31. Kepergiannya

4.7K 616 16
                                    

Renjun menatap batu nisan di depannya dengan pandangan kosong. Hanya ... Tidak menyangka saja.

Padahal baru saja kemarin dirinya dan Guanlin belajar berjalan, baru saja kemarin dirinya menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya itu. Tapi apa, mengapa jadi begini?.

Ucapan semoga sampai tujuan itu, apakah ditujukan untuk hal ini? Renjun tidak mengerti.

"injun, ayo pulang"

Renjun menggeleng lemah.

"injun, bentar lagi hujan.." Lirih bunda.

"injun, pulang, kasian pak Bambang nungguin." Ancam papa.

"k, kalo gitu nda mau pulang"

Bunda mencubit perut papa.

"cara bujuk nya salah papaaa" Pekik bunda.

Papa hanya nyengir kuda.

"papa tunggu di mobil." Final papa.

--,

Batu nisan milik Guanlin berjejer dengan batu nisan milik adiknya.

"mana janji nya?"

"berani banget ingkar.." Lirihnya.

"kka guan, makasih ya. pengorbanan kka guan buat injun selama ini, dan buat semua yang udah kka guan lalui sama injun.." Air mata nya kembali jatuh satu persatu.

"kka guan, hiks.. kka guan.."

"oit bocah, masih sakit?"

..

"gemes banget pacar ku, hahah"

..

"oit bocah!"

..

"heh bocah, lu ngambek? permen ilang."

..

"maaf in kak guan,ya?"

..

"dasar bocah"

--,

Renjun membersihkan diri setelah sampai di rumah. Hal tersebut juga dilakukan papa dan bunda. Setelahnya, mereka berkumpul di meja makan.

"njun" Panggil papa.

"apa?" Suaranya sedikit serak.

"udah, ga boleh sedih-sedih lagi oke?"

Renjun mengangguk pelan.

"nih, makan ayam kesukaan injun. di habisin yaa" Ucap bunda, hangat.

Renjun mengangguk dan mengambil nasi. Memakan nya walaupun tidak nafsu.


"injun, jangan tidur malem-malem." Peringat bunda.

"hu'um" Renjun mengangguk, lagi. Dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Renjun duduk di tepi ranjang. Melihat sekeliling kamarnya, tatapan nya terkunci pada obat-obatan, dan moomin di sampingnya.

Teringat dulu, dirinya sakit-sakitan dan selalu membawa obat, kemanapun itu. Dan boneka moomin adalah sogok an agar dirinya mau memakan obat.

Melihat meja belajar, disana terdapat foto-foto polaroid yang ia ambil bersama Guanlin.

Foto itu berserakan.

Mengedarkan pandangannya, kini dirinya menatap sebuah hoodie, yang ternyata milik Guanlin. Beberapa waktu lalu, Guanlin meminjamkan hoodie nya karena melihat pipi Renjun yang memerah.

Tidak tau saja Guanlin, padahal Renjun saat itu hanya tersipu malu! Bukan demam.

Menidurkan badannya, Renjun menutup matanya pelan.

Berharap bahwa semua ini adalah mimpi.

Renjun benar-benar berharap akan hal itu.

Mimpi.

Hanya mimpi,

Renjun mengharapkan itu.

Tidur tanpa selimut, Renjun tetap tidur dengan tenang. Walaupun mimpinya tidak karuan.

"kka guan! ayyo sini"

...

"oit bocah, ngapain?"

...

"kka guannn pengen momiiinnn"

...

"njun njun, pak suho nyariin"

...

"njun, pak Bambang demen ya sama injun?"

...

"kka guan, hiks"

...

"sakit njun"

...

"kka guan jangan kesana! kka guan!"


"kka guan!"


"KKA GUAN!!!"












"KKA GUAN!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc
--,--

bocah, guanren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang