15. Na Jaemin - Back to You

41 11 0
                                    


7 BULAN KEMUDIAN

---

Aku sedang tenggelam dalam ciuman yang memabukkan begitu bahuku didorong pelan, sehingga ciuman kami harus terputus.

"Ada apa?" tanyaku bingung, karena tak rela kesenanganku dihentikan begitu saja.

"Kita teruskan di dalam mobil saja, ya?" Areum menoleh ke kanan-kiri sejenak. "Aku khawatir ada yang lihat."

Kurapatkan ikatan tanganku di pinggang Areum yang sedari tadi duduk di kap mobilku. "Memangnya kenapa jika ada yang lihat?"

"Kau tidak malu?"

"Tidak. Malah aku ingin pamer ke semua orang bahwa kau adalah milikku."

Ia terkekeh kecil dengan manis. "Berhentilah menggodaku dan cepat lepaskan aku!" pintanya sembari berusaha melepaskan ikatan tanganku dari tubuhnya.

Aku tidak mau mengalah dan malah mempererat rengkuhanku. Ia memberiku tatapan sinis, sementara aku menanggapinya dengan santai.

"Aku ingin turun, Na Jaemin-ssi."

"Panggil aku 'oppa'!"

"Aku ingin turun, oppa!" ucapnya dengan menekankan kata yang terakhir.

Senyumanku terkembang bersamaan dengan hatiku yang menghangat. Kulonggarkan rengkuhanku di pinggangnya, tapi tetap tak mau memperlebar jarak di antara kami. Malahan, aku mengusap lembut kedua pahanya yang mengapit pinggangku.

"Aku sudah memanggilmu dengan sebutan yang kau mau. Sekarang, kau harus membiarkan aku turun."

"Tidak mau."

Ia mendengkus kesal, dan aku hanya terkekeh melihatnya.

Angin malam berhembus pelan, menggoyangkan rambut panjang milik Areum, membuatnya seratus kali lebih indah dari sebagaimana dia adanya.

"Kau sangat cantik, Go Areum," ucapku sembari menggeser tanganku hingga menyentuh sisi lehernya. Sementara satu tanganku yang lain berhenti di puncak dadanya dan meremasnya kecil.

Aku ingin menyatukan bibir kami lagi, tapi Areum lagi-lagi menahan bahuku.

"Kita lanjutkan di dalam mobil saja!" ucapnya sembari menepis kedua tanganku dari tubuhnya.

Kuhembuskan napas lelah. "Padahal tidak ada orang di sini, Sayang."

Yang kukatakan memang benar. Pukul sebelas malam di tepi Sungai Han hari ini memang sangat sepi. Hanya ada kami berdua di sini. Selain suara air sungai yang mengalir dan angin yang bersemilir, tidak ada suara lain yang bisa terdengar jika kami tidak sedang berbicara.

"Bagaimana kalau ada yang melihat tapi kita tidak sadar?"

"Kenapa kau khawatir sekali ada yang melihat? Bukan hal baru jika ada pasangan yang terlihat bermesraan di tepi Sungai Han. Santai saja!"

"Aku tidak terbiasa bermesraan di tempat terbuka, Na Jaemin."

"Terbiasalah!"

"Duh! Dasar pemaksa!"

"Dasar menggemaskan!"

"Huft! Baiklah jika itu maumu. Aku akan membiasakan diri."

Tanpa aba-aba, Areum menyentuh sisi wajahku lalu menempelkan bibir kami lagi. Aku menyambut inisiatifnya itu dengan mulai menggerakkan bibirku, mencoba melanjutkan kesenangan yang sempat tertunda. Tak lupa pula kulingkarkan kedua tanganku di pinggangnya agar atmosfer di sekitar kami semakin hangat.

Puas menikmati bibirnya, aku memindahkan ciumanku ke rahang, lalu berhenti di kulit bawah telinganya.

"Bagaimana..." bisikku sambil terus mengecup permukaan lehernya. "Kalau kita menikah saja?"

IRREPLACEABLE || (NJM) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang