Sahabat Zakiya sudah berada di masjid lebih awal, bahkan suara iqomah terdengar lewat bait terakhirnya. Semua sudah khidmat untuk menjalankan sholat sunah tahajud.
Di depan pintu coklat berbahan jati, yang di bagian sisi atasnya terpasang kertas yang sudah dilaminating bertuliskan santriwati, berjejerlah dua sosok perempuan dengan mata tajam menatap Zakiya. Kedua tangannya bersedekap memperlihatkan kekuasaannya.
"Terlambat lagi? ZAKIYA MAULIDINA!" sidak remaja yang memiliki name tag Laela Istiqomah.
"Langsung ikuti yang lain. Buat shaf dan setelah selesai salat subuh silakan menghadap ke saya dan Laela, paham?" kata remaja memakai mukena dengan warna putih itu. Ia sangat mengenalnya mudzabir pendisiplinan. Naya Fauziah. Saudara sepupu Gus Idrish.
Zakiya hanya menunduk dan melakukan apa yang mereka suruh. Ia tahu dirinya memang bersalah di sini.
Segera ia mencari shaf-nya untuk melaksanakan salat sunah tahajud.
##Zakiya kini sudah berada di ruangan yang sederhana. Duduk timpuh menunggu Mbak Naya dan Laela. Alasan kenapa ia berada di ruangan itu pun jelas sekali. Keterlambatannya mengikuti jamaah salat Tahajud. Hukuman keterlambatan yang didapat dari para pelanggar pun bermacam-macam.
Ada yang menyapu di depan masjid dekat dengan tempat santriwan, ada yang hafalan surat al-Mulk, ar-Rohman, al-Waqi'ah, atau pun hukaman lain yang tak kalah membuat santri jera dan menjadi bermanfaat untuk mereka.
"Sudah menunggu lama?" tanya Mbak Naya, yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu bersamaan dengan hadirnya Mbak Laela di sampingnya. Wajah Mbak Laela tetap sama saat bertemu tadi, sorot mata tajam seakan membidik Zakiya dengan senapan.
"Tidak, Mbak. Baru saja," sanggah Zakiya.
"Sudah dua puluh kali melakukan pelanggaran. Baik pelanggaran ringan dan sedang, apakah kamu nggak kapok?" tanya Mbak Laela.
"Untuk kali ini memang salah saya. Tetapi, jika mengungkit sebelumnya bukan murni kesalahan saya. Saya hanya membalas apa yang mereka perbuat dengan saya. Saya yakin para pengurus pun tidak tahu jika masih banyak pembulian. Saya menyiram Nella dulu pun karena dia berusaha mengerjai saya dengan air comberan yang ditaruh di atas pintu saat saya mau keluar. Bahkan yang saya siramkan ke Nella hanya air biasa! Dan-"
"Cukup. Kamu tidak usah mengelak, Zak. Apakah kita diajarkan untuk balas dendam? Tidak sama sekali. Kali ini hukuman kamu, menyapu halaman masjid."
Putusan Mbak Naya sudah bulat. Bahkan, Mbak Laela pun menyetujui.
"Oh, ya. Sekalian nanti kamu untuk tidak lupa menghadap Gus Idrishan setelah mutholaah. Hukuman yang saya berikan kamu kerjakan sebelum salat asar selama tujuh hari, mengerti?" ucap Mbak Naya.
"Hah?!" Zakiya tak terima. Hukuman menyapu di halaman masjid itu sangat berat bagaimana bisa jika nanti saat dia menyapu harus dipermalukan oleh santriwan.
Meski Zakiya, cewek pemberani. Untuk hal ini benar-benar membuatnya kaget. Hukuman ini benar berat. Bahaya jika emosinya tak bisa dikontrol nanti. Bisa-bisa bukan bersih halaman masjid malah menjadi kapal pecah.
"Cukup jalankan hukuman atas perbuatanmu sendiri. Nggak usah sok kaget kamu!" Mbak Laela berucap. Menusuk dan membuat ciut jika di hadapan santriwati biasa. Bukan seperti Zakiya. Menggerutu saja mendengarnya.
"Sekarang kamu pergi ke kelas untuk belajar! Jangan berniat untuk terlambat lagi!" peringat Naya.
##
Buru-buru Zakiya berlari kencang menuju kelasnya. Di depan kelas pun Ustad Zaky, ustad muda yang mengabdi di pondok setelah selesai MAN (setara SMA) dengan tingkat ketampanan serupa Bio One aktor sinetron yang sedang bermain di Pesantren Rock n Dut itu. Jika Bio One kalem, Ustad Zaky sangat keras. Bahkan tidak mentoleril keterlambatan persis seperti Gus Idrish.
Di kejauhan Shela melambaikan tangannya pada Zakiya. Sedang Putri meneriaki Zakiya untuk mempercepat cara ia berlari.
"Zak! Cepat! Ustad Zaky sudah sampai di gerbang!"
Mendengar teriakan itu, Zakiya mempercepat langkah kakinya. Bahaya jika terlambat, Ustad Zaky bakal menyuruhnya untuk hafalan jus tiga puluh dalam waktu sehari!
Untungnya Zakiya mantan tukang bolos, jadi ia bisa berlari dengan cepat mengurahi tambahan hukuman di pesantren ini.
Satu menit setelah Zakiya masuk, Ustad Zaki berdiri di depan pintu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuhu." Serempak semua menjawab salam Ustad Zaky.
Pelajaran dimulai begitu tenang, tak ada bantahan atau bahkan ketiduran. Kecuali satu orang, tidak salah Zakiya. Beruntungnya ia tidak diketahui oleh Ustad Zaky.
"Zak, psst! Bangun!" Putri yang duduk di samping Zakiya membangunkan Zakiya.
"Ada pertanyaan?" Ustad Zaky bertanya kepada semua santriwati.
Tak ada yang bertanya, semua diam.
"Zak! Bangun! Ustad Zaky sudah selesai memberi materi."
Zakiya yang tak sadar menggeliat, tangannya diacungkan ke depan, matanya mulai membuka.
"Baik, Zakiya akan bertanya apa tentang fiil?"
Langsung saja mata Zakiya membelalak begitu lebar saat namanya dipanggil Ustad Zaky.
"Hah?! EH!" Zakiya kaget.
"Apa pertanyaanmu tentang fiil, Zakiya? Atau jangan-jangan kamu habis tertidur?" tanya Ustad Zaky, seakan menemukan mangsa tepat untuk memberikan hukuman.
"Bukan-bukan, saya ingin bertanya apa itu fi'il madhi, Tad?" tangan Zakiya melambai lambai mengatakan seolah dia tidak melakukan apa yang dituduh Ustad Zaky.
"Oke, pertanyaan yang baik. Tetapi kita masih membahas jenis fiil secara kasar. Sebenarnya ini materi besok. Tetapi saya akan tetap menjawab. Fiil madhi itu adalah kata kerja lampau dalam bahasa inggris bisa disebut v2 penggunaanya seperti simple past tense, sudah paham?" tanya Ustad Zaky.
"Sudah, Tad." Zakiya mengangguk dengan pasti.
"Baik, saya akhiri pelajaran hari ini. Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu." Ustad Zaky langsung berlalu setelah santriwati menjawab salamnya.
"Untung kamu, Zak. Bahaya ketahuan tidur di kelas Ustad Zaky!" seru Shela.
"Hehehe untung aku pinter. Jadi, bisa ngelak," jawab Zakiya cengengesan, tangannya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Jangan diulangi lagi, ngerti?" tegas Putri.
"Baik, puput! Yok, aku mau ketemu Gus Killer. Bye!" Zakiya berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang terbengong melihat kelakuanya.
Putri dan Shela pun hanya mengelus dada mereka sendiri. Kenapa bisa mempunyai teman yang bandel minta ampun gini, sih?
________________
Jangan lupa vote, yak.
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET
Spiritual"Zakiya nanti diadili lagi!" seru Nella. "Iya, tuh! Tukang buat onar, sih!" Mega mengimbuhi. " Rasain! Semoga dihukum berat sama Gus Idris! Ih ... aku nggak sabar lihat muka beliau yang super adem itu!" Nella hampir saja memekik emngungkapkan kekagu...