3. Dijemput

17.4K 2.4K 115
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!
.
.
.
.
.

Tin! Tin ....!

Suara klakson mobil Aren menyeruak di indra pendengaran Glo beserta kedua orang tuanya.

"Siapa, sih, pagi-pagi udah berisik aja!" sungut Glorisa.

"Glo!"

"Glorisa!"

"Glukosa!"

"Glukosayang ...!" teriak Aren berkali-kali dari luar pagar rumah Glo.

Glo berjalan gontai ke luar rumahnya. Dengan malas ia melihat siapa yang tengah teriak-teriak di depan rumahnya.
Sudah disangka sudah diduga, bahwa musuh yang tak pernah damai dengannya itu yang telah meramaikan pagi harinya.

"Apaan sih, lo, pagi-pagi udah berisik aja!" dengus Glo.

"Jemput lo!" balas Aren to the point.

"Gak butuh supir gue!" sungut Glo.

"Hari ini, senin, tanggal 14 september tahun 2020. Pukul enam pagi lebih dua puluh menit, Aren Reegal resmi menjadi supir Glorisa selama-lamanya!" ucap Aren dengan nada proklamasi.

"Wah, wah! Makin gak jelas ni anak dugong!" ujar Glo sambil menuding-nuding wajah Aren dengan telunjuk tangannya.

"Gak boleh gitu Glo, belom jadi mantu lo udah durhaka aja sama orang tua gue" tegur Aren.

"Najis, siapa juga yang mau jadi istri lo!"

"Gue bukan babi, jadi gue gak najis!" balas Aren tak mau kalah.

Glo mengembuskan napasnya kasar. "Sana Aren, pergi ...!" usir Glo malas. Ia tak mau membuang-buang tenaganya hanya untuk meneriaki Aren.

"Apa, sih, Sayangku?" tanya Aren sembari menaik-turunkan satu alisnya.

"Tau ah!" kesal Glo, ia memutarkan kedua bola matanya malas.

"Aku teh pengen seblak!" ujar Aren menirukan gaya tiktok yang sedang trend saat ini.

"Apaan, sih!" Glo menjawabnya dengan menahan kekehannya. Walaupun kekehannya itu sangat tipis, tetapi, sunggingan bibirnya tetap terlihat di mata Aren.

"Mau sampai kapan kalian berdebat? Nanti telat loh, sekolahnya," tegur Arinda.

"Eh, Mama, ini Glo-nya lama. Kalo Aren sih, udah mau berangkat," celetuk Aren dengan watadosnya.

"Mama gue, bukan Mama lo!" sungut Glorisa.

"Gak usah teriak-teriak dong, Glo. Udah sana buruan berangkat!" titah Arinda.

"Iya, Ma."

"Ma, aku berangkat sekolah dulu ya, sama Glo. Aren siap jagain Glukosaku dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari," ucap Aren diakhiri dengan kekehan kecilnya.

"Aren bisa aja, sih. Buktiin ya, jangan di bibir aja!" balas Arinda.

"Doain Ma, semoga pendekatan Aren sama Glo makin yahud!"

"Yahud apaan! Lo kira gue minyak urut?" kesal Glorisa.

"Hahaha, bisa aja kamu. Pepet aja terus, Ren, Mama ikhlas, kok, kalo Glo sama kamu." Arinda semakin gencar menggodai dua remaja itu.

"Alhamdulillah, dapet restu!" pekik Aren kesenangan.

"Buruan berangkat!" teriak Glo tak tertahan. Tak kuat sudah ia menghadapi makhluk halus seperti Aren. Apalagi, Mamanya itu juga senang menggodanya.

Mereka berdua menyalimi tangan Arinda dan memasuki mobil.

Tak lama, Aren menancapkan gas pedal mobilnya dengan cepat. Mengingat waktu yang tinggal sedikit lagi sekolah akan masuk.

Di dalam mobil o hanya diam. Ia sangat kesal pagi ini, mengapa pagi-pagi ia sudah didatangi oleh cecunguk yang satu ini. Ia berharap semua ini akan berakhir. Entah sampai kapan, ia berdoa agar Aren menjauhinya, tidak ada di kehidupannya lagi. Walaupun kemungkinan itu hanya sedikit.

"Hai, Sayangku! hari ini kamu syantik, syantik bagai uler keket yang nemplok di pintu mobil." Aren menggoda Glorisa dengan menyanyikan lagu Siti Badriah yang ia rubah liriknya menjadi setidak jelas mungkin. Tentu saja hal itu memancing emosi Glorisa.

"Bisa gak lo, sehari aja gak usah ganggu gue?!" tanya Glo dengan wajah sinisnya.

"apa, sih, Glo? Gue kan, cuma ngehibur lo," jawab Aren santai.

"Ngehibur apaan! yang ada emosi gue naik deket-deket lo terus!

"Aye, aye, captain!"

"Gak jelas ni orang, ngeri gue," gumam Glo.

***

"Tuh, kan, telat! Ini semua gara-gara lo!" tuduh Glo pada Aren yang masih santai duduk di atas mesin mobil.

"Gak usah marah-marah, Glo, kita lewat jalan belakang aja," ajak Aren.

"Apa, kita? Lo aja kali!"

"Emang lo mau, masuk lewat gerbang depan abis itu lo dijemur di lapangan?" tanya Aren sarkas.

"Buruan lewat belakang!" sungut Glo yang langsung berjalan menuju jalan belakang. Ia meninggalkan Aren yang terkekeh sendiri di belakang atas ulahnya.

.
.
.
.
.

[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

TBC!

GLUKOSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang