43. Rindu dan Janji

6.2K 1K 3
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!

.
.
.
.
.

G

lorisa menghela napas lesu. Ia berpikir, bahwa hari liburnya ini ia akan ditemani oleh Aren. Jalan-jalan, makan ataupun naik wahana.

Mungkin ia terlalu berharap lebih, ya.

Glorisa membuka laptop-nya guna menonton drakor. Mau apa lagi dia? Hidupnya penuh dengan kegabutan. Kakak tak punya, adik tak punya, orang tua pacaran terus. Mau dengan siapa lagi dia? Teman pun tak bisa dijadikan jaminan bahan gabutnya. Maudy mungkin sedang berlibur dengan Vano. Kalau tidak ya, sama dengan Glo. Nonton drakor! Keduanya tak jauh berbeda.

***

Malam hari telah tiba. Tak terasa Glo sudah berjam-jam menghabiskan waktunya untuk marathon drakor.

Glo berjalan keluar kamar menuju dapur. Ia merasakan lapar sekarang. Sedari tadi ia memang belum memakan apapun.

Glo membuka kulkasnya. Ia melihat ada apa saja di kulkasnya itu. Ia mengambil satu kotak susu coklat dengan roti coklat yang tertata rapi di meja makan. Tak lupa juga ia mengambil kinderjoy yang sudah ia taruh lama di dalam freezer agar beku.

Ia kembali ke kamarnya.

Glo mengotak-atik ponselnya. Ia hampir lupa dengan Aren. Sedari tadi pagi, cowok itu belum mengabarinya sama sekali.

Aren (56) panggilan tak terjawab.

Glorisa membelalakkan matanya. Ia merasa berdosa sekarang. Dengan cepat ia menelepon balik Aren.

"Ke mana aja sih, Yang?"

"Ha? Yang? Yang siapa?" tanya Glo polos.

"Ya kamu, Sayang."

"Najis banget sih, Aren. Sayang-sayangan lagi sekarang," dengus Glorisa.

"Gak peduli ya, aku maunya sekarang manggil sayang. Terus aku kamu-an. Aku gak mau lagi lo gue-an," jelas Aren panjang lebar.

"Hm, iya-iya." Percayalah, bahwa jantungnya saat ini sangat tidak sehat. Katakanlah ia baper dengan perlakuan Aren. Baru sehari si Aren itu menghilang dari pandangannya, sudah membuatnya merasakan rindu. Ia sungguhan menyadari hal itu, ia tak akan mengelak lagi.

"Kamu tadi ngapain aja? Sampe-sampe telfon aku gak kamu angkat berkali-kali."

"Maaf ya, gue ngedrakor. Data selulernya gue matiin biar gak ada yang ganggu," cicit Glorisa.

"Hm, lupa sama aku? Baru juga sehari," lirih Aren.

Demi apapun ia sangat geli dengan kata aku-kamu.

"Mana ada lupa! Justru gue kangen."

Aren salah tingkah di sana. Ia senyum-senyum sendiri sembari menahan tawanya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang dan memeluk Glorisa-nya.

"Sama. Aku juga kangen, banget malah."

"Janji ya Ren, lo harus cepat pulang."

"Sebenernya aku gak bisa janji, berhubung kamu yang minta, jadi aku janji. Tapi, jangan marah ya, kalo aku ingkar."

"Gak boleh ingkar, karena cowok itu dipercaya dari janjinya."

"Hm, semoga aku gak ingkar ya, Glo."

***

Keesokan harinya.

Di pagi hari yang berembun ini, Aren dan Agam siap untuk bersekolah di sekolah baru. Sekolah sementara, suasana sementara.

Aren mengancingkan seragam sekolah kebanggannya. Ia menyisiri rambutnya dengan sisir miliknya.

Ia melirik ke arah Agam yang sedang merapikan buku-bukunya.

"Gam, lo di kelas apa?" tanya Aren.

"Sebelas MIPA 5," jawab Agam.

"Oke. Gue di kelas sebelas IPS 2. Kalo mau ke kantin bareng, nanti chat gue dulu aja," jelas Aren.

"Oke. Ayok berangkat!"

Keduanya keluar dari asrama menuju ke gedung sekolahnya. Jarak dari gedung asrama ke gedung sekolah lumayan dekat. Jadi, mereka hanya perlu jalan kaki saja.

Aren mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia mengirimkan pesan untuk pacar manisnya itu.

Aren
Pagi Sayang
Happy weekend ya, tunggu aku pulang.

.
.
.
.
.

[

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

TBC!

GLUKOSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang