6. Perang bantal

13.1K 2K 60
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA! & HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Malam ini, pukul 19.00 WIB, Aren berniat untuk menjenguk Glo ke rumahnya, dengan seperangkat buah-buahan komplit dan makanan kesukaan Glo, sudah siap di tangannya.

Cukup dengan berpenampilan ala kadar seperti biasanya, dan menaiki motor kesayangan ia menuju rumah Glorisa.
Ia tak sabar menjahili Glukosanya yang sedang sakit itu.

Disepanjang jalan, Aren terus menyunggingkan senyumannya. Ia sedang berpikir, apa ia telah jatuh hati kepada Glo? Jika ia, maka ia akan terima dengan senang hati. Ia akan membuat Glo mencintainya dengan sepenuh hati tanpa paksaan. Walau entah bagaimana caranya.

Tokk tok tokk!!

"Assalamualaikum!" ucap Aren di depan pintu rumah Glorisa.

"Assalamualaikum, calon mantu datang!" ucap Aren lagi. Ia tertawa senang mendengarkan penuturannya sendiri.

Sedangkan yang di dalam rumah mengerutkan dahinya, siapa yang tengah mengetuk rumahnya dan bilang bahwa yang datang itu calon mantu yang mempunyai rumah ini. Arinda berpikir sedikit, dan ya! Ia ingat dengan pemuda itu, pasti Aren!

Ceklek!

Arinda berjalan dari ruang televisi menuju membukakan pintu untuk sang calon menantu.

"Waalaikumsalam," jawab Arinda ramah.

"Tante, Glo-nya masih sakit?" tanya Aren.

Arinda mengangguk. "Ayo masuk, tante panggilin Glo, dulu."

"Iya, Tan." Aren tersenyum seraya mengangguk.

Arinda menuju kamar Glo, meninggalkan Aren yang tengah duduk sendirian di sofa ruang tamu.

"Glorisa!" panggil Srinda.

Tok tok tok!!

"Glo!"

"Iya, Ma!" teriak Glo dalam kamarnya.

Glo beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.

Ceklek!

"Kenapa, Ma?" tanya Glo.

"Ada temen kamu tuh, di bawah. Temuin dulu gih, sebentar," titah Arinda.

"Siapa, sih, Ma?" tanya Glo penasaran.

"Badan Glo masih panas, nih," lanjutnya.

"Udah, pokoknya ke bawah aja dulu," ujar Arinda sedikit memaksa.

"Iya-iya."

Arinda dan Glo berjalan menuju ke ruang tamu. Mereka berjalan pelan-pelan karena Arinda sedang menuntun Glo berjalan. Glo masih pusing.

"Hai, Glukosa!" sapa Aren sembari menampilkan senyum terbaiknya.

"Glorisa!" jawab Glo mendelik tajam.

"Sama aja. Sama-sama manis, kan, satu jenis." balas Aren.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Glo dengan nada tak senangnya.

"Buat lo! Dimakan, ya." Aren menyerahkan sekantong kresek yang berisikan buah-buahan dan makanan kesukaan Glo

"Makasih," jawab Glo pelan.

"Sama-sama" Aren tersenyum membalasnya.

Glo mendudukan dirinya ke sofa sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.

GLUKOSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang