Kesalahanku di masa lalu memanglah besar.
Aku merebut Yera dari Jeno, padahal mereka saling menyukai.
Namun, apakah aku berhak atas pengkhianatan ini?
Aku mencintai Yera lebih besar dari Jeno. Aku lebih membutuhkan Yera daripada Jeno membutuhkannya. Walaupun aku selalu ragu jika Yera juga menyukaiku sama besarnya, tapi tak sedikitpun aku berniat melepaskan Yera. Itu karena aku sangat mencintainya.
Apa ikatanku pada Yera terlalu kuat? Sehingga dia tidak nyaman bersamaku dan malah ingin pergi? Apa aku telah menyakitinya dengan perasaanku yang kelewat besar terhadapnya?
Haruskah lelaki itu adalah Lee Jeno? Kenapa harus Jeno? Kenapa Yera membohongiku, padahal dia pernah bilang tak menyukai Jeno? Lalu, apa yang tengah kusaksikan sekarang?!
Aku harap aku hanya berhalusinasi. Karena, saat kulihat Yera-ku sedang berciuman dengan Jeno di apartemennya, dadaku langsung nyeri hingga aku kesulitan bernapas.
Lewat pintu yang tak tertutup sempurna, aku mengintip kedua orang terdekatku itu sedang berdiri hampir tak berjarak, tengah tenggelam dalam kemesraan, serupa mimpi burukku.
Tangan Jeno memeluk pinggang Yera dengan lembut, sementara tangan Yera menyentuh bahu Jeno. Bibir mereka bertautan dengan mata yang sama-sama terpejam.
Kecemburuan yang membakar telah berhasil meledakkan amarahku. Tali akal sehatku sudah terputus. Kubiarkan kemarahan mengendalikan diriku.
Tanpa pikir panjang, aku merangsek masuk dan langsung mendorong Jeno dengan kasar agar mereka terlepas. Kutinju pipi Jeno kuat-kuat, membuat ia langsung terhuyung hampir jatuh.
Yera memekik panik, terus-terusan meneriaki namaku, tapi aku tak peduli. Kemarahanku pada Lee Jeno sudah mencapai puncak, dan tak ada ucapan yang bisa menghentikanku sekarang.
Aku meninju Jeno untuk yang kedua kali hingga ia tak kuat lagi berdiri dan limbung ke lantai. Kukunci tubuhnya dengan kedua kakiku, lalu kembali kulayangkan tinjuan kerasku pada Jeno yang pasrah terbaring di lantai.
"Na Jaemin! Hentikan!! Hentikan sekarang!"
Luapan amarah yang menggebu-gebu membuatku abai terhadap apapun selain rasa sakit akibat kecemburuan yang tengah kurasakan. Bahkan saat kudapati Jeno sudah berdarah dan terluka parah, aku tetap melayangkan pukulanku secara membabi buta.
Puas memukuli wajahnya, tanganku beralih mencekik lehernya. Jeno membelalakkan mata, menatapku tajam sembari mencoba melepaskan cengkeraman tanganku di lehernya.
"Na Jaemin! Hentikan!" teriak Yera, lalu kurasakan benda empuk menabrak belakang kepalaku. "Kau tidak boleh membunuh Jeno!"
Kutolehkan kepala ke belakang, mendapati Yera tengah bersiap mengayunkan bantal sofa ke arahku lagi. Wajahnya penuh air mata. Isakannya pun masih kudengar.
Cengkeraman tanganku pada leher Jeno mengendur seiring aku memandang Yera yang nampak nelangsa. Kudengar suara batuk Jeno, tapi tak kuhiraukan. Mataku tetap saja memandang Yera.
"Jangan membunuh Jeno, kau bodoh! Jangan menyakitinya!" teriak Yera frustasi, lalu memerosotkan diri terduduk di lantai. Tangisannya makin keras setelah ia melayangkan bantal sofa ke arahku, yang sayangnya tidak mengenai wajahku.
Sudah cukup menyakitkan melihat Yera bermesraan dengan sahabatku sendiri. Namun, lebih menyakitkan lagi begitu mendengar ia berkata sambil menangis untuk membela lelaki lain.
"Jika kau ingin membunuh, maka bunuh aku saja! Jangan Jeno! Jangan sakiti dia! Jangan lukai dia seujung kuku pun! Kumohon!"
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE || (NJM) ✓
Romance(Adult Romance, Angst) "Antara persahabatan dan cinta, mana yang kau pilih?" edit note : PLS JANGAN BACA CERITA INI! 😭😭😭😭😭 . ⚠️ Warning : (slight) sexual scene, severe illness . . . -(18+) -Bahasa baku, latar di Korea Selatan -Cast : Na Jaemin...