Nggak usah basa-basi, mau bilang apa ke Zakiya, Kak?" Zakiya tak mau memperpanjang percakapannya.

"Loh, adekku sudah ngambek ini?" canda Gus Fariz, ia mengusap ujung kepala Zakiya sambil tersenyum jahil.

Zakiya mengelak namun tetap saja diusap, Gus Fariz melakukannya karna di sana memang tidak ada seorang pun jadi tetap aman dan tidak akan menimbulkan kecurigaan dari asatidz di sana. Sebelum menyuruh Zakiya ke kantor markazy, ia sudah meminta izin Gus Idrish untuk meminjam kantor tersebut.

Bagi Gus Fariz, Zakiya merupakan adik satu-satunya yang perlu ia jaga. Sehingga dia benar-benar ingin Zakiya dalam pengawasannya. Belajar dengan baik apa itu kehidupan. Ini pula alasan mengapa ia sangat ketat dalam meberikan peraturan kepada Zakiya. Karena di dalam kehidupan kita tak bisa terus menjadi pemeran utamanya, akan ada saat sebagai peran pembantu dan antagonis di cerita orang lain. Aturan ada menyadarkan peran seorang manusia di kehidupan manusia lainnya.

"Sudahlah, Kak. Zakiya pergi aja nggak ada yang diomongin lagi, kan?" Zakiya hendak berlalu namun dicegah oleh sang kakak.

"Kakak belum bilang apa-apa, loh! Kakak harap kamu bisa lebih memahami peraturan pondok dan belajar yang rajin. Jangan lelah untuk belajar! Ingat!?" nasehat Gus Fariz, kemudian membiarkan Zakiya berlalu sebelum menyalami kakaknya ini.

"Assalamualaikum!" salam Zakiya lalu pergi.

"Tunggu! Kakimu ini kenapa?" Gus Fariz bertanya dengan mata yang melebar. Adeknya memang selalu ceroboh.

"Duduk, aku lihat dulu!" perintah Gus Fariz, Zakiya pun hanya menurut.

"Kesleo, tadi jatuh pas suruh bersihin halaman." Zakiya berkomat-kamit agar tak mendapat marah oleh kakanya.

"Kamu ini masih bandel, ya! Hukuman lagi! Trus kesleo! Mau buat ulah apalagi besok?" tanya Gus Fariz.

Gus Fariz berjongkok melihat pergelangan kaki yang terkilir kemudian cepat keluar mencari es batu dan handuk untuk mengkompres pergelangan kaki Zakiya. Ada raut khawatir Gus Fariz, dahinya memperlihatkan garis kerut tipis. Kemudian ...

"Aduh!" teriak Zakiya.

"Sakit, kan? Makanya jangan sok bandel! Kalau gini aja ngeluh, terusin nakalnya sampe semua badanmu penuh bekas luka biar kapok!" Keluarlah kata-kata legend Gus Fariz ketika memarahi Zakiya.

"Udah boleh pergi, kan?" tanya Zakiya ragu.

"Sana ISTIRAHAT!" bentak Gus Fariz.

"Assalamualaikum!" Zakiya segera pergi.

"Waalaikumussalam," jawab Gus Fariz kalem, setelah kepergian Zakiya, ia pun meninggalkan kantor yang kemudian bergabung dengan sahabatnya membicarakan rencana mereka untuk memberi udara baru dalam pesantren ini.

Tidak semua yang ada di pesantren suka rela menjadi santri, ada yang terpaksa dan hanya ikut-ikutan temannya. Tidak mudah bagi mereka untuk mudah berdaptasi dengan lingkungan pesantren. Bahkan ada yang sudah setahun dua tahun saja masih merasa belum kerasan berada di pesantren. Alhasil, ada beberapa yang keluar karna sudah tidak tahan dan ada yang menetap karna tak tahu alasan yang akan diutarakan kepada orang tua mereka. Sistem pesantren yang memiliki aturan, dianggap mengengkang para santri. Padahal dari aturan pesantren cara pihak pesantren mendidik mereka agar tidak teledor dan disiplin. Inilah mengapa tiga sekawan ingin membentuk sistem pendisiplinan yang bisa dipahami oleh seluruh warga pesantren agar saat keluar pun tidak akan liar seperti dilepas dari kandangnya.

###

Zakiya sudah memasuki kamarnya dengan wajah muram, ia tak tahu apa yang akan dilakukan kali ini. Semua seperti musibah baginya. Kedatangan kakaknya adalah musibah terbesarnya. Setelah mengucapkan salam kepada teman sekamarnya ia merebahkan diri di tempat tidur. Menghembuskan napas kasar dan menghela kembali.

"Kenapa ta, Zak? Orang habis ketemu kakaknya itu biasa bahagia la ini malah bermuka masam gitu?" tanya Shella.

"La, iya. Enak, kan? Setiap hari serasa disambang. Kok cemberut?" imbuh Putri.

"Au ah! Nggak ada enak sama sekali. Orang malah kaya ada satpamnya gitu. Bayangkan orang yang nyuruh aku mondok trus yang bikin aku kesel malah jadi ustazku di sini!" kesal Zakiya.

"Padahal kakakmu itu berwibawa, memiliki aura positif, guantengnya mashaAllah, loh. Eh adeknya malah berandalan. Yang murung harusnya kakakmu loh, Zak!" ejek Shella yang berbinar-binar saat mengucapkan kata "MasyaAllah".

"Ngeliat orang bening dikit aja langsung dipuji-puji kamu, Shel. Hustt!" Putri menasehati Shella, memang temannya satu ini kalau berbicara selalu blak-blakkan tanpa di-filter terlebih dahulu. Namun, itulah kelebihannya, sehingga ia selalu jujur. Alasan ketiganya bersahabat karena sifat masing-masing yang tak pernah munafik satu sama lainnya.

Mungkin kali ini, Shela harus belajar menjaga pandangan matanya. Tidak terlalu mudah terpesona terhadap apa yang dilihat. Memang memuji ciptaan Allah memang bagus, namun untuk memandang lawan jenis harusnya diberikan hal yang jelas. Tentang mata yang dapat membuat hal lain yang tidak diperbolehkan. Semisal menjadi kagum berlebihan kemudian ingin memiliki.

"Ini malah bahas kakakku kenapa, sih? Waktu lima menit istirahatku terbuang cuma gegara bahas kakakku, hah! Aku mau istirahat trus siap-siap mandi!" sedikit berteriak kepada kedua temannya. Ia tidur di tempat tidurnya.

Masih ada dua puluh menit baginya untuk tidur, setelahnya dia harus siap-siap antre mandi. Tidak akan dia terlambat untuk kali ini. Hanya akan menambah kesempatan dirinya untuk bertatap muka dengan kakaknya atau mungkin kedua teman kakaknya. Oh, big no! Zakiya sudah lelah dengan hukumannya baru-baru ini. Juga kakinya masih sakit. Ingat ia kesleo karna ulahnya sendir.

Mendengar penuturan Zakiya, Shela dan Putri ikut tidur di sebelah kanan-kiri Zakiya. Mereka semua memang lelah dengan kegiatan hari ini. Banyak pekerjaan yang telah membuat kesempatan untuk menghabiskan seluruh tenaga dan pikiran mereka. Pengumuman yang datang begitu mendadak seakan menjadi peringatan tak tertulis untuk tiga sekawan ini.

Terlelap mereka dalam istirahat yang sudah dikira panjang, sudah disiapkan dari awal untuk tidak terlambat mandi dengan mengatur alarm jam yang sudah mereka beli sejak masuk pondok. Berjaga-jaga jika ini dibutuhkan. Sampai pada akhirnya mereka menggunakan dengan baik sekarang ini. Jangan sampai terlambat!

'Kringgg' Kringg'

Alarm jam beker telah berbunyi sedikit membuka matanya, berdering kembali yang akhirnya dapat membuka matanya lebar. Ya, Zakiya paling awal bangun kemudian membangunkan temannya. Wow! Misi untuk tidak terlambat ngaji sepertinya akan berawal baik. Ia sudah bangun awal.

###

Misi kedua mendapatkan kamar mandi pun berhasil dan berangkat ke masjid tanpa terlambat. Tidak awal juga tidak terakhir. Kehadiran sang kakak dan musibah yang dialami Zakiya sedikit membuka mata hatinya.

Jika misi kedua berhasil, berarti tinggal ia harus mengikuti ngaji sore dengan baik tanpa tidur. Namun, tanpa tidur bagi Zakiya apakah hal yang mungkin? Apalagi setelah selesai Sholat Asar dia sudah menguap sampai tiga kali.

Ngaji sore kali ini akan bersama Pengasuh Pesantren Al Ma'mun, Kyai Bachrudin. Kitab sore hari ini adalah Bulugh al Maram. Merupakan kitab hadis tematik yang memuat hukum fikih yang digunakan sebagai rujukan para ahli fikih.

Kitab, ini memiliki bab-bab yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sangat cocok dipelajari para santri agar paham hukum fikih yang ada. Sehingga tidak sampai santri salah menggunakan hukum fikih.

"Zak, Kyai Bachrudin mboten rawuh katanya bakal diganti Gus Idrish untuk ngaji sore hari ini."

Ucapan Shela yang membuat Zakiya membelalakkan mata. KUDU MELEK! dalam hati Zakiya berteriak.

Tidak boleh sekalipun misi Zakiya gagal gara-gara ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang